Siang itu, suasana ramai menyelimuti kedai kopi Bernard. Berhiaskan ornamen-ornamen cantik bertema vintage yang menggantung dan tertempel di sana sini membuat café ini digandrungi para remaja. Namun, suasana ramai mendadak berubah menjadi hening ketika seorang pria berkemeja putih datang menghampiri mejaku.
"J-Jianghan sedang apa kau di sini?" tanyaku dengan gerogi. Sementara kedua sahabatku hanya diam mematung seakan tak percaya bahwa trik yang disarankan Shu In benar-benar bekerja. Hanya menunggu sekitar sepuluh menit setelah mengabari bahwa aku tengah di Café Bernard, Jianghan langsung datang menemuiku. Inikah pertanda?
Jianghan menghela napas dan menepuk dahinya sambil melirik ke arah Shu In dan Fen, "Kukira kau seorang diri di café ini, makanya aku menyempatkan diri untuk mampir." Aku menatapnya dengan mulut sedikit terperangah, aku tak tahu apa yang harus kukatakan.