Chereads / will dream's come true? / Chapter 32 - Adik Terbaik

Chapter 32 - Adik Terbaik

Kali ini aku benar - benar digendong oleh ayah untuk sampai di meja makan.

ah... aku sama sekali tidak ingin melewatkan momen ini sedikit pun.

Setelah semua berkumpul dan memulai makan ada hal yang tak biasa terjadi, sehingga membuat ayah juga Mama saling pandang keheranan.

Kalian bisa tebak apa itu?

Jawaban nya adalah TENANG

Yups! jika di satu tempat ada aku, bang Rion dan Indra suana TENANG pasti tidak akan pernah tercipta pasti akan selalu ada pertengkaran kecil, maupun sedang yang akan tercipta.

Aku gak sepolos itu untuk tak paham situasi aku yakin Indra masih marah sama bang Rion dan ... hah... Aku juga ... pasti

karena apa? Karena aku juga bantuin bang Rion buat dapetin kaos kaki bau nya, dan bang Rion melalakukan semua itu karena membela ku juga.

Aku sadar Indra hanya remaja 14 tahun yang labil dan butuh banyak perhatian positif dari orang - orang di sekitar nya tapi yang Indra dapatkan kini hanya separuh nya saja dari seluruh hak yang dia punya. Dan semua itu karena 'aku' . Terkadang aku juga berfikir apakah Indra benci sama aku? Kenapa dia bisa sangat menyebalkan bila di depan ku? Mungkin ada sebagian kecil dirinya yang membenci ku, dan aku tak apa soal itu toh aku juga yang menyebabkan dia jadi kurang diperhatikan oleh Mama, Ayah, dan juga Abang sejak dia masih kecil bahkan mungkin sampai sekarang.

Awal nya Mama dan Ayah tidak berencana memiliki lagi momongan apalagi setelah tahu kondisi ku yang sesungguh nya dari dokter tekad itu semakin bulat. Tapi Tuhan berkehendak lain, Ia justru menghadirkan Indra di antara kami semua, awal nya mama sempat stress, tapi Ayah sama Abang berhasil meyakinkan mama bahwa semua pasti akan semakin membaik.

Indra menyelesaikan makan nya lebih cepat dari biasa nya.

" Ada yang mau jelasin sama Ayah? " tanya Ayah yang duduk di samping bang Rion.

" gak.... aw... De... " belum sempat bang Rion mengelak aku yang lebih dulu sudah menendang kaki nya di bawah meja.

" Dream, sama Abang harus minta maaf sama Indra." aku segera memotong ucapan Abang sebelum dia berniat bohong lebih jauh lagi.

" Bagus kalau kalian sudah menyadari kesalahan kalian, Ingat Ayah gak pernah ngajarin kalian untuk jadi pengecut yang tidak berani mengakui kesalahan. Abang dengar Ayah kan? " aku tahu Ayah pasti akan menyindir bang Rion, see gak ada seorang pun yang bisa membohongi ayah baru niat pun sudah terbaca.

" Abang dengar Yah "

" dengar sih dengar Bang, tapi gak perlu sambil manyun juga Bang. Tuh De nya ngetawain " Kata Mama sambil menunjuk ke arah ku.

Setelah makan aku pun meminta bang Rion menggendongku menuju kamar Indra.

" Bang, de tahu abang lagi banyak kerjaan. Jadi biar De duluan ya yang minta maaf sama Indra abang nanti aja "

" loh kok gitu? yang keterleluan ngerjain Indra kan abang " aku menggeleng

" De tahu, tapi De mohon kali ini De ingin ngobrol berdua sama Indra "

" Abang gak ngerti apa tujuan kamu, tapi kalau itu bisa bikin kamu lebih baik it's Ok " Bang Rion pun meninggalkan ku di depan kamar Indra. Sambil tertatih aku berusaha mengetuk kamar Indra

Tok tok tok

.....

Tok tok tok

.....

" Ndra bukain dong, Kakak tahu kamu belum tidur! Kakak pegel ni berdiri terus pengen duduk Ndra "

ceklek

" siapa suruh berdiri..... eh? kakak ? kok bisa sampe sini? kok sendirian? abang mana? kok bisa gak dianterin? keterlaluan emang! " serobot nya sambil menengok ke kanan dan ke kiri

aku tak menyangka respon yang Indra berikan justru jauh dari ekspektasi ku.

