Chereads / Cause I'm Still Breathing / Chapter 1 - PROLOG

Cause I'm Still Breathing

🇮🇩notyoursketch
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 12k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - PROLOG

4 Oktober 20xx. Nun jauh di suatu Laboratorium pemerintah, bermil-mil jauhnya dari peradaban manusia, 2 Profesor pilihan pemerintah Negara Fuego mendapatkan tugas khusus dari Presiden, yaitu : Meneliti mayat dan membangkitkannya. Entah apa yang ada di pikiran Presiden Negara Fuego yang terkenal diktator ini sehingga barangsiapa yang didapatinya melanggar apa yang diperintahkannya akan mendapat 'hadiah' dari sang Presiden.

"Asisten Albert!? Bagaimana ramuan racikannya? Sudah tersaji atau belum?"

"Tinggal sedikit Profesor Farouk!" Teriak Albert. Ia merupakan asisten Profesor Farouk yang bisa dibilang anak emasnya juga.

Masih menjadi pertanyaan hingga saat ini, apakah ada mayat yang bisa dibangkitkan kembali? Profesor Farouk dan rekannya, Profesor Benjamin masih mengumpulkan beberapa buku diktat kuliah dan kembali mencari cari oba yang bisa membangkitkan saraf. Dan kemudian menyuruh asistennya untuk meraciknya agar bisa dipakai.

"Albert? Apakah masih lama? Mayat ini tidak bisa di bunker terlalu lama!" Teriak Profesor Benjamin.

"Sebentar lagi, beri aku 3 menit Profesor!"

Rupanya Albert agak kesulitan mencari bubuk Bunga Tanduk dari genus Cornus yang bersifat membuat halusinasi seseorang, sehingga orang tersebut menjadi tidak memiliki kemauan sendiri. Sebenarnya dalam membuat ramuan ini, Profesor Farouk dan Profesor Benjamin sepakat menggunakan racun Tetrodotoksin, yaitu racun yang dikandung oleh ikan buntal dan ikan fugu, yang bisa membuat orang dalam keadaan hampir mati untuk beberapa hari, tetapi terus dalam keadaan sadar. Dan Bunga Terompet dari genus Cornus tadi yang Albert cari-cari.

Alhasil, ramuan tersebut tercipta. Setelah susah payah ia mencarinya di rak-rak laboratorium bagian tanaman yang telah digerus menjadi bubuk.

"Ini silahkan profesor, ramuannya sudah dibuat."

Profesor Farouk menerima ramuan dalam gelas piala tersebut. Lantas, Profesor Benjamin segera menyayat tangan mayat tersebut, menciptakan luka di mayat tersebut. Kemudian Profesor Farouk dengan hati-hati mengambil beberapa mL ramuan tersebut dengan pipet. Dengan sangat hati-hati, Profesor Farouk meneteskan beberapa tetes ramuan ke luka mayat tersebut.

"Cepat semua keluar dari Bunker ini! Kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini!" Teriak Profesor Benjamin

Profesor Farouk langsung meletakkan pipet berisi ramuan tersebut di meja, dan keluar dari Bunker, diikuti oleh Albert dan Profesor Benjamin.

Mereka bertiga terus berdoa agar hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Mereka bertiga mungkin bisa saling mendengar detak jantung mereka saking kencangnya jantung mereka berdebar.

Sang Mayat terlihat bergerak, mayat itu seperti menendang sekali dengan kaki kanannya, kemudian tangannya mengepal pelan, diikuti gerakan menggeliat pelan dari mayat itu. Mereka bertiga saling bertatapan muka dengan wajah yang pucat.

"Apakah kita berhasil?" Tanya Albert.

"Aku tidak bisa bilang sekarang, masih belum jelas" Jawab Profesor Benjamin.

Mayat itu tiba-tiba bangun layaknya orang bangun dari tidurnya, mukanya pucat pasi, agak lemas. Mereka bertiga masih menahan napasnya. Tiba-tiba orang itu turun dari ranjang, mencoba berusaha berjalan.

"Wilshere!" Teriak Profesor Farouk sambil berusaha menghampiri mayat itu.

"Profesor Farouk! Jangan hampiri dia dulu! Bahaya!" Kata Profesor Benjamin sambil berusaha menahan Profesor Farouk agar tidak lari menghampiri. "Kita tunggu dulu, Farouk!"

Albert hanya diam mematung, karena mungkin baginya agak sulit untuk mencerna semua ini, mayat yang bangkit setelah diberi obat. Menurutnya sangat mistis sekali.

Mayat itu berjalan agak terseok-seok, kaki kirinya diseret. Tangannya terkulai lemas ke bawah. Seakan tiada tenaga. Setelah berjalan beberapa langkah, mayat itu jatuh tersungkur.

"Wilshere!" Lagi-lagi Profesor Farouk berteriak. Kali ini matanya dipenuhi air mata. "Apakah kamu baik-baik saja, nak?"

Mereka bertiga memasuki bunker tadi dan menghampiri mayat yang jatuh tersungkur. "Aku.... me... me....rasa.... le..... mas....." Kata Wilshere.

"Albert! Ambilkan anakku Air!" Perintah Profesor Farouk.

"Siap, Profesor!" Albert langsung berbalik badan dan mencari air.

Profesor Farouk memeluk Wilshere, anaknya yang meninggal 2 tahun yang lalu. Awalnya Profesor Benjamin tidak mau menggunakan anak Profesor Farouk sebagai kelinci percobaan, dan menyarankan agar lebih baik membeli mayat yang tidak jelas asal usulnya. Begitu pula Istri Profesor Farouk, ia tidak ingin mengganggu Wilshere lagi yang telah tenang di alam yang berbeda, tapi entah mengapa Profesor Farouk bersikeras terhadap keputusannya. Selang 2 menit, Albert datang membawa air.

"Silahkan Profesor Farouk, ini airnya."

Profesor Farouk mencoba menyuapi Wilshere dengan Air, sedikit demi sedikit, Wilshere kembali merasakan tenaganya pulih.

"Albert, tolong kirim pesan ke Asisten Presiden kalau ramuan kita berhasil, agar ...."

"Jangan terburu buru Profesor Farouk," Sanggah Profesor Benjamin, "Kita masih belum tahu bagaimana efeknya ke depan nanti."

Profesor Farouk menghela nafas.

Wilshere mulai bisa duduk dengan tegak, "Dimana ini?"

"Nanti kau akan mengetahui, nak" Jawab Ayahnya

Albert meregangkan badannya dan menguap panjang, matanya terlihat sayu, sudah 2 hari ini dia tidur telat. Profesor Benjamin hanya tersenyum melihatnya, "Kelak kau akan mendapatkan balasan dari semua ini." Kata Profesor Benjamin sambil mengacungkan jempol padanya.

Albert terkekeh. "Semoga saja."

~~~