"Trus? Gua harus jadi temen sekelas dia dulu gitu? Ya ngga lah bego."
Rachel menatap jengkel ke arah Revan, "Lo ini keras kepala ya? Kalo dibilang gua bisa ya kenapa harus Lo? Emang manusia yang bantu dia cuma Lo?"
Revan yang berada di ambang pintu mengrenyit kan dahi nya, "seberapa dendam nya Lo Ama gua, sampe Perkara gini mau di panjangin?"
Rachel memasukkan kedua tangannya kedalam saku, kemudian memejamkan mata dan menarik nafas. Berusaha menenangkan diri seperti ajaran firda saat dirinya tengah berdebat.
Kemudian ia membuka mata dan menatap ke arah Revan dengan sengit, "perkara gimana maksud Lo? Jelas-jelas Lo yang mancing semuanya. Dan sekarang Lo nuduh gua nyari perkara? Sehat Lo?" Ujarnya dengan tatapan tajam.
Revan ikut memasukkan kedua tangan nya kedalam saku, kemudian menyenderkan tubuh ke arah pintu. Kemudian berdecak dengan keras dan tersenyum remeh.
"Apa gara-gara yang kemaren? Cih, bahkan Iyan pun ga seberapa sama gua." Ujar nya dengan smirk.