Chereads / INDESCRIBABLE FEELING / Chapter 19 - Should I Confess to You?

Chapter 19 - Should I Confess to You?

Di sebuah ruang kelas dengan penataan meja dan kursi yang rapi dan bersih, nampak beberapa hiasan dinding terpajang memenuhi dinding kelas menambah nuansa indah dan kesenian yang berkelas. Walau kelas ini dikenal sebagai kelas yang terbelakang, namun kesenian dan kekreatifitas siswanya sangat elegan dan mengesankan siapapun yang memandang. Terlihat tiga orang siswi tengah bercengkrama hangat di kursinya membahas sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh kaum wanita.

"Apa? Kau ingin mencoba bersikap cuek kepada Jianghan?" ucap Shu In yang terkejut sembari menggebrak meja dengan kerasnya dan membelalakan kedua bola mata herannya menatapku. Suara keras gebrakan meja membuat beberapa siswa menatap heran ke arah kami yang tengah berdiskusi tentang masalah pribadi. Aku dan Fen mencoba menutup mulut Shu In yang bocor bagai sebuah ember yang bolong.

"Tak bisakah kau kecilkan suaramu, In? Nanti mereka tahu." bisikku pada Shu In. Terlihat ia mulai menutup mulutnya dengan kedua tangannya seakan menyesali perbuatan cerobohnya.

"Jadi, kau ingin membalas dendam pada Jianghan dengan bersikap cuek padanya, begitu?" bisik halus Shu In yang masih terus memandangiku seakan ia tak setuju dengan semua rencanaku. Aku hanya mengangguk mengiyakan sembari melipat kedua tanganku tepat di dadaku.

"Bagaimana? Rencanaku bagus, bukan?" tanyaku yang mulai memainkan kedua alisku ke atas dan ke bawah seirama. Terlihat raut wajah kedua sahabatku, Shu In dan Fen mulai berubah menjadi masam seakan ada sesuatu hal yang sedang mengganjal paginya.

"Lin, apa kau yakin jika cara ini akan membuat Jianghan sadar akan beradaanmu? Bukankah selama ini dia bersikap cuek dan acuh padamu? Kurasa jika kau melakukan hal seperti ini kau sama saja membunuh perasaanmu, Lin dan kemungkinan besar rencanamu untuk membuat Jianghan sadar dengan mengacuhkannya itu sia-sia alias tak berpengaruh sama sekali bagi sosok Jianghan dan cintamu akan berakhir bertepuk sebelah tangan." tanya Fen yang nampaknya sedikit ragu dengan apa yang aku lakukan. Aku mulai melirik ke arahnya dan menyipitkan kedua mataku.

"Apa menurutmu rencanaku ini tak berhasil, begitu?" tanyaku yang menyidiknya. Terlihat Fen dan Shu In mulai menggelengkan kepala secara bersamaan. Aku mulai menghela napasku dan segera menundukan kepalaku, sudah kuduga hal ini akan terjadi. Mereka takkan setuju dengan semua rencana yang kumiliki.

"Maaf, Lin kami tak bermaksud untuk membuatmu kecewa, tapi inilah kenyataannya, apapun yang kau lakukan selama ini selalu diacuhkan, bukan? Jika kau terus berusaha untuk bertindak dingin seperti Jianghan dan membalas sikap buruknya, akibatnya akan fatal bisa-bisa ia menjauhimu karena sikap sombongmu dan cintamu pada Jianghan akan semakin sulit tergapai. Apa kau mau berakhir demikian?" saran Fen yang kali ini membuat mataku terbuka lebar, bagaimana bisa aku tak memikirkan konsekuensi besar seperti ini. Aku benar-benar ceroboh dalam memilih tindakan.

"Lalu, apa yang harus kulakukan? Aku lelah dipermainkan seperti ini, kau tahu semalam ia juga mengirimkanku pesan dan itu sangat menyebalkan." Aku mulai mengerucutkan bibirku.

"Apa? Jianghan mengirimkanmu pesan?!" ucap Shu In dan Fen dengan cara bersamaan, kali ini mereka benar-benar tak bisa menjaga volume bicara mereka. Lagi-lagi satu kelas memandangiku. Aku mulai mengangguk mengiyakan sembari memintanya untuk tetap diam dan tenang.

"Apa yang ia tuliskan padamu?"

"Kau lihat dan baca saja sendiri bagaimana menyebalkannya dia." jawabku sembari menyodorkan ponselku dan membiarkan mereka membaca seluruh pesan yang terjadi semalam di mana Jianghan memberikan beberapa balasan singkat atas semua notifikasi yang mengganggunya di setiap unggahan sosial mediaku.

Shu In dan Fen mulai membaca dengan seksama. Terlihat sesekali matanya juga terbuka lebar setiap membaca pesan singkat dari Jianghan seakan tak percaya bahwa Jianghan mengirimkan pesan yang demikian menjengkelkan dan melelahkan rasa.

