Bahkan, rumah yang ia bangun sedari lama akan runtuh hanya sebuah keegoisan. Semuanya sudah terlanjur rusak parah, Rish gegabah. Semuanya fatal dan sia-sia. Semua karena kesalahan dirinya.
"Hiks hiks.."
Semua karena dirinya. Rish lah yang harus disalahkan. Benar, dirinya lah yang pantas untuk menanggung semuanya.
Seandainya Rish berharap dirinya diberi kesempatan kedua untuk lahir kembali dan menjalani hidup baru yang jauh dari kata 'kesialan' yang telah melekat pada dirinya sedari kecil.
Siapapun tolong ia, yang sekarang hanya tergelatak lemas di sepanjang aspal dingin dengan rintik hujan di tengah badai angin yang dingin. Serta beberapa lelehan air mata bercampur warna merah yang mengelilingi kepalanya.
"Hiks..tolong aku.."
__________
"Pak? Pak anda baik-baik aja? Pak ?"
Ngingg
"Shh.." Rish mendesis pelan, dengingan itu perlahan merasuk dan menusuk indra pendengaran.
