"RAYANA!!"
Teriakan seorang wanita mengalihkan pandangan ketiganya. CL dan Alex yang tadinya berjongkok langsung berdiri saat wanita itu mendekat.
"Kau ini, kenapa kau lari huh?", omel wanita tersebut pada anak kecil yang bernama Rayana tersebut.
"Aku bosan ibu. Ibu berbicara pada dokter sangat lama dan membuatku bosan."
"Tapi, kalau begini ibu menjadi khawatir."
"Maaf."
Ibu Rayana berjongkok kemudian memeluk putrinya. Kekhawatiran sangat terlihat pada wajahnya.
CL dan Alex hanya tersenyum melihatnya. Terutama CL yang sangat tahu ibu Rayana.
"Kau tidak boleh seperti ini lagi, mengerti?"
"Iya ibu."
Ibu Rayana bangkit dari jongkoknya menghadap CL dan Alex. Kedua matanya langsung membola saat melihat CL.
"Bukankah kau yang menyelamatkan putriku waktu itu di taman.", CL tersenyum kemudian mengangguk.
"Ahhh… tidak ku sangka kita bisa bertemu lagi."
"Iya, aku juga nyonya."
"Kalau boleh tahu apa yang kau lakukan disini?"
"Ah sepupu sahabatku mengalami kecelakaan dan ibuku jatuh sakit semalam.", CL menunjuk Alex.
"Aihh, kasihan sekali. Semoga lekas sembuh."
"Terimakasih nyonya."
"Jadi, dia ini sahabatmu?", CL mengangguk.
"Aku kira dia adalah pacarmu.", CL dan Alex membolakan mata mendengar penuturan Ibu Rayana.
"Kalian terlihat sangat serasi. Jadi, aku kira kalian adalah sepasang kekasih."
"Eung tidak nyonya, kau salah paham. Kami adalah sahabat sekaligus partner kerja."
"Begitu ternyata.", Ibu Rayana tersenyum manis kepada CL dan Alex.
"Ibu, aku ingin pulang.", ujar Rayana polos ditengah pembicaraan ibunya dan kedua anak itu.
"Ah, maafkan putriku. Kalau begitu aku pamit pulang."
"Ya, silahkan nyonya. Hati hati di jalan."
"Terimakasih. Aku do'akan semoga keluargamu yang sedang sakit segera sembuh."
"Terimakasih sekali lagi nyonya."
"Ucapkan selamat tinggal pada kedua kakak ini, Rayana."
"Dadah. Terimakasih telah membantuku."
"Sama-sama."
"Aku permisi ya."
"Silahkan nyonya."
Setelah Rayana dan ibunya pergi CL dan Alex kembali ke meja mereka dan menyelesaikan makan siang mereka.
"Gila, padahal kejadiannya udah lama. Tapi ibunya Rayana masih inget sama lo."
"Trus ga boleh inget gitu?"
"Enggak, maksud gua tuh biasanya kan kalo orang tua seumuran ibunya Rayana gampang lupa sama kejadian yang udah udah."
"Oh."
~~
Akhirnya mereka berdua berhasil menghabiskan semua makanan yang mereka pesan. Walaupun dalam jumlah yang lumayan banyak, tapi keduanya sanggup untuk menghabiskan itu semua.
"Haahh… coba aja ada LJ pasti mesen makanannya lebih banyak."
"Iya.''
"Lama banget siumannya tuh anak.", Alex menganggukan kepala setuju dengan apa yang dikatakan CL.
"Btw, lo ngapain aja tadi di markas?"
"Ngobrol sama Mr. Jason, rapat di aula, trus tidur sampe siang."
"Rapat ngapain?"
"Gua mau selidikin kasus ini dan dapetin bukti."
"Oh"
Drrt drrt
"Siapa lagi si yang nelepon?", Alex mengeluh karena sedari tadi waktunya terganggu dengan sebuah panggilan.
Dia mengabil handphone nya untuk kesekian kali di saku.
"Eh Mama deh yang telepon hehe."
"Coba angkat."
Alex menerima panggilan tersebut.
"…."
"Kenapa, Ma? Ada apa sama LJ?", Alex malah panik mendengar suara ibunya di seberang sana.
"…."
"Apa!?"
"…."
"Oke, aku ke sana sama CL sekarang."
Alex menutup panggilannya sepihak.
"Kenapa?", tanya CL penasaran.
"Ke ruangan sekarang."
"Hah?"
"Udah ayo buruan ke ruangan.", Alex ingin berlari terlebih dahulu, tapi ucapan CL membuatnya berbalik badan kembali.
"Woi, ini beresin dulu. Nanti diomelin sama penjaga kebersihan."
"Eh iya."
