Meira melakukannya, tugas dari Riska untuk mengecup setiap lebam di wajah cowok itu, hanya saja tak sampai berkali-kali, bukannya sembuh malah keenakan. Terakhir saat hendak terjun ke bibir yang ujungnya lecet akibat pemukulan tangan Adrian, mereka saling menatap sejenak, Meira tersenyum, ibu jarinya mengusap pelan sudut bibir Riska nan lecet itu, lantas mendekatkan wajah memagutnya pelan, kali ini Meira yang melakukannya.
Riska sebatas mendekap cewek itu seraya memejamkan mata, memang perih saat bibirnya terus diajak bergerak, tapi perbuatan Meira jauh lebih candu untuk dinikmati sampai cewek itu menjauhkan wajah dan menyentil dahi Riska. "Kok disentil? Salah gue apa?"
"Kok lo nggak bilang kalau Adrian ngechat gue sih, Ka."
"Sengaja, gue mau tahu itu manusia niatnya apa, makanya gue oke aja pas dia bilang mau muncul di tempat lo, ternyata kayak gini kan, sesuai prediksi. Udahlah, nggak ada lagi yang mesti lo percaya, kecuali ...."
"Kecuali?"