Ara melambaikan tangannya untuk menghentikan angkot, angkot berhenti, tapi juga dengan seorang lelaki mengenakan motor sport keren di hadapannya. Jelas Ara kaget, tentu saja sopir angkotnya juga kaget, mendengar suara murid memanggil, tapi tidak ia lihat satupun murid naik ke angkotnya, dan angkot itu pun kembali melaju.
Sedangkan Ara, saaat kedua matanya memandang lelaki tersebut, ternyata Denta yang berhenti di depannya. Ara tidak tahu, sebab belum kenal, begitupun Denta, ia berhenti hanya karena ada yang melambaikan tangan ke arahnya, padahal Ara melambaikan tangannya ke sopir angkot tadi, yang sudah berlalu itu.
"Ada apa?" ucap Denta saat berhenti di depan Arabel.
"Ah, ti..dak. Saya tidak bermaksud. Saya hanya menghentikan angkot," balas Ara gugup karena sepertinya sadar bahwa Ara melambaikan tangannya pada waktu yang tidak tepat.
"Oh begitu," ucap Denta kemudian berlalu.
"Tu..tunggu!!" sorak Arabel.
Denta menghentikan motornya, menengok ke belakang karena Arabel menyorakinya cukup keras. Ia memundurkan motornya kamudian kembali berdiri di depan Arabel. Berdiri di atas motor, ia tidak turun dari motornya, dan karena heran, Denta lagi-lagi menanyai Arabel.
"Kenapa lagi?"
"Anu...kak, tadi itu angkot terakhir saya," ucap Arabel.
"Terus kenapa?"
"Tidak ... Itu ... kak, saya boleh...," pinta Ara terbata-bata. Namun langsung di potong.
"Boleh, buruan naik!" ucap Denta memotong.
"Ah ... ti ... tidak kak. Saya tidak enak dengan kakak. Kenal saja belum," balas Arabel.
"Gua Denta, udah kenal, kan ? Buruan naik!" ajak Denta begitu saja.
Arabel juga begitu saja mengikuti ucapan Denta, kemudian naik ke atas motor, setelah Arabel naik, Denta langsung melajukan motornya. "Ara, kamu gila ya? Kenapa naik? Kan belum kenal, nanti kalau di bawa kemana-mana gimana dong? Aduuuhh," gumam Ara diperjalanan.
Denta tetap fokus pada jalanan, sepanjang jalan tidak ada percakapan sedikitpun antara mereka berdua, tidak lama motor melaju, Denta menepikan motor, Ara yang masih canggung tidak tahu mau melakukan apa lagi, panik? Jelas saja, iya. Lelaki itu menoleh ke belakang menatap Ara.
Air muka Ara memerah tidak tahu ingin merespon seperti apa, cemas di campur senang. "Kenapa berhenti? Tuh, kan. Kalau dia nyentuh aku, bakal aku timpuk pake tas," ucap ara memikirkan apa yang akan Denta lakukan terhadap dirinya yang sedang naik motor dengan seseorang yang sama sekali tidak ia kenal, ah baru kenal, iya, orang yang baru saja kenal.
"Lo mau gue bawa ke rumah?"
Ara keget dan langsung merespon. "Jangan!"
"Kalau nggak mau, bilang sekarang, rumah lo dimana?"
"Sebelum perempatan ada gang kecil, deket dari sana. Ayok," desak Ara.
"Ayok...?" balas Denta dengan menaikkan sebelah alisnya. "Kok maksa?"
"Ah ... Bukan begitu, kak" Respon Ara malu, dan menutup mata dengan kedua tangannya. Menyembunyikan mukanya yang memerah dengan keadaan di luar dugaannya.
Tanpa ucapan apapun setelah itu, Denta kembali menjalankan motornya, dan mengantar Ara sampai ke depan pagar rumah. Ara turun dari motor, kemudian mengucapkan terima kasih dan disahuti, tapi Denta tidak kunjung pergi, begitu pun Ara yang tidak kunjung masuk rumah.
"Nungguin apa, kan, sudah sampai?" tanya Ara heran.
"Nungguin lo masuk."
"Ya udah, sekali lagi makasih."
"Iya."
Ara kemudian membuka pagar rumah dan berjalan masuk.
"Tunggu!!" ucap Denta menghentikan langkah Ara.
"Kenapa?"
"Nama lo siapa?"
Bersambung.