Tringg.
Bel pulang berbunyi, semua siswa/i di sekolah bergegas merapikan perelengkapannya untuk menuju pulang. Tidak terkecuali Ara, Adriana, Khairul. Tapi tidak dengan Denta. Ia lebih memilih untuk duduk diam saja di dalam kelas sembari menunggu semua kelas kosong. Menyalakan music di smarphonenya, dan mengenakan earphone. Setelah kelas kosong, barulah Denta keluar dari kelas, dan di depan kelas mendapati Khairul yang sedang celingak-celinguk.
"Eit dah, kenapa lama banget si, gua dari tadi nungguin lo."
"Yuk, balik," ajak Denta tampa meperdulikan pertanyaan Khairul.
"Jawab pertanyaan gua dulu setaaan," teriak Kahirul.
"Cih," decis Denta.
Khairul kesal dengan Denta, tapi tetap saja mengikuti langkahnya.
***
Di depan gerbang sekolah.
Ara dan Adriana menunggu kendaraan umum untuk balik pulang. Tidak lama menunggu angkot tiba dan berhenti di depan mereka. Sayangnya Adriana lah yang naik lebih dahulu karena memang Angkot yang mereka tunggu tidak sama, beda arah tujuannya.
"Ara, aku balik duluan ya, dadah," ucap pamit Riana sembari melambaikan tangannya.
"Iya, Nana," balas Arabel singkat pada Adriana. Juga melambaikan tangannya.
Di sisi lain, Denta dan Khairul sedang berjalan ke parkiran sekolah, untuk mengambil kendaraan mereka, keduanya sama-sama memakai motor ke sekolah. Khairul berjalan lebih dahulu sedangkan Denta dengan santai berjalan ke arah parkiran sambil menikmati suara musik yang tersambung dari smarphonenya ke earphone yang ia kenakan. Bahkan riuh sekolah pun tidak ia perdulikan sama sekali. Ia terus berjalan dengan di ikuti ritme musicnya itu.
"Den, woi," sorak Khairul memanggil Denta.
"Apa?" balasnya. Ia melepas earphonenya sebelah, melihat Khairul melambaikan tangan.
"Den, gua balik duluan ya, soalnya hari ini gua ada latihan basket."
"Oke," balas Denta dan mengacungkan jempolnya.
Khairul duluan melajukan motornya, meninggalkan Denta sendirian di parkiran. Denta mengeluarkan motornya, memakai perlengkapan yang tidak pernah ia lupakan saat bepergian kemanapun.
Saat motor Denta baru menyala datang dua orang gadis yang sepertinya adik kelas Denta. Menyodorkan smartphonnya kemudian berkata, "Minta nomornya dong kak?" Sepertinya adik kelas yang melihat dirinya saat berjalan menuju kelas pagi tadi. Memang berani.
Denta tidak merespon, mukanya tetap datar tanpa ekspresi apapun. Ia ambil smartphone gadis tersebut kemudian mengisi nomornya. Eh, bukan nomor Dia, tapi nomor Khairul.
Mana mungkin Denta memberikan nomornya ke sembarang orang. Kemudian gadis itu pergi dengan senyum-senyum tidak jelas, tanpa ia tahu bahwa nomor yang diberikan adalah nomor berbeda. Denta pun juga berlalu tanpa perasaan bersalah sedikitpun, kemudian melajukan motornya.
***
Ara melambaikan tangannya untuk menghentikan angkot, angkot berhenti, tapi juga dengan seorang lelaki mengenakan motor sport keren di hadapannya. Jelas Ara kaget, tentu saja sopir angkotnya juga kaget, mendengar suara murid memanggil, tapi tidak ia lihat satupun murid naik ke angkotnya, dan angkot itu pun kembali melaju. Sedangkan Ara, saaat kedua matanya memandang lelaki tersebut, ternyata Denta yang berhenti di depannya.
Ara tidak tahu, sebab belum kenal, begitupun Denta, ia berhenti hanya karena ada yang melambaikan tangan ke arahnya, padahal Ara melambaikan tangannya ke sopir angkot tadi, yang sudah berlalu itu.
"Ada apa?" ucap Denta saat berhenti di depan Arabel.
Bersambung.