"Ada yang membicarakanku rupanya."
Deg
CL dan Alex langsung terpaku dari pergerakannya. Kaki yang sedari tadi bergerak seketika diam, jari yang tadi saling bertaut dan menari kini terdiam, dan mata yang tadinya menatap tajam entah kemana langsung membola.
"Kenapa kalian langsung terdiam? Apa aku tidak boleh mengetahui cerita kalian tentang diriku?", CL menutup mata mendengarnya.
Mr. Jason berjalan mendekati kedua anak yang masih terdiam itu dan duduk di salah satu bangku. Tepat di samping CL.
"Haahh… apa aku boleh ikut bergabung?", tanya Mr. Jason menatap kedua anak itu.
"Apa yang kau lakukan disini?", tanya CL balik dengan nada dinginnya sabil menatap ke depan bawah. "Mau apa kau?"
"Hm?", Mr. Jason menatap Alex dengan pandangan tidak mengertinya. Alex seketika membuang pandangan saat matanya bertemu dengan mata Mr. Jason.
"Kenapa? Aku tidak boleh bergabung?"
"Shut the fuck up! Tidak usah berpura pura. Pergi dari sini sekarang atau aku akan menghabisimu.", CL menatap Mr. Jason dengan pandangan mematikan miliknya. Dia sudah sangat tersulut emosi. Walaupun Mr. Jason tidak mengatakan apapun tapi, kehadirannya saja bisa membuat CL naik darah.
"Aish aku tidak boleh bergabung bersama kalian?", pertanyaan Mr. Jason tersebut malah membuat CL naik pitam.
Brak
CL menggebrak meja lalu menarik kerah kemeja Mr. Jason dan menatap pria dewasa tersebut dengan pandangan yang sudah dipenuhi amarah.
Alex ikut berdiri ingin mencegah hal yang tidak tidak.
"CL!", bentak Alex.
"Sudah aku bilang kepadamu untuk pergi dari sini. Apa kau tuli huh?", ucap CL dengan penuh penekanan.
"Kalau saja aku bisa membunuhmu saat ini, akan ku bunuh kau."
"Sekarang pergi dari sini sebelum aku benar benar melakukannya. Bajingan!"
"CL stop!"
CL melepaskan genggamannya pada kerah Mr. Jason dengan kasar. Sedangkan Mr. Jason yang diperlakkan seperti itu hanya tertawa meremehkan.
"Sepertinya aku tidak dijamu dengan baik disini. Sebaiknya aku pergi saja.", dia berdiri dari duduknya dan merapikan pakaiannya.
"Terimakasih atas jamuannya."
Mr. Jason benar benar pergi dari sana. Entah mengapa dia masih berada disana pada saat itu.
Brak
"Ah sialan!", CL memegang kepalnya dengan kedua tangannya sambil menunduk.
"Lo harus nenangin diri.", CL mengangkat kepalanya dan menatap heran.
"Gimana gua bisa tenang coba kalo udah begini?"
"Iya, emosi lo lagi ga stabil. Kalo lo begini terus yang ada kita ga dapet hasil apapun. Dia begini biar mengecoh lo. Biar apapun yang lo lakuin gagal karena emosi lo."
CL terdiam. Benar juga yang dikatakan Alex.
"Dan lo-"
Drrt drrt
Handphone milik Alex memotong pembicaraannya sendiri. Anak laki-laki itu mengambil benda pipih tersebut disakunya.
"Bentar ada yang telepon."
"Siapa?", Alex menggelengkan kepala tidak tahu. Lalu dia menunjukkan layar ponselnya kepada CL.
Unknown
"Angkat coba."
"Oke."
Alex mengangkat panggilan tersebut dengan hati-hati.
"Halo?"
"….."
"Ya, dengan saya sendiri."
"…."
"Oh, sekarang posisi anda dimana?"
"…."
"Baiklah, saya akan segera ke sana."
"...."
"Tentu, terimakasih."
Alex menutup panggilan tersebut sepihak. Hal itu membuat CL menatap nya dengan pandangan penasaran.
"Siapa?"
"Driver pengirim makanan."
"Sekarang dia dimana?"
"Ada di luar. Sekarang gua mau ambil dulu."
"Emang ga bisa kalo dia yang dateng ke sini?"
"Ga dikasih izin sama pihak rumah sakit."
"Uhm, siapa yang ambil? Gua atau lo?"
"Gua aja, lo tunggu sini."
"Oke, thanks."
Alex menganggukan kepala tersenyum kemudian berlalu dari sana meninggalkan CL sendirian.
