"Gini-gini gue cowok gentleman, ayo gue temenin ke dalam sampai ke depan kos. Tenang aja, daerah sini kayanya enggak ada yang kenal sama gue" ucap Jovan.
"Enggak perlu repot-repot" balas Cinta, menggelengkan kepalanya, tanda tidak setuju.
"Gang ini aman kok, aku udah biasa pulang malam dan selalu aman" lanjut Cinta lagi.
Bagi Cinta, tidak masalah berjalan sendirian ke dalam gang. Bukannya dia tidak ingin Jovan membantu dirinya, dia hanya tidak ingin orang-orang di lingkungan tempat kosnya itu menyadari kehadiran Jovan. Walaupun Jovan yakin sekali tidak ada yang mengenal dirinya disini, tapi tetap saja lelaki itu adalah artis terkenal, Cinta yakin satu atau dua orang disini pasti tahu siapa Jovan.
"Ya udah terserah lu" balas Jovan, heran mengapa gadis ini selalu menolak maksud baiknya.
"Kalau ada yang tiba-tiba kenal kan bisa jadi masalah" balas Cinta, seakan mengerti kalau Jovan tidak suka penolakan dirinya.
"Ya, oke. Kabari gue kalau lu udah sampai di dalam kamar kos" balas Jovan, mengalah. Daripada dia beradu pendapat, dan hari semakin malam, lebih baik mengiyakan saja apapun yang Cinta minta.
"Sini" pinta Jovan. Kening Cinta berkerut, tidak mengerti maksud lelaki disampingnya.
"Handphone lu siniin. Lu pikir gue mentalist, bisa tebak nomer ponsel lu, ayo sini, gimana caranya lu bisa kabari gue kalau nomer hape elu aja gue enggak tahu" omel Jovan, tidak sabaran.
"Oh" sahut Cinta pendek. Dia langsung memberikan ponselnya pada Jovan. Lelaki itu pun segera memasukkan nomor ponselnya dan menghubungi ponselnya sendiri dari ponsel Cinta.
"Nih nomer gue" ucap Jovan, memberikan kembali ponsel Cinta. Gadis itu melirik sebentar nama yang dibuat Jovan sendiri untuk menamai nomor ponselnya di ponsel Cinta, Pacar. Sebenarnya Cinta merasa geli, tapi dia tidak protes.
"Jangan sebar-sebarin nomer gue ya" balas Jovan. Cinta mengangguk dengan patuh.
"Sekali lagi terimakasih" ucap Cinta. Gadis itu keluar dari mobil dan mulai berjalan menyusuri gang gelap, menuju ke rumah kosnya.
Jovan mengamati dari belakang. Tidak berapa lama gadis itu sudah hilang dari pandangan.
"Dasar, bahkan melirik ke belakang pun enggak" ucap Jovan.
Harus Jovan akui, baru Cinta lah wanita yang sama sekali tidak menaruh hati pada dirinya. Jovan merasa kesal sebenarnya, gadis lain banyak yang patah hati saat mendengar kabar kalau dia bukan lelaki normal, tapi Cinta beda. Gadis itu tetap menunjukkan wajah tenang, datar, tidak sedikitpun menunjukkan ketertarikannya pada sosok Jovan. Bisa jadi karena Cinta sudah mengetahui siapa sebenarnya Jovan. Yah, gadis mana yang tertarik dengan lelaki yang punya kelainan seksual seperti dirinya, batin Jovan dalam hati.
Cinta masuk ke kamar, dia segera menuju kasur dan merebahkan tubuhnya disana. Hari ini terasa melelahkan sekali, mulai dari kejadian di kampus, perjanjian hubungan dia dan Jovan, lalu ramainya kafe malam ini membuat Cinta merasa seluruh sendi di tubuhnya terasa berdenyut dan nyeri.
Cinta memejamkan kedua matanya, mengingat semua yang terjadi hari ini. Dia tertawa sendirian di kamarnya. Dia tidak bisa langsung tidur, gadis muda itu memikirkan kembali kehidupannya yang berubah 180 derajat akibat kejadian di satu malam, dan gilanya, semua itu hanya karena sebuah salah paham. Memori Cinta kembali mengingat kejadian malam itu, kalau saja dia tidak terbujuk rayuan Filda, yang mengajak pergi ke pesta ulang tahun itu.
Cinta menghela napas dalam-dalam. Hanya di kamar yang sederhana ini dia bisa merasa tenang dan aman. Selama beberapa tahun ini Cinta selalu berusaha untuk hidup biasa saja, tidak pernah dia sangka kehidupannya berubah menjadi tidak biasa seperti ini. Dia bahkan tidak pernah berniat untuk punya pacar, tapi sekarang dia memacari seseorang yang terkenal seperti Jovan, dan lebih gila lagi, Cinta dibayar untuk itu, walaupun hanya berupa beasiswa dan pekerjaan di perusahaan Jovan.
Lamunan Cinta terputus oleh suara dentingan ponsel miliknya. Cinta mengambil ponsel itu dengan malas, dia langsung melompat terkejut saat mendapati nama "pacar" disana. Cinta menjawab telepon itu.
"Halo?" sapa Cinta.
"Lu udah sampe di kos apa belum? Bentar lagi gue berjamur disini nungguin elu kabari" omel Jovan lagi. Cinta menepuk dahinya, dia benar-benar lupa, batin Cinta dalam hati.
"Ah iya, ini baru sampai banget, maaf..".
"Ya udah, gue pamit, jangan lupa, jangan sebarin nomer ponsel gue ya. Acara konferensi pers tentang video itu sebentar lagi, nanti gue kabari." potong Jovan.
"Ok" sahut Cinta pendek.
"Bye" balas Jovan, menutup panggilan ponselnya.
Setelah menutup ponselnya Cinta menghela napas panjang. Apa ini rasanya punya pacar, batin Cinta sambil menggelengkan kepalanya dengan bingung.
__________
Hai..up baru..
jangan lupa ya, tinggalin jejak kalian disemua cerita aku..
nanti bakal ada give away buat 6 orang yang aku lihat paling banyak komen, kasih power stone, review atau kasih gift di semua cerita aku, baik yang udah di gembok atau cerita yang free..
sekali lagi, terimakasih dukungannya
happy reading