Chereads / will dream's come true? / Chapter 31 - Mati Bosan

Chapter 31 - Mati Bosan

Dream

Hari ini sudah 2 minggu terhitung dari aku pulang dari rumah sakit.

Aku menjalani hari - hari nya dengan lesu.

'kembali hidup di sangkar emas' itu lah ungkapan yang aku berikan pada diri ku sendiri.

Semua orang rumah selalu memperhatikan ku, membantu ku, tapi justru itu menyebabkan ruang gerak ku terasa dibatasi.

"huh.... BOSAN!!!" aku berteriak di ruang tv.

" ih kakak berisik! " itu adik ku yang baru keluar dari dapur.

" ya abis kakak bosen, ini gak boleh, itu gak boleh, terus kakak harus gimana? "

" ya salah sendiri kenapa tu kaki pake acara dipatahin " dia berujar santai sembari menunjuk ke arah kaki ku yang masih terpasang gips.

" kalau ngomong tu mulut jaga dikit ya.... enak aja ngomong nya 'dipatahin' kamu fikir kakak udah bosen jalan gitu? " ucap ku sambil menyumpit bibir nya dengan jari ku. Ia pun lantas memukul tangan ku.

" siapa tahu aja " dia kembali meledek ku. namun kala aku hendak menggapai nya dia buru - buru menjauh dari ku.

" eits... gak kena...! sini bisa gak kejar Indra! " aku semakin terbakar emosi tatkala dia memeletkan lidah nya sambil mengoyang - goyang kan bokong nya ke arah ku.

DEBUGH

satu tendangan dari bang Rion di bokong Indra sukses menjungkalkan adik tengil ku itu ke lantai dan berakhir dengan posisi tengkurap. Aku yang melihat nya secara live tidak dapat menahan tawa ku, aku pun ber tos ria dengan bang Rion.

Seketika itu pula aku mendengar umpatan - umpatan keluar dari bibir nya.

" Berani kamu ngumpat depan Abang, Abang sumpal tu mulut pake kaos kaki "

" boleh aja asal bersih " aku tak tahu lagi tu anak di buat dari apa, dengan berani dia melawan kata - kata bang Rion.

Mendengar jawaban Indra aura bang Rion sesara menggelap kalau di anime mungkin adegan nya langit langsung gelap dan petir menyambar di mana - mana. Aku pun bergidig ngeri ' mampus kamu ' ucap ku tanpa suara sambil menunjuk Indra untuk posisi ku saat ini ada di belakang bang Rion.

Indra Hendak mencari aman dengan mengambil langkah seribu, namun bang Rion lebih dulu mencengkram kaos Indra, lalu mimiting nya

" bang lepas! ketek abang bau "

" udah ngedumel, ngelawan juga, sekarang berani - berani nya ngatain. Awas kamu abang kabulin permintaaan kamu ini. De lemparin sinih sepatu abang! "

Tampa membuang waktu aku pun mengambil sepatu bang Rion yang tak jauh dari kaki ku lalu ke lempar ke arah nya.

Just for info, Bang Rion barusan baru pulang jogging dan salah satu kebiasan buruk bang Rion adalah melepas sepatu nya di dalam rumah. Kalau ketahuan mama bang Rion pasti kena semprot, soal nya mama udah wanti - wanti kalau buka sepatu itu bok ya di depan masuk rumah pake samdal rumah.

Sekarang bang Rion sedang mengoyang - goyang kan kaos kaki yang super bau nya di depan wajah Indra dengan tangan kanan nya, sedang tangan kiri nya masih senantiasa memiting leher Indra. ketika kaos kaki tersebur sudah hampir kena hidung Indra, seketika Indra yang

Merasa terancam pun menggigit dada kiri bang Rion sekuat tenaga. Memanfaatkan situasi bang Rion kesakitan Indra langsung berlari ke lantai dua. namun di tengah tangga

" abang jahanam , tukang nyiksa, pemaksa, MENYEBALKAN! " Ku lihat wajah nya merah padam tanda nya dia bener - bener murka sekarang.

setelah meluapkan emosi nya Indra pun kembali berlari dan masuk ke kamar nya. Dari lantai satu aku masih bisa mendengar suara pintu dibanting nyaring.

" abang keterlaluan ih "

bang Rion duduk kembali di sofa tepat di samping ku.

" abang tahu, tapi tu anak kadang emang perlu dikasih pelajaran "

" iya juga sih, kadang suka gak tahu tempat bercanda nya "

" nah tuh tahu! tapi buset gigitan nya kayak buaya De, ganas! "

kami pun tergelak bersama mengingat kembali wajah marah Indra yang justru terlihat lucu.

...

Menjahili Indra merupakan hiburan tersendiri bagi ku.

Ya mau bagaimana lagi aku kan tak bisa melakukan apapun.

Tapi setelah itu aku kembali merasakan sepi. Indra benar - benar marah sampai malam pun ia tak mau keluar kamar, bang Rion sedang sibuk mengedit hasil jepretan nya, ayah sibuk di ruang kerjanya dan mama di dapur.

ah... aku benar - benar merindukan sekolah, semua yang ada di dalam nya juga. Semua teman - teman ku juga.

" Sayang, teman - teman mu tak datang hari ini? "

mama berteriak dari dapur. Saat ini aku sedang di ruang keluarga, dari sana aku bisa melihat jelasbapa yang dilakukan mama di dapur karena memang tak ada sekat antara ruang keluarga, ruang makan dan dapur.

" kata nya hari ini mereka mau latihan basket mah, jadi gak ke sini. Kalau Ocean dia mau jemput mommy nya yang baru pulang dari Jepang."

" oh gitu ya... kamu yang sabar sayang, kata dokter peningkatan penyembuhan kamu sesuai dengan harapan. Jadi 2 minggu lagi kamu bisa lepas gips nya." saat ini mama sudah duduk di samping ku.

" iya ma, De tahu. De cuma bosen aja mh "

" kalau gitu mau jalan - jalan bareng abang gak? "

" ih abang ni ngagetin tahu "

melihat ku yang terlonjak mama hanya terkekeh lalu kembali ke dapur, bang Rion duduk di tempat yang tadi di duduki mama.

" jadi gimana? besok sabtu kan, mungpung abang gak ada kegiatan juga"

" yakin? bukan nya kalau weekend kerjaan abang bejubel ya " sambil menelengkan kepala dan memicingkan mata ku.

pasal nya tak ada weekend tanpa kerja untuk bang Rion

" untuk hari minggu abang memang ada jadwal pemotretan di kampus, tapi untuk besok abang free " dia berucap sambik mengendikan bahu

" kalau Indra mau nemenin De, De mau deh pergi sama abang "

" jadi cerita nya abang harus minta maaf nih sama Indra? " tanya nya sambil bersedekap.

" gak percuma emang abang punya IQ di atas rata-rata " aku mengacungkan dua jempol ku

"kalau abang gak mau? "

" emang abang tega ngeliat De mati bosen di rumah? " sambil memasang wajah memelas tentu saja

" kamu tuh ya... " jawab nya sambil menjawil ujung hidung ku.

" udah berhenti dulu diskusi nya, bang kamu panggil ayah gih buat makan malam, ibu mau panggil Indra " mama datang dan memepuk bahu bang Rion

" sini mau abang gendong dulu ? " dia mengulurkan sebelah tangan nya, tapi aku menepis nya

" gak mau! mau digendong ayah, sana cepet panggilin! " titah ku sambil mendorong punggung nya.

" manja ! " hardik nya sambil berlalu aku hanya terkekeh melihat nya.

' hah.... semoga semua nya gak pernah berubah '