Chereads / Kisah Cinta Settingan / Chapter 27 - Chamomile tea dan Red Velvet cake

Chapter 27 - Chamomile tea dan Red Velvet cake

"Maaf Bu, say terlambat" ucap Cinta pada Bu Nalla, pemilik coffee shop tempatnya bekerja. Ibu muda itu sedang melayani pembeli sendirian, sementara rekan kerja Cinta sedang membersihkan meja yang baru selesai dipakai oleh pembeli.

"Enggak apa-apa, sana ganti baju dulu. Kamu udah makan? Kalau belum, makan dulu deh, Ibu baru saja masak spaghetti tadi, makan dulu gih, kamu pasti belum makan, kan?" tanya Bu Nalla, dia hapal sekali kebiasaan Cinta. Gadis muda itu jarang sekali makan, tidak heran kalau tubuhnya kurus kering sekali. Kadang Nalla melihat sosok dirinya saat muda dulu dalam diri Cinta, itu sebabnya Nalla selalu memperlakukan Cinta dengan baik.

"Saya makannya nanti saja Bu, lagi rame, saya izin ganti baju sebentar" balas Cinta, tanpa menunggu balasan Nalla, gadis mungil itu langsung melesat ke dalam ruang ganti, berganti baju lalu menyimpan tas bawaannya, setelah selesai Cinta segera kembali ke depan.

"Saya saja Bu" ucap Cinta, meminta Nalla untuk berhenti melayani pembeli.

"Udah makan?" tanya Nalla, tangannya masih sibuk menekan tombol di alat pemesanan.

"Nanti saja Bu, belum lapar" balas Cinta, berbohong. Sudah lewat pukul 2 siang dan dia belum makan dari pagi. Hanya minum teh sedikit yang disuguhkan dikantor Jovan sebelumnya.

"Oke, setelah ini ya" balas Bu Nalla, dia tahu Cinta pasti berbohong, tapi gadis itu juga pasti tidak akan mau diminta untuk makan siang kalau belum melaksanakan tugasnya.

"Baik Bu" balas Cinta. Dia memilih pergi ke sudut tempat pembuatan kopi, mulai mengerjakan pesanan yang baru saja diterima oleh Bu Nalla.

"Sudah Bu, sekarang saya saja yang jaga" ucap Cinta lagi. Nalla mengangguk sambil tersenyum. Dia kasihan melihat gadis ini, belum lagi sekarang gadis itu banyak masalah akibat video bersama penyanyi terkenal di kamar mandi bar, pasti dia mendapat banyak tekanan di kampus, pikir Nalla dalam hati.

"Kalau lagi sepi, ke belakang buat makan ya" ucap Nalla sebelum meninggalkan meja kasir. Cinta hanya mengangguk dengan sopan.

"Satu espresso, satu chamomile tea dan red Velvet cake" ucap pembeli itu sambil menunjukkan satu cake berwarna merah di etalase.

Cinta menatap pembeli itu, tidak berkedip, dia adalah Nico. Teman satu kampusnya. Ini kali pertama Cinta bertemu dengan teman satu kampusnya di tempat kerja. Dia merasa panik. Kalau dulu Cinta tidak akan perduli, karena sudah pasti Nico tidak akan mengenalinya, tapi kali ini berbeda, video viral itu sudah membuat nama dan wajah Cinta berada dimana-mana.

"Oh, iya.. Espresso dan chamomile tea nya ditunggu sebentar, nanti saya antarkan , sementara red Velvet cake dulu ya" ucap Cinta, gugup, sambil menekan tombol di alat pemesanan untuk menjumlahkan pesanan Nico.

"Cukup espresso nya aja, teh sama cake nya buat kamu aja" balas Nico, mengeluarkan satu lembar uang seratus ribuan.

Cinta sedikit linglung mendengar kalimat Nico barusan. Sedikit tidak percaya ada yang membelikan minuman dan cake untuk dirinya.

"Kembaliannya?" tanya Nico.

"Oh iya, maaf" balas Cinta, memberikan kembalian pada Nico.

"Tunggu, tapi.." Cinta ingin memastikan pendengarannya, apa benar Nico membelikannya minuman dan cake.

"Espresso nya diantar kan? Lainnya buat kamu" balas Nico lagi. Tanpa menunggu jawaban dari Cinta, lelaki itu berbalik pergi dan berjalan menuju sebuah meja di sudut coffee shop.

"Mbak, pesan satu cappucino dingin, less ice," ucap pembeli selanjutnya. Cinta masih belum tersadar.

"Mbak?" sahut pembeli itu lagi, menyadari kasir dihadapannya terlihat bengong.

"Oh iya, maaf, tadi apa pesanannya?" balas Cinta, menunduk meminta maaf. Dia segera melayani kembali pembeli itu.

"Satu espresso, silakan" ucap Cinta dengan sopan, meletakkan secangkir espresso di atas meja.

"Thanks" balas Nico. Lelaki itu sibuk di depan laptopnya. Mungkin dia sedang membuat tugas akhirnya disini, pikir Cinta.

"Ini user name dan password untuk WiFi disini" ucap Cinta lagi, menunjukkan sebuah kertas kecil pada Nico.

"Oke, thanks" balas Nico lagi, tapi lagi-lagi pandangannya tidak beralih dari layar laptopnya.

"Maaf, untuk teh dan cake nya..".

"Buat kamu" potong Nico, kali ini lelaki itu mengalihkan pandangannya pada Cinta.

"Beneran buat saya?" tanya Cinta. Nico mengangguk, lalu pandangannya kembali sibuk ke layar laptopnya.

Cinta sepertinya ingin bertanya lagi, mengapa lelaki itu tiba-tiba membelikan minuman dan makanan untuk dirinya, tapi sepertinya Nico sibuk sekali dengan pekerjaannya, wajahnya terlihat serius menatap dan mengetik di laptopnya.

"Terimakasih, selamat menikmati kopinya," ucap Cinta lagi sambil menundukkan kepalanya. Gadis itu pun berbalik pergi, tanpa dia sadari, Nico melirik melalui sudut matanya dan tersenyum kecil.

"Teman kamu?" tanya Nalla. Dia mendengar sedikit perbincangan antara Nico dan Cinta.

"Iya Bu" balas Cinta.

"Ya udah, kamu pisahin aja cake nya ya, buat kamu" ucap Nalla lagi. Cinta mengangguk.

"Kasih dia ini" pinta Bu Nalla lagi, menunjuk ke arah sepotong Chocolate eclaire cake, yang paling favorit di coffee shop ini.

"Bilang aja, compliment dari Ibu" lanjut Nalla lagi.

"Baik Bu" balas Cinta menurut. Dia mengambil cake yang diminta Nalla tadi, menyajikan di piring saji, lalu mengantarkan pada Nico.

"Satu Chocolate eclaire cake, silakan" ucap Cinta, meletakkan piring di atas meja Nico. Lelaki itu langsung menatap Cinta dengan tatapan bingung.

"Saya kan enggak pesan" balas Nico.

"Ini cake paling favorit disini, compliment dari bos saya" balas Cinta sambil tersenyum.

"Silakan menikmati. Anyway.., terimakasih banyak teh dan cake nya ya" balas Cinta lagi, mengangguk sopan lalu meninggalkan Nico dan kembali bekerja.

_____________