Sekarang adalah waktunya CL dan Alex beserta para ayah untuk pergi ke supermarket. Kedua anak tersebut masih bersiap-siap di kamarnya.
"Ngapain bawa itu?", tanya Alex pada CL yang sedang mempersiapkan sebuah handgun.
"Jaga-jaga aja."
Mereka akhirnya pergi ke supermarket terdekat dari penginapan. Sesampainya disana, mereka langsung pergi ke rak bagian bahan makanan.
"Gula yang mana, garem yang mana anjir? Trus mecin yang mana lagi ah?!", kedua anak tersebut dibuat pusing oleh ketiga bahan makanan tersebut. Sungguh ketiga bahan makanan tersebut terlihat sangat mirip, sekilas.
"Pa ini gimana cara bedainnya?", tanya CL final.
"Kamu tanya papa?"
"Engga tanya orang di sebelah papa tuh.", ucap CL jengkel.
"Ohh.."
"Ih serius, ini gimana cara bedainnya?!"
"Y-ya ma-mana papa tau.", anak perempuan itu akhirnya meneyerah dan jadi kesal sendiri. Mengapa sesulit itu membedakan gula, garam, dan mecin, dia biasanya membedakan berbagai macam senjata bukan ketiga bahan makanan sialan itu.
"Suruh pegawainya aja bantuin.", usul Mr. Joel. Mereka semua menatap orang itu dengan mata berbinar.
"Lah iya, kenapa kagak kepikiran dari tadi. Uncle pinter deh, jadi makin sayang.", ucap CL lalu pergi memanggil salah satu pegawai disana.
Akhirnya mereka semua berkeliling supermarket dipandu oleh salah satu pegawai wanita disana. Seperti anak TK yang sedang dibimbing oleh pemandu saat sedang berwisata, mereka semua hanya mengikuti langkah pegawai itu dan memperhatikan nama-nama bahan makanannya satu persatu.
Setelah menghabiskan waktu satu jam lamanya di supermarket, kini mereka sudah kembali ke penginapan.
"Nih!", CL dan Alex memberikan belanjaan itu dengan rasa bangga. Para ibu segera memeriksa isi kantung belanjaan tersebut.
"Nah ini bener, kenapa waktu itu salah?", tanya Mrs. Frankie.
"Ada deh. Udah ah mau main PS, BYE!", ucap Alex lalu menarik tangan CL pergi ke kamar.
Bruk
Kedua anak itu membanting tubuh mereka ke kasur karena mereka sedikit merasa kelelahan. Mata mereka tiba-tiba menjadi berat dan perlahan-lahan tertutup.
Ceklek
"CL, Alex!", seketika kedua anak itu terbangun dari tidurnya. Sedikit, sedikit lagi mereka berhasil tidur, tapi teriakan itu menggagalkannya.
"Apa si ma?!", ucap Alex frustasi. Iya itu adalah ibu Alex.
"Oh berani ngebentak mama?"
"E-engga, engga, engga. Ada apa ibunda ratu?", Alex tiba-tiba menjadi sangat lembut.
"Sana bantuin ayah kalian nyiapin buat nanti BBQan!", kedua anak itu hanya bisa tersenyum miris sambil mengehela napas dalam-dalam.
"Yes ma'am, we will immediately carry out.", ibu Alex menganggukkan kepala lalu pergi dari sana. Alex yang sudah merasa muak ingin sekali memukul ibunya tapi tubuhnya ditahan oleh CL.
"Sabar gan, sabar. Nyokap sendiri, dikutuk baru tau rasa lo."
Di halaman belakang sudah ada Mr. Graham dan Mr. Joel yang sedang menyiapkan persiapan untuk nanti malam. Kedua anak yang baru sampai itu langsung membantu pekerjaan orang tua disana, ya walaupun hanya sedikit tapi setidaknya mereka membantu, dari pada tidak.
"Gua mau tidur anjir!", keluh Alex.
"Gua juga setan! Udah jangan banyak bacot, mending buruan selesain abis itu tidur lagi."
Setelah membantu, kedua anak itu segera pergi ke kamarnya lagi. Tapi diperjalanan para ibu mencegah langkah mereka.
"Ada yang bisa saya bantu lagi nyonya?", ucap kedua anak itu dengan terpaksa, dan jangan lupakan senyuman palsu yang dibuatnya.
