Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Before you go

Alifya_Laksmi
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.3k
Views
Synopsis
Seorang gadis broken home yang bernama Jessica Drenda Wiyata sudah hampir menyerah terhadap hidupnya dikarenakan ia sering dibully dan disiksa oleh kedua orang tuanya namun suatu hari seorang lelaki berhasil membuatnya tersenyum kembali dan mengubah hidupnya menjadi lebih baik hingga suatu saat kejadian mengenaskan menimpa gadis itu. apa yang akan terjadi terhadap gadis itu? bagaimana kelanjutan ceritanya? baca aja yuk!
VIEW MORE

Chapter 1 - [1]

Jessica Drenda Wiyata adalah seorang gadis broken home yang sudah tidak tau ke arah mana ia akan melangkah, ia benar-benar sudah putus asa dan hendak menyerah dalam menjalani hidupnya.

Karena pada saat dirumah ia dipukul dan dicaci maki oleh kedua orang tuanya yang suka meminum minuma keras dan bermain judi. Sedangkan di sekolah, ia dibully karena penampilannya yang lusuh.

"Hey Jess si kotor kenapa seragam mu ada noda selai? Oh apakah kau belum bisa makan sendiri sehingga harus disuapi oleh orang tua mu?" kata para rombongan gadis populer itu sambil memukulnya

"Kumohon berhenti, kenapa kalian selalu mengganggu ku?" kata Jessica sambil menunduk dan menangis. "Kenapa yaa? Oh iya karena penampilanmu yang lusuh itulah yang membuat kami ingin mengganggu mu" kata salah satu gadis yang bernama Vanessa Bunga

Disaat mereka sedang sibuk mengganggu Jessica, terdengar bel sekolah berbunyi yang menandakan jam pelajaran selanjutnya akan segera dimulai. Namun, rombongan gadis itu dan murid lain bergegas menuju ke kelas masing² tanpa memedulikan Jessica yang terduduk sambil menangis di koridor sekolah.

Semua orang, kecuali seorang lelaki yang sedang melihatnya dari jauh.

•Time Skip

Pada saat pulang sekolah biasanya murid yang bertugas piket masih sibuk membersihkan kelas masing-masing. Namun ada satu kelas yang berbeda, karena setiap hari hanya satu orang yang sama yang selalu membersihkan kelas.

Ya, orang itu adalah Jessica. Ia dipaksa oleh teman-teman sekelasnya untuk membersihkan kelas dan jika ia tidak mengikuti kemauan mereka, maka ia akan dikunci di kamar mandi sekolah hingga tengah malam baru mereka kembali ke sekolah lagi dan membuka pintunya.

Akan tetapi hari ini berbeda, entah darimana datang seorang lelaki yang masih mengenakan seragam menghampirinya dan menawarkan bantuan "sini biar ku bantu" kata lelaki itu sambil mengambil sapu yang ada di belakang kelas.

Jessica hanya melihat lelaki itu sambil bertanya "ehh? Kau siapa? Aku tidak mengenalmu sama sekali, apa yang akan kau lakukan padaku?" tanya Jessica sambil menodongkan sapu kepada lelaki itu sebagai senjata.

Namun lelaki itu hanya tertawa sambil menjawab dengan santai "tenang lah aku ini orang baik ya, aku tidak akan memperlakukan mu sama seperti orang lain. Aku hanya ingin membantumu agar tugasmu cepat selesai".

"Tapi aku tidak perlu bantuan mu dan aku bahkan tidak mengenalmu" jawab Jessica masih dengan posisi yang sama. "Oh iya aku lupa kenalan, namaku Revan Samudra dan kau pasti Jessica Denda Wiyata" kata lelaki itu sambil mengulurkan tangannya hendak salaman.

"Protes! Nama tengah ku bukan Denda tapi Drenda, ada huruf 'R'nya ingat itu!" kata Jessica sambil memukul perut lelaki itu.

"Ouch sakit tau! Tanganmu itu keras seperti batu ternyata" kata Revan sambil memegang perutnya yang baru saja dipukul.

"Hei kau bilang mau membantuku kan? Terus kenapa kau masih berdiam diri saja disitu?" tanya Jessica. "Ya sudah nih ku bantu" kata Revan sambil mulai menyapu ruang kelas.

