Brylee kembali ke markas dengan membawa tot bag berisikan botol minuman dan beberapa bungkus es krim. Dia segera menuju ruang Causa.
Di dalam ruangan, Causa sudah menekuk wajahnya masam. Dia menatap kedatangan Brylee dengan sebal. Causa bersikap layaknya kejadian hari ini bukanlah apa-apa. Tapi, itu bukan kehendaknya. Mungkin kalau dia sedang tidak hamil, mungkin mood nya tidak berubah-ubah. Dia akan terus menangis sepanjang hari akan kepergian putar sulungnya itu.
Brylee pura-pura bersalah karena sudah meninggalkan adiknya yang sedang mengandung itu. Dia memberikan botol minuman terlebih dahulu. Di dalamnya terdapat susu kehamilan Causa yang langsung dihabiskan dalam hitungan detik tersebut.
"Mana es krimku?", tanya Causa sambil menyodorkan tangannya ke depan Brylee.
"Es krim mu? Bukannya tadi yang meminta es krimnya adalah keponakanku? Kenapa jadi ibunya yang menagih?"