"Ah yang benar saja, bagaimana bisa ia tak merasakan makna di setiap postingan sosial mediamu. Dia menyebalkan sekali." ujar Fen yang mulai menyandarkan punggungnya di kursi kelas.

"Kubilang juga apa, dia semakin hari semakin menyebalkan mengomentari hidupku sana sini tanpa tujuan." jawabku dengan nada lesu dengan menaruh kepalaku di atas meja.

"Aku jadi semakin penasaran, setebal apa hatinya hingga ia tak bisa merasakan betapa besarnya perasaanmu padanya, Lin." tambah Fen yang nampaknya mulai terpancing emosinya. Aku hanya menghela napasku dan mengangkat bahuku sebagai isyarat bahwa aku juga tak tahu mengapa ia melakukan hal demikian padaku, menarik ulur tanpa sebuah kepastian. Jianghan selalu memberikan harapan padaku tapi dia juga yang menghancurkannya.

"Inilah nasib cintaku yang buruk dan membosankan."

"Siapa yang bilang jika nasib cintamu membosankan? Kita hanya perlu mengatur strategi dan kau tak bisa tinggal diam seperti ini." gumam Fen yang membuatku bangun dari sandaran.

"Strategi? Strategi apa yang kau bicarakan?" tanyaku dengan penasarannya. Shu In juga mulai menatap aneh Fen. Kegilaan cinta ini benar-benar membuatku gila.

"Atur strategi untuk menyatakan cinta dan kau harus mengungkapkan semua rasamu pada Jianghan." ujar Fen yang tak bisa kuduga.

"Apa? Apa kau gila, Fen? Aku menyatakan cintaku pada Jianghan, itu sama saja aku membunuh harga diriku sendiri. Tidak, aku tidak mau." Aku mulai mengelaknya dan mengusap dahiku seakan tak percaya tentang pemikiran dan ide nekat yang mulai merasuki otak Fen.

"Fen, apa ini tak terlalu terburu-buru? Apa ini juga tak membuat Jianghan merasa risih dengan sikap Lin jika ia mengatakan semua perasaannya?" Aku mulai mengangguk seakan satu pemikiran dengan Shu In. Terlihat Fen mulai menyeringaikan bibirnya dengan sadis. Nampaknya, ia punya jalan pikiran sendiri.

"Takkan apa-apa, kurasa Jianghan juga tak mempermasalahkan jika wanita terlebih dahulu mengungkapkan cinta. Bukankah ia juga sering mendapatkan surat cinta dan pengutaraan cinta dari gadis-gadis di sekolah? Jadi, kurasa ini hal yang baik untukmu, Lin. Ungkapkan saja rasamu padanya, soal diterima atau tidak itu urusan terakhir yang terpenting kau sudah menyampaikan isi hatimu dengan baik padanya." jawab Fen dengan santainya seakan tak ada beban dipikirannya ketika ia mengatakan semua ide gilanya.

"Ini gila, Fen. Apa yang akan ia pikirkan tentang diriku? Dia pasti akan berpikir jika aku adalah wanita yang agresif." protesku sekali lagi, kali ini aku mencoba menentang pemikiran Fen yang sedikit ekstrim dari biasanya.

Fen mulai memetikan jarinya, "Itu maksudku, kebanyakan kaum pria seperti Jianghan menyukai gadis-gadis yang ekspresif dan juga agresif."

"Tapi, agresif dan ekspresif itu sungguh berbeda, Fen." elakku sekali lagi guna mempertahankan kehormatanku supaya tak mengatakan semua perasaanku pada Jianghan.

"Atau jika kau tak bisa mengungkapkan rasamu lewat pertemuan dan tatapan mata, kau buat saja surat cinta untuk Jianghan seperti para gadis itu." Aku mulai terperangah takjub tak bisa kusangka bahwa Fen memiliki pemikiran yang liar seperti ini. Kukira ia hanya wanita sederhana yang polos.

"Setidaknya ini akan membuat hatimu sedikit tenang dan tak tertekan dengan memendam cinta sendiri seperti ini." tambahnya yang membuatku mengangkat sebelah alisku.

"Surat cinta, kurasa itu bukan ide yang buruk." tambah Shu In yang nampaknya mulai setuju dengan ide nakal milik Fen.

"Lalu, bagaimana jika aku ditolak dan dipermalukan di depan umum?" ucapku yang maish terus mengelak dan mengkhawatirkan segalanya yang akan terjadi jika aku mengikuti saran di luar nalar mereka.

Fen mulai menghela napasnya lagi, "Yang terpenting kau sudah mengatakannya, Lin. Jianghan takkan melakukan hal bodoh seperti itu, ia pria yang berwibawa dan ia juga takkan mempermalukanmu di depan umum bahkan jika ia ingin melakukannya pasti ia sudah melakukan hal itu pada gadis-gadis sekolah yang sudah mengutarakan isi hatinya terlebih dahulu."

Aku mulai terperangah dan menepuk dahiku,

"Oh ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?"