Karena dibantu oleh Revan, Jessica bisa membersihkan kelasnya lebih cepat dari biasanya. "Terima kasih banyak ya, kau sudah membantuku membersihkan kelasku. Tapi, apa kau teman sekelas ku?" "tentu saja bukan tapi kelas kita bersebelahan dan aku selalu memperhatikanmu karena aku kasihan melihatmu yang selalu diganggu oleh gadis-gadis itu" jawab Revan.

"Ya sudah kalau begitu aku mau pulang dulu ya Van, hari sudah mau malam jika aku pulang telat aku pasti dimarahi sama orang tuaku" kata Jessica sambil tersenyum tipis.

"Tunggu sebentar, orang tuamu tidak tau kalau kau di bully? Kenapa kau tidak memberitahukannya saja pada mereka?" tanya Revan penasaran.

"Oh umm orang tua ku sangat sibuk sehingga mereka jarang di rumah, jadi aku sendiri saja di rumah" "kau tidak takut?" "yah mungkin karena aku sudah terbiasa dari kecil jadi aku tidak Takut sama sekali" "tapi tetap saja orang tuamu harus tau" kata Revan.

"Sudahlah lupakan saja tentang itu, aku mau pulang dulu ya. Sampai jumpa besok Revan" kata Jessica sembari melambaikan tangannya dan tersenyum kepada lelaki itu.

Dalam perjalanan pulangnya ke rumah, Jessica sedang memikirkan alasan apa yang harus dikatakan olehnya hari ini. Karena tidak mungkin ia berkata kalau ia baru selesai belajar bersama lagi.

Baru saja Jessica mengetuk pintu rumahnya tidak lama kemudian muncul ibunya yang membuka pintu untuknya. Melihat sosok ibunya yang membuka pintu, keringat Jessica bercucuran dengan deras dan badannya bergemetar hebat.

"Kenapa kau baru pulang jam segini? Sekarang sudah jam 7 malam sedangkan sekolah mu selesai pada pukul 5 sore, kau dari mana saja?!" kata ibunya sambil menariknya secara paksa dan melemparnya ke lantai.

"Anak perempuan macam apa kau ini?! Bukannya pulang cepat dan mengurus rumah, apa kau tidak lihat piring kotor yang menumpuk itu! Dan lihat ini kulkas sudah kosong, apa kau akan membiarkan ayah dan ibumu mati kelaparan?! Dasar anak nakal"

PLAK

PLAK

PLAK

Tersengat suara tamparan yang begitu keras mengisi rumah itu, Jessica hanya bisa duduk termenung dan menerima semua perkataan dan perlakuan kasar ibunya.

"Sekarang masuk ke kamarmu! Tidak akan ada makan malam untukmu hari ini, itu lah yang pantas didapatkan oleh anak nakal sepertimu" teriak ibunya.

Setelah sampai di kamar, Jessica tidak melakukan apa-apa. Dia hanya duduk termenung di pojok kamarnya dan mengingat kembali apa yang sudah terjadi kepadanya dalam satu hari ini, dibully dan dipermalukan di sekolah hingga dipukul lagi oleh ibunya yang pemabuk.

"Astaga sampai kapan aku bisa menahan semua ini? Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi. Kenapa semua ini hanya terjadi kepadaku?! Apakah aku masih pantas hidup jika diperlakukan seperti ini setiap hari?" katanya sambil menarik rambutnya sendiri dan menangis.

Namun ditengah-tengah semua itu, ia juga mengingat kebaikan satu hal baik yang terjadi padanya pada hari itu, ia mengingat kembali tentang perbincangan nya dengan Revan.

"Mudah baginya berkata seperti itu, karena aku tau jika aku mengatakannya pada kedua orang tua ku pun tidak akan ada yang berubah, semua akan sama saja malah mungkin saja bisa bertambah buruk".

Namun entah mengapa, ketika ia mengingat kembali tentang Revan ia bisa tersenyum walaupun tipis. Ia merasa ternyata ada yang memperhatikan dan peduli kepadanya.

"Revan, sebenarnya kenapa kau melakukan semua itu?"