Selagi menunggu Alex, CL lebih memilih untuk memainkan salah satu aplikasi game di handphone nya. Dia bermain sangat asyik sehingga tidak menyadari kehadiran Alex yang sudah kembali dengan membawa empat buah paper bag berwarna cokelat berukuran sedang di kedua tangannya.
Bruk
"Eh anjir!"
Handphone yang dipegang CL hampir terjatuh karena sangking terkejutnya. Dia menatap tajam Alex.
"Bisa ga sih sehari aja ga usah ngagetin."
"Lah kaget lagi?", Alex malah tertawa. "Gampang banget kaget jadi orang."
"Hm nyenyenye."
Alex mulai mengeluarkan makannya satu persatu dibantu CL.
"Eh jangan dikeluarin semuanya dulu."
"Emang kenapa?"
"Mejanya ga terlalu gede, nanti ga muat."
Jadinya CL dan Alex mengeluarkan makanan yang berukuran kecil terlebih dahulu bersama dua cup besar minuman.
"Eh iya, kan tadi gua beli matcha latte.", Alex teringat dengan minuman yang ia bawa ke ruangan tadi pagi sebelum ia tertidur.
"Tumben mesen matcha latte, biasanya pesen kopi."
"Tadinya gua mau kasih lo pas nyampe sini. Eh ternyata lo ga nyampe nyampe. Malah nyampe nya siang banget."
"Tumben baik?"
"Kan lo abis dari markas, siapa tau butuh minuman penenang."
"Baiknya."
"Dah makan ah, mumpung masih anget."
Alex mengeluarkan dua cup mangkok berukuran lumayan besar.
"Apaan itu?"
"Sup krim. Makan ini dulu sebagai pembuka."
"Ga mau."
"Kan lo belum makan dari pagi, paling cuma makan es krim sama cake. Buar perutnya ga sakit, mending makan yang anget dulu."
"Yaudah deh."
Akhirnya kedua anak itu menikmati makan siangnya. Walaupun makanan yang mereka makan tidak sehat, tapi keduanya senang bisa memakannya. Jarang sekali mereka bisa memakan makanan seperti ini. Kedua orang tua mereka melarang karena semua makanan itu tidak baik untuk kesehatan.
Bugh
Seorang anak kecil terjatuh di dekat meja keduanya dan menangis kencang. CL dan Alex langsung bangkit dari duduknya dengan rusuh ingin menghampiri anak kecil tersebut.
Alex membantu anak kecil itu berdiri dan membersihkan tubuh anak kecil tersebut dengan perlahan lahan.
"Hey little girl, don't cry okay?", CL mengangkat kepala anak kecil tersebut yang menunduk karena menangis. Taoi, sepertinya dia kenal dengan anak kecil ini.
Tunggu, apa dia adalah anak kecil yang pernah ditolongnya di taman waktu itu?
"Alex, ambilin tisu!"
Alex sedikit berlari kembali ke mejanya ingin mengambil tisu lalu kembali dan memberikan dua lembar tisu kepada CL.
Setelah mendapatkan tisunya, CL dengan hati-hati membersihkan wajah anak kecil tersebut yang basah karena air mata dan kotor karena ada sedikit pasir yang menempel pada wajah anak kecilnya.
"Hey jangan nangis ya?", tangisan anak kecil tersebut mulai mereda perlahan-lahan.
CL tersenyum melihat anak kecil di depannya ulai menghapus air matanya sendiri.
"Udah udah, jangan dikucek terus matanya nanti jadi sakit.", anak kecil yang tadinya terus menghapus air matanya dengan cara mengucek mata menggunakan tangan mulai berhenti.
CL memegang kedua lengan atas anak kecilnya sebelum salah satu tangannya terulur ke atas untuk menepikan rabut anak kecil yang menghalangi wajah imutnya. Dia tersenyum hangat menatap kedua bola mata anak kecil.
"Kamu inget kakak ga?", anak kecil itu menggeleng. CL kembali mengembangkan senyumannya.
"Eum kalo begitu ibu kamu dimana? Kok kamu sendirian?"
"Ibu lagi bicara sama dokter, terus aku lari aja."
"Kok lari?"
"Aku bosen."
"Aihh, nanti kalo ibu kamu cari kamu gimana?", anak kecil itu hanya menundukkan kepalanya.
"Lo kenal sama anak kecil ini?", tanya Alex penasaran.
"Iya. Lo inget ga waktu gua kecelakaan kecil di taman."
"Iya inget."
"Dia anak kecil yang waktu itu gua tolong."
"Hmmm…. Pantes aja lo kenal sama dia."