Setengah jam yang lalu.
Denta dan Khairul berjalan bersama guru kesiswaan ke dalam kelas yang akan di tempati Denta, tepatnya Ia satu kelas dengan sahabatnya Khairul. Denta yang mengenakan baju seragam berbeda tentu saja membuat semua mata orang yang memandang, akan bertanya-tanya dengan pertanyaan yang sama, "Siapa tuh? Murid pindahan, ya?" Ya begitulah sekiranya. Denta, Khairul dan guru itu masuk ke kalas. Denta dan Khairul berdiri bersama guru tersebut di depan kelas, semua murid sudah duduk rapi di bangku mereka masing-masing.
"Kamu kenapa berdiri di sini?" ucap guru tersebut pada Khairul.
"Ah, iya, buk. Lupa, saya," ucap Khairul cengengesan.
Semua murid ikut tergelak dengan perangai Khairul yang memang ada-ada saja ketika di dalam kelas. Denta tidak tertawa sama sekali, melainkan menepuk keningnya seakan mengatai teman masa kecilnya itu, "Bodoh, ngapain sih." Khairul kembali ke bangkunya.
Guru tersebut mengenalkan Denta pada murid kelas, bahwa yang sedang bersamanya adalah murid pindahan dari Sekolah X. Sekolah Elite yang ada di luar kota mereka, dan juga menyuruh Denta memperkenalkan diri kepada teman-teman sekelasnya.
"Salam kenal semuanya, saya Denta Sancaka."
Ya, begitulah. Perkenalan berlangsung sebentar, karena hanya sepatah kata itulah yang keluar dari mulut Denta. Kemudian, guru mempersilahkan Denta duduk di bangku kosong yang berada paling belakang. Yap, sudah pasti duduk dengan Khairul. Selama ini, tidak ada yang mau duduk sebangku dengan Khairul, karena orangnya berisik, dan suka bercanda di kelas.
Saat Denta berjalan menuju bangkunya, para murid perempuan berbisik-bisik dengan kahadiran Denta itu, "Wah gila, ganteng banget sumpah, wangi lagi, kayak model," ucap seorang perempuan. "Iya, akhirnya, ada yang ganteng juga di sekolah ini," ucap perempuan satunya lagi. "Ah, kita juga ganteng, ya kan bro?" ucap seorang lelaki pada teman sebangkunya. Denta kemudian duduk di sebelah Khairul, tanpa senyuman, tanpa kata-kata, hanya duduk saja.
Guru kesiswaan kemudian berjalan keluar kelas. Baru saja meninggalkan kelas, para perempuan di kelas Denta langsung ikut berdiri dan menghampiri meja Denta.
"Ngapain sih kalian, tempat duduk lo di sono, noh, noh!!" Harik Khairul.
"Ih apaan sih lo, Denta itu ngga cocok duduk sama lo, keliahatan jeleknya lo," ucap seorang perempuan dari kelas Denta dan Khairul yang menghampiri.
"Ya, suka-suka gua lah!"
"Iya, kayak langit dan bumi tauk!!" ucap perempuan satunya lagi.
"Iya bener tuh, Denta itu cocoknya duduk sama aku, hehe," ucap gadis satunya lagi.
"Udah-udah, cabut sono, enek gua liat lu pada, ganjen bener" usir Khairul.
"Cih," decis mereka kemudian kembali ke tempat duduk.
Khairul tidak sejelek yang mereka bilang, tidak juga seperti langit dan bumi jika dibandingkan dengan Denta, mereka hampir sama-sama tampan, perumpamaan mereka terlalu jauh, Khairul dan Denta itu tidak seumpama langit dan bumi, tapi seperti Bintang dan Bulan, Denta bulan yang terang, Khairul Bintang yang redup, ya intinya tidak jelek-jelek sekali, masih bisa di bilang lumayan tampan. Suanasa kelas memang berubah drastis sejak kehadiran Denta Sancakan, sorak-sorai dari kelas itu terdengar sampai ke kelas lain. Tentu juga ke kelas Ara yang berada tempat di sebelah kelasnya. Tidak lama, guru pun tiba, dan mereka lanjut belajar.
Bersambung.