Chereads / Kisah Cinta Settingan / Chapter 32 - Tugas Kelompok

Chapter 32 - Tugas Kelompok

Hari baru dimulai. Matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Cinta bangun dengan malas, dia ingin datang saat kelas pagi akan segera mulai saja, biar tidak banyak yang bertanya lagi pada dirinya seperti kemarin. Cinta memilih untuk kembali berbaring, berbeda dengan dulu, Cinta selalu bersemangat menyambut hari, tapi sekarang setiap hari hatinya diliputi kecemasan akan pandangan semua orang di kampusnya pada dirinya. Dia sekarang bukan lagi gadis miskin penerima beasiswa yang tidak pernah terlihat dan dikenal oleh orang-orang di kampusnya, Cinta sudah menjelma menjadi gadis yang terjebak skandal dengan artis terkenal. Sebagian besar menganggap Cinta sebagai perempuan nakal, mereka menuduh kalau dia selama ini hanya berpenampilan palsu saja agar tidak banyak orang yang menyadari.

Gadis itu mengecek ponselnya, memeriksa tabungan yang dia punya. Hanya ada uang tidak sampai 10 juta yang tertera direkeningnya. Jumlah itu dia kumpulkan selama lebih tiga tahun ini dari tiga pekerjaan yang berbeda. Rupiah demi rupiah Cinta coba kumpulkan setiap hari.

"Apa uang segini cukup kalau sewaktu-waktu Jovan dan Bu Clara memutuskan kontrak?" tanya Cinta pada dirinya sendiri. Dia takut sekali akan masa depannya.

Satu hal yang Cinta takutkan saat ini, dia berhenti berkuliah dan memupuskan impiannya menjadi seorang arsitek. Cinta sudah berusaha setengah mati untuk bisa kuliah di tempat ini. Tiga tahun ini juga dia tidak pernah berhenti berjuang. Kuliah sambil bekerja di tiga tempat yang berbeda bukan hal yang mudah, apalagi Cinta harus bisa mempertahankan nilai-nilai semua mata kuliahnya harus tetap baik supaya beasiswanya tidak dicabut. Dia juga terpaksa menahan rindu dengan semua keluarganya, terutama ibunya, karena pulang kampung adalah hal mewah bagi Cinta. Semuanya dia lakukan dengan penuh perjuangan, Cinta tidak bisa membayangkan kalau impiannya itu harus pupus karena kejadian salah paham belaka.

Menjadi pusat perhatian seperti ini bukan impiannya. Tidak pernah sedikit pun terlintas dibenak Cinta untuk menjadi pacar bayaran seperti sekarang ini. Tapi kalau itu bisa membuat dirinya mewujudkan semua mimpi yang sudah dia perjuangkan selama 3 tahun ini, Cinta rela, batinnya.

"Hanya pacar, tidak ada kontak fisik, enggak apa-apa Cinta, setidaknya kamu tidak jual diri!" ucapnya lagi, menyemangati dirinya sendiri.

Cinta melirik ke arah jam dinding di kamar kosnya. Dia terkejut sendiri, ternyata sudah hampir pukul 7 pagi. Kalau tidak bergegas sudah pasti dia akan terlambat, pikir Cinta, segera beranjak dari tidurnya, bersiap untuk

Pak Suryo adalah salah satu favorit para mahasiswa arsitektur di kampus Cinta. Dosen ini punya sedikit keunikan, dia selalu memberikan tugas dalam grup, karena bagi Pak Suryo seorang arsitek wajib bisa bekerja sama dengan orang lain, arsitek tidak mungkin bekerja hanya sendirian. Itu prinsip yang selalu Pak Suryo ajarkan. Cinta salah satu mahasiswa yang mengidolakan Pak Suryo. Baginya cara mengajar dosennya itu lain, dia tidak terlalu memikirkan hasil, Pak Suryo lebih perduli pada proses bukan hanya hasil.

Sesuai rencana, Cinta datang bersamaan dengan Pak Suryo. Dia memang sengaja agar tidak ada yang bisa mengganggunya.

"Pagi Pak" sapa Cinta dengan sopan.

"Halo, lesu sekali" balas Pak Suryo sambil tersenyum. Dia tahu masalah mahasiswanya ini, tapi Pak Suryo tidak terlalu sibuk mencampuri masalah pribadi mahasiswa nya, baginya yang penting Cinta masih tetap mengikuti kelasnya.

"Iya, maaf Pak" ucap Cinta, berusaha tersenyum, mau disembunyikan sebaik apapun, semua orang bisa melihat betapa gundahnya hati Cinta hari ini. Dia selalu gugup untuk ke kampus. Cinta merasa cemas. Otaknya langsung berpikiran macam-macam, dia memang tidak pernah perduli apapun komentar orang lain pada dirinya, tapi kalau yang berkomentar hampir semua orang, rasanya sulit untuk pura-pura tidak perduli.

"Semangat ya" ucap Pak Suryo lagi. Cinta hanya mengangguk dengan sopan.

Sampai di dalam kelas, Cinta mengambil tempat di belakang, tidak ada yang duduk disana, dia merasa cukup nyaman.

"Selamat pagi" sapa Pak Suryo kepada semua orang yang hadir hari ini.

"Untuk tugas akhir mata kuliah saya, saya ingin membuat grup yang terdiri dari dua orang setiap grupnya" jelas Pak Suryo.

"Untuk mempermudah, pasangan grup nya adalah orang yang duduk di samping kalian" lanjut Pak Suryo. Dia meneliti jumlah absensi mahasiswanya, dan baru menyadari kalau jumlahnya ganjil. Pak Suryo memandang ke depan, meneliti siapa yang kemungkinan tidak mendapat pasangan.

Disaat yang bersamaan, Cinta langsung menghela napas berat saat mendengar kalimat yang Pak Suryo ucapkan. Dosen kesayangannya ini kali ini menyusahkan dirinya. Cinta melirik ke arah Filda, biasanya bila ada tugas kelompok, gadis itu akan langsung memanggil namanya sambil berkata "Cinta, sekelompok yuk!". Tapi sekarang, menatap wajah Cinta saja dia sungkan. Apalagi Cinta hanya duduk sendirian sekarang ini, sudah pasti dia tidak akan mendapatkan pasangan untuk tugas kelompok ini. Sudahlah, bekerja sendiri justru lebih baik, batinnya.

"Hmm, sepertinya akan ada satu grup yang terpaksa terdiri dari 3 orang karena jumlah kalian ganjil" ucap Pak Suryo, setelah meneliti beberapa saat. Cinta melirik ke sekelilingnya, melihat satu per satu rekan-rekan mahasiswanya, entah siapa yang mau menerima dirinya dalam grupnya. Gadis itu menunduk sedih, harusnya dia tidak masuk saja hari ini, pekerjaan kelompok ini bisa dia kerjakan sendirian, daripada malu seperti sekarang, batin Cinta. Gadis itu baru akan mengangkat tangannya, meminta izin pada Pak Suryo untuk mengerjakan tugas itu sendirian, tiba-tiba seseorang menarik kursi di sampingnya dan mengatakan sesuatu kepada dirinya.

"Mau satu grup sama gue?" tanya suara itu.