"Tadi mama lupa kasih tau kalian buat beli minumannya. Nah sekarang kalian ke supermarket lagi beli minumannya."
'ANJING!!' – batin kedua anak itu.
"Kenapa ga telepon aja tadinya?", ingin menangis saja kedua anak itu.
"Kan udah dibilang lupa.", mereka menghela napas menahan amarah dan mengeluarkan kata-kata kasar kepada para ibu.
"Mana uangnya?", ucap CL yang masih menahan emosi. Mrs. Lee memberi beberapa lembar uang yang langsung diambil oleh CL dengan tidak santai.
"Udah kan ga ada yang kelupaan lagi?"
"Engga. Kalau kalian mau beli snack atau makanan lagi, beli aja.", mendengar perkataan Mrs. Lee, mata CL dan Alex menjadi berbinar.
"Ahaha ngomong dong dari tadi, kan akunya jadi semangat."
"Giliran dikasih uang aja baru semangat."
"Hehe, pergi dulu ya dadah!", para ibu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua anak itu. Mereka pergi ke halaman belakang lagi untuk meminta kunci mobil ke ayah CL.
Saat di perjalanan entah kenapa CL merasa ada yang mengikuti mobil mereka. Dia melihat ke kaca spion dan dia melihat ada satu buah mobil sedan yang jaraknya agak jauh dari mobil mereka. Aneh, mobil itu mengikuti kemana saja arah mereka pergi.
"What's wrong?", tanya Alex yang keheranan dengan tingkah CL.
"Liat belakang.", Alex mengikuti perintah CL, dia melihat kaca spion.
"Kenapa deh?"
"Gua perhatiin dia ngikutin mulu.", Alex jadi menimbang perkataan sahabatnya. Tadi, sebelum berangkat juga dia sudah melihat mobil itu yang berjarak lumayan jauh dari penginapan mereka, tapi dia tidak terlalu memikirkannya.
"Masa? Perasaan lo aja kali."
"Serius deh."
"Udah ah jangan berpikiran aneh.", akhirnya CL diam dan hanya fokus pada jalanan di depannya.
Sesampainya di supermarket tadi, mereka segera membeli beberapa minuman kaleng dan botol. Dan setelahnya mereka membeli snack dan eskrim untuk persediaan camilan mereka.
Entah benar atau hanya perasaan saja, kedua anak itu merasa ada yang mengikuti. Sesekali mereka mengernyitkan dahi dan menengok ke belakang, tapi tidak ada satu pun orang yang terlihat aneh. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke kasir dan membayar semua belanjaan mereka.
"Ikut gua!", titah Alex. Mereka berjalan ke arah mobil mereka dan langsung memasukkan barang belanjaan di bagasi, setelahnya mereka bersembunyi di balik mobil lain.
Saat bersembunyi, CL dan Alex melihat ada seseorang yang mendekati mobil mereka sambil mengendap-endap. Orang itu seperti mencari keberadaan kedua anak tersebut. CL yang masih menyimpan handgun pun mengeluarkan senjata tersebut. Tidak lama, orang tersebut benar-benar mendekati mobil mereka dan setelahnya dia terlihat kesal. CL dan Alex melihat orang terebut menelepon seseorang.
"Aku kehilangan kedua anak itu, sepertinya kedua anak itu tahu kalau aku mengikuti mereka.", mata CL dan Alex membesar mendengar perkataan orang itu. Ternyata benar, mereka diikuti seseorang. CL hendak bangun dan menghajar orang tersebut, tetapi Alex langsung menahan aksi CL.
"Tenang saja, aku sudah tahu alamat penginapan mereka.", lagi-lagi mereka dibuat terkejut dengan perkataan orang tersebut.
"BAJ-", Alex membekap mulut CL yang hendak berteriak dan langsung menyeret CL bersembunyi ke tempat lain.
"Jangan teriak bego", bisik Alex
"Tapi di-".
"Ssstt.", Alex merasa ada seseorang yang mendekat ke arah mereka, dengan perlahan Alex menyeret CL untuk bersembunyi lebih jauh.
"Jangan gegabah selagi dia ga nyakitin.", ujar Alex menenangkan CL.
"Tapi kalo dibiarin aja, dia malah langkah lebih jauh."
"Kalo dia maen pinter, kita juga harus maen pinter."