"Selamat datang, pacar" ucap Jovan. Lelaki itu mengulurkan tangannya, dia tersenyum.
Cinta tidak langsung membalas uluran tangan Jovan, dia lebih dulu mengamati wajah "pacar" barunya itu. Pria itu terlihat sangat senang. Wajar saja, Cinta dapat membuat seluruh nama baiknya bersih kembali. Tidak ada isu mengenai penyuka sesama jenis lagi untuk Jovan. Dia akhirnya menyambut salam dari Jovan.
Tiba-tiba Cinta teringat sesuatu. Dia melirik jam di pergelangan tangannya, sudah hampir pukul 1 siang, dia lupa kalau hari ini masih ada pekerjaan di coffee shop.
"Emm, maaf. Apa hari ini saya masih boleh bekerja?" tanya Cinta, sedikit ragu. Dia masih punya satu shift lagi hari ini.
"Bekerja?" Jovan sedikit terkejut. Bu Clara langsung menggeleng, tidak setuju.
"Iya, saya janji ini yang terakhir kali. Sekalian saya ingin berpamitan, saya mohon?" pinta Cinta. Kalau untuk tempat kerjanya yang lain Cinta tidak akan memohon seperti ini, tapi coffee shop tempat dia bekerja lain halnya. Pemilik coffee shop itu sangat baik, Cinta merasa tidak enak hati bila hanya memberi tahu kalau dia akan berhenti hanya dari pesan tulisan saja.
Jovan melirik sebentar, dia tahu Clara akan sangat dengan tegas menolak permintaan Cinta. Tapi tatapan gadis ini begitu memohon, Jovan jadi tidak tega.
"Biar aku antar" balas Jovan. Cinta dan Clara sama-sama terkejut mendengar ucapan Jovan.
"Jangan, nanti bisa berbahaya kalau ada yang melihat" balas Cinta sambil menggelengkan kepala, menolak usul Jovan itu.
"Apa bahayanya?" tanya Jovan bingung. Dia pikir waktu ini bisa dia gunakan untuk lebih mengenal sifat Cinta. Walaupun mereka hanya pura-pura menjadi pasangan, rasanya Jovan perlu tahu apapun tentang pacar bayarannya ini, setidaknya bisa membuat dia lebih berhati-hati.
"Coffee shop itu cukup ramai, pasti semua orang ribut kalau lihat ada Jovan disana" balas Cinta.
"Justru bagus, sebelum makanan utama, bukannya kita sebaiknya menyantap hidangan pembuka?" balas Jovan.
Clara menggelengkan kepalanya, dia tetap tidak setuju dengan ide ini. Cinta benar, kedatangan Jovan ke tempat umum, apalagi bersama Cinta, bisa membuat kehebohan, padahal dia sengaja meredam semua pemberitaan sampai nantinya mereka melakukan konferensi pers mengenai hubungan keduanya sesuai kesepakatan mereka sebelumnya.
"Lebih baik jangan" cegah Clara. Cinta mengangguk, dia senang sependapat dengan Clara kali ini.
"Sebaiknya kirim pesan saja pada semua pemilik tempat kerja kamu, beritahu mereka kalau terhitung hari ini kamu sudah tidak bekerja lagi, bayaran kamu bekerja ditempat ini bisa kamu ambil dimuka hari ini kalau kamu mau," lanjut Clara dengan tegas. Cinta terkejut mendengarnya. Dia tidak mungkin tega melakukan itu dengan pemilik coffee shop tempatnya bekerja.
"Saya mohon Bu" pinta Cinta, sedikit memelas. Dia bukannya membutuhkan sekali gaji itu, dia hanya ingin berlaku baik dengan pemilik coffee shop yang sudah banyak membantu kehidupannya selama ini.
"Ayolah Bu Clara, anggap saja ini hari terakhir Cinta akan bekerja" Jovan ikut membantu Cinta, dia tidak tahan melihat wajah memelas Cinta. Lagi pula apa salahnya bekerja untuk terakhir kalinya, pikir Jovan.
"Oke, tapi kamu tidak boleh ikut" balas Clara, sedikit mengalah, tapi dia masih belum mau mengizinkan Jovan untuk bersama Cinta.
"Tapi Bu.." Jovan masih mencoba untuk menolak.
"Jangan ada lagi keributan" potong Clara.
"Saya permisi kalau begitu" balas Cinta, dia tidak mau berlama-lama, jangan sampai Clara berubah pikiran lagi. Gadis itu langsung mengangguk dengan sopan dan berjalan pergi keluar.
Cinta mengamati daerah sekitarnya. Dia tidak terlalu paham daerah ini, Cinta akhirnya mencoba memesan taksi online. Wajahnya berubah saat melihat harga yang lumayan mahal untuk menuju tempat kerjanya. Apalagi jam segini jalanan cukup ramai dan macet.
"Ah, biarlah, dari pada terlambat" balas Cinta.
"Cinta!" sebuah suara menghentikan kegiatan Cinta. Mobil Jovan sudah berada dihadapan Cinta. Pria itu keluar dari mobil dan berjalan ke arah Cinta.
"Ayo cepat masuk" perintah Jovan, menunjuk ke arah mobilnya.
"Tapi, " Cinta sedikit ragu. Bukannya tadi Bu Clara dengan tegas menolak hal ini.
"Aku sudah minta izin, tenang aja" balas Jovan lagi, berusaha meyakinkan.
Cinta pun mengikuti perintah "pacar" barunya itu. Dia memang sedang butuh tumpangan, cukup untuk menghemat pengeluaran bulanannya.
"Kasih tahu gue arah ketempat kerja lu ya" pinta Jovan. Cinta mengangguk.
"Terima kasih" ucap Jovan, tiba-tiba.
"Untuk?" tanya Cinta, bingung.
"Untuk semuanya, lu gadis penyelamat gue" balas Jovan lagi sambil tersenyum dengan manis.
_______
Hai, lama enggak up ya
janji mulai sekarang aku bakal lebih sering up, mungkin enggak tiap hari atau sehari enggak lebih dari satu chapter, tapi diusahakan lebih sering
ditunggu semua dukungannya yaa
happy reading