CL keluar dari ruangan dengan perasaan campur aduk. Sedih, kesal, marah, senang, semuanya tercampur aduk. Walaupun tadi dia keluar dengan semangat, tapi setelah sampai luar wajahnya berubah menjadi sedih. Iya, dia tahu bahwa keluar dari organisasi itu adalah pilihannya, tapi dia juga keluar karena mengikuti kata hatinya yang sedang marah. Padahal dia sudah berlatih sejak kecil untuk bisa masuk dalam organisasi ini. Dan sekarang semuanya terasa sia-sia. Apa dia harus bilang ke ayahnya bahwa dia akan masuk kembali ke organisasi ini? Tapi, rasanya sama saja dia labil akan pendiriannya sendiri.
"Nona?"
Dalam lamunannya sambil berjalan, CL terhenti karena ada satu anak buahnya dulu yang menghadang jalan. CL langsung mengusap matanya yang hampir saja meneteskan airnya.
"Ya, ada yang bisa saya bantu?", CL tersenyum. Tapi anak buahnya menatap dirinya dengan ekspresi wajah yang sedih.
"Nona… kembalilah.", ujar anak buahnya dengan nada yang sedih juga.
Deg