Rutinitas di lapangan basket berlangsung hampir setiap hari, baik pagi maupun siang, saat ini juga sedang berlangsung, dan satu wajah seseorang menjadi alasan mengapa Meira mengajak ketiga temannya agar menjadi supporter tim Riska, suara mereka lebih nyaring dari mahasiswi lain nan berjejer di tepi lapangan. Bahkan saat Meira tak perlu repot-repot turut ambil bagian dalam yel-yel ketiga sahabatnya.
Cewek itu hanya sibuk bertepuk tangan saat Riska berhasil melakukan shooting ke ring lawan, ekspresi Riska jauh lebih keluar saat bertingkah di lapangan, pantas saja banyak perempuan berjejer di tepi lapangan kalau sudah ada scene basket, apa mereka tak pernah bosan hanya berseru tanpa memiliki?