Yang tadinya ku kira dia bakal marah ternyata malah terlihat khawatir.

Tak ayal aku pun terkekeh dibuat nya.

" entar dong nanya nya, sini bantuin kakak masuk dulu " aku menyuruh nya membantu ku sambil mengulurkan tangan ku.

Kini Indra membantu ku duduk di tepi ranjang nya.

" kakak dah lama ya gak masuk kamar kamu "

" salah sendiri kebanyakan nginep di Rumah Sakit "

mendengar ucapan nya aku hanya mampu tertunduk, perasaan bersalah ku pada Indra kembali terngiang di kepala ku.

" ya ampun kak maaf, Indra gak maksud buat kakak sedih .... "

" enggak kok Ndra, kakak minta maaf ya "

" kakak kenapa? " kini dia duduk di lantai sambil menghadap ku, tangan nya terulur menggenggam tangan ku yang ku letakan di atas paha ku yang tertutup celana bahan selutut warna soft pink.

" kamu pasti benci ya sama kakak? "

" kakak kenapa ngomong gitu? kenapa kakak bisa punya pikiran kayak gitu " aku tak mampu menahan kesedihan ku, air mata ku mengalir begitu saja

" kakak ngerasa, kalau kamu pantas benci sama kakak. Karena kakak, kamu jadi enggak bisa ngerasain secara utuh kasih sayang yang seharusnya kamu dapat kan. Kasih sayang dari Ayah, Ibu, juga Abang. Dari kecil kamu selalu dituntut untuk mandiri, karena mereka semua lebih memerhatikan kakak dari pada kamu. Padahal kamu yang paling kecil tapi.... " aku tak mampu melanjutkan kata - kata ku Kepala Indra kian tertunduk bahkan kening nya menyentuh lutut ku, tangannya yang menggemgam tangan ku pun kian mengerat.

" kak.... aku memang iri sama kakak, kakak dapet semua perhatian dari Ayah, Ibu, juga Abang. Kakak juga pintar, rupawan, tapi aku sadar bahwa hidup aku lebih beruntung. " kini dia menengadahkan wajah nya, tangan nya terulur menghapus air mata ku.

" dan kakak tahu... aku juga sadar bahwa kakak adalah orang yang paling tahu tentang aku, paling mengerti diri aku, dan juga paling menyayangi ku. Aku memang sempat iri sama kakak hampir benci malah, tapi itu waktu aku kecil. Semakin besar aku semakin sadar bahwa diantara yang lain justru kakak lah yang paling menyayangi ku. "

" kakak ingat tidak waktu umur aku tujuh tahun, aku pernah main dari pagi dan baru pulang sore hari. Itu pun dalam keadaan basah kuyup. Aku ingat betul waktu itu kakak marah besar sama aku tapi aku malah mengabaikan kakak.

Aku juga ingat waktu itu Ayah lagi di luar kota, Abang pergi camping, dan ibu kelelahan karena habis dari tetangga bantuin hajatan. Aku masih ingat malam itu aku demam tinggi badan aku juga menggigil, dan aku rasa waktu itu aku merintih juga. Sampai akhir nya kakak masuk ke kamar aku ngompres aku, bawain aku roti, sampai kasih aku obat. Sejak saat itu aku paham bahwa kasih sayang kakak amat besar buat aku. Dan sejak saat itu pula aku paham kondisi kakak, karena ngerawat aku kakak jadi kurang tidur dan akhir nya kakak hampir pingsan seharian. Awal nya aku pikir aku bakal disalahkan oleh semua orang karena udah bikin kakak kecapean, tapi ternyata tidak mereka cuma bilang kalau kakak bener - bener sayang sama Ndra sampai gak merhatiin kesehatan nya sendiri.

Jadi mulai sekarang kakak jangan pernah punya pikiran kalau Ndra benci sama kakak ya? karena Aku gak pernah mungkin bisa benci sama kakak tercantik ku ini "

sekarang dia beralih memeluk ku " aku sayang sama kak Dream "

" kamu memang adik ku, adik terbaik ku "