Alex dan CL dengan secepat mungkin merapikan semua sampah bekas mereka makan siang dan membuangnya ke tempat sampah. Setelahnya dengan sedikit berlari, mereka berdua pergi menuju ruangan.
Di depan ruangan, keduanya melihat bahwa pintu ruangan yang biasanya tertutup tapi malah terbuka. CL dan Alex saling memandang kemudian melangkahkan kaki mendekat. Tapi, mereka hanya melihat dari luar terlebih dahulu.
Ternyata didalam ada Dokter Daren dan beberapa perawat mengelilingi kasur LJ.
Alex masuk terlebih dahulu, baru kemudian CL mengikuti.
"Ma?"
"Alex.", Mrs. Frankie langsung memeluk Alex dengan linangan air mata.
"Ma, kok nangis?"
"Ga apa-apa, Mama nangis bahagia kok."
Alex hanya diam membalas pelukan ibunya.
"Haahh syukurlah LJ sudah siuman. Dan kini keadaannya sudah membaik, hanya perlu beberapa hari lagi di sini untuk pemulihan.", ujar Dokter Daren senang.
"Kalau Mama saya dok?", tanya CL.
"Nyonya Lee sudah bisa melepaskan infusnya kalau sekarang sudah merasa benar benar baik. Nanti, kalian panggil saja salah satu perawat untuk membantu proses penyabutan infus."
CL menatap ibunya senang. Dia mendekati sang ibu yang masih duduk di atas ranjang.
"Mama udah sehat?", tanyanya senang.
"Iya, Mama udah sehat."
"Kalo gitu nanti Mama bisa lepas infus dong.", Mrs. Lee tertawa kecil atas keantusiasan putrinya.
"Iya sayang.", ujar Mrs. Lee sambil mencubit pipi CL.
Mr. Graham ikut bergabung bersama anak dan istrinya. Keluarga Frankie yang melihatnya saling mendekatkan diri, memeluk satu sama lain, dan tersenyum.
"Kalau begitu saya permisi."
"Ya dokter, terimakasih."
"Sama-sama.", sebelum benar benar pergi, Dokter Daren menatap CL terlebih dahulu lalu menundukkan kepala kecil sambil tersenyum. CL pun melakukan hal yang sama kepada Dokter Daren.
Mr. Joel dan istrinya berjalan menuju salah satu sisi ranjang LJ dan Alex berhenti di bagian kaki ranjang.
"Bagaimana keadaanmu sekarang sayang?", Mrs. Frankie mengarahkan salah satu tangannya untuk mengelus wajah LJ.
"Baik, hanya perlu beristirahat saja."
Mrs. Frankie dan Mr. Joel saling melemparkan senyuman.
"Enak tidurnya eyy?", CL berjalan mendekat. Dia bersandar di sisi lain kasur LJ dengan menggunakan salah satu tangannya dan tangan lainnya ia taruh di pinggang.
"Enak kok."
"Mau tidur lagi?", LJ mengangguk.
"Dih goblok, yaudah sana tidur lagi kalo bisa selamanya.", mulut CL langsung dipukul oleh Alex.
"Kalo ngomong ya."
"Apa?"
"Suka bener.", Alex mengajak Cl untuk bertos ria.
"Sialan bener punya temen ama sepupu!"
Keempat orang dewasa disana hanya tertawa melihat pertengkaran ketiga anaknya.
Kriet
Semua orang yang ada didalam ruangan langsung menolehkan kepala ketika pintu terbuka. CL, Alex, dan LJ yang tadinya tersenyum langsung terdiam. Ketiganya menatap orang tersebut dengan tidak suka.
"Oh hai Jason, kau kembali lagi.", Mr. Graham mendekati Mr. Jason dan langsung berpelukan.
"Tentu saja. Kau kan adalah sahabatku."
"Hahahaha ya ya kau benar. Mari silahkan duduk."
Mr. Graham dan Mr. Jason berjalan menuju sofa dan duduk disana. Mr. Joel pun mengajak istrinya untuk ikut duduk bersama keduanya.
Sedankan CL dan Alex berjalan menuju sisi ranjang yang tadi ditempati Mr. Joel dan istrinya. Keduanya menatap jengah ke Mr. Jason. Begitu pun LJ, anak perempuan itu menatap Mr. Jason dengan tatapan menusuk. Walaupun masih terbaring di kasur, tapi LJ bisa menolehkan kepalanya.
"Ah syukurlah kalau LJ sudah siuman.", setelah mengatakannya Mr. Jason menatap ke arah LJ di posisinya.
LJ menatap Mr. Jason dengan pandangan mematikan dan Mr. Jason memandang LJ dengan senyuman dibalik kejahatannya.