Chereads / Aldriana si Penyihir Agung / Chapter 2 - Chapter 1

Chapter 2 - Chapter 1

Aku berjalan santai di koridor paviliun pada malam hari.

Angin malam berhembus pelan,

mengayunkan surai perakku yang tergerai.Pipiku memerah karena angin malam yang sedikit dingin.Dan aku sampai di hadapan pohon rindang tertanam di tengah-tengah taman Leafz,salah satu taman besar yang ada di wilayah istana.

Aku duduk dan menyandarkan punggungku ke batang pohon yang memiliki diameter 100 cm itu.Menatap bulan purnama beserta bintang-bintang yang berkilauan di langit malam.

Sambil menikmati waktu,aku memperhatikan sekeliling.

Waspada jika masih ada pelayan yang belum tidur.

Srek

Aku menoleh ke sumber suara,

yaitu di atas pohon.Dengan waspada aku menatap dengan tajam."Siapa itu?",tidak ada balasan.Aku tetap menatap ke atas pohon berharap aku menemukan sesuatu.Tapi ternyata nihil.Sudah 20 menit aku menatap,tapi tidak ada satupun yang mencurigakan selain daun-daun yang berguguran.

eh...tunggu!

Aku menoleh ke sekitar.Lalu berinisiatif memanjat pohon.

Tapi sayangnya aku bukanlah Alseana yang ahli memanjat pohon.Aku mengurungkan niatku dan segera pergi dari sana karena mendengar langkah kaki yang menuju ke arahku.

Tidak menyadari bahwa ada seseorang yang duduk santai di salah satu cabang pohon menatap tajam punggungku yang mulai menghilang dari pandangannya.

~|•|~

"Aku tidak percaya kita bisa keluar lagi dari bangunan menyesakkan itu",ujar seorang bocah perempuan bersurai hitam dengan senang.Sedangkan bocah di sampingnya tersenyum tipis.Energinya sedikit terkuras karena menggunakan teleportasi.

"Uh...maafkan aku Aldriana,jika saja pintu tidak dikunci oleh para pelayan sialan itu,kau tidak perlu menggunakan kekuatanmu",Aldriana menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

"Baiklah kalau begitu,kita ke rumah kakek dulu",ucapnya sambil menarik tangan Aldriana ke suatu tempat.Di sepanjang perjalanan,mereka mendapati banyak orang yang berlalu lalang baik rakyat biasa maupun para bangsawan.Tidak ada yang menyadari bahwa 2 bocah yang sedang berlari di jalanan itu adalah putri Kerajaan mereka,

karena mereka berdua mengenakan pakaian yang tidak mencolok.Dan tiba-tiba,iris biru laut Aldriana mendapati seorang bocah laki-laki yang terduduk dengan wajah lesu di sebuah gang kecil.Dia mengajak

saudaranya itu untuk menghampiri bocah tersebut.

"Kau baik-baik saja?",tanya bersurai hitam itu sambil menatap penasaran laki-laki di hadapannya.Yang ditanya menatap dirinya balik lalu menggelengkan kepala.

"Kau sakit?",tanya Aldriana.Dia mengangguk.Sepasang saudara itu saling menatap."Aku akan menolongnya",hal itu membuat bocah perempuan itu tersentak.

"Tapi bagaiman-",

"Auranya tidak akan menyebar,

Alseana,tenang saja",ucap Aldriana meyakinkan.Sejenak saudara kembarnya menatap dirinya dengan ragu-ragu,lalu berkata,"Baiklah".

Aldriana menyentuh dahi bocah laki-laki itu dan menggumamkan sesuatu.Kemudian dari sentuhan tersebut,muncul cahaya dan lalu menghilang.Lantas tatapan bocah di hadapan mereka dari lesu menjadi segar kembali.

"Apa yang baru saja kau lakukan?",tanya dirinya penasaran.Aldriana hanya tersenyum manis.

"Hey",panggil Alseana dan bocah laki-laki itu menoleh ke arahnya.

"Tolong,jangan sebarkan hal ini ke orang lain",pintanya dengan tatapan memohon.Bocah itu lantas mengangguk.

"Tentu saja,kalian sudah menolongku.Dan ngomong-ngomong namaku Alden", ujarnya sambil mengulurkan tangannya.

Alseana dan Aldriana saling pandang satu sama lain.

"Alseana",dia menerima uluran tangan itu diikuti Aldriana.

"Aldriana".

"Di mana orangtuamu?",tanya Aldriana penasaran.Bocah itu sontak menunduk."Mereka meninggal beberapa hari yang lalu"jawabnya sedih.Sepasang saudara itu tersentak.

"Dan aku tidak memiliki siapa-siapa lagi bahkan aku diusir dari rumahku oleh seorang bangsawan", lanjutnya.

"Kami mau ke rumah kakek,kau mau ikut?",tanya Alseana.Alden menatap dirinya bingung.

"Kau belum makankan?",timpal Aldriana.Alden sontak menganggukkan kepalanya.

"Baiklah ayo ikut kami",

Kemudian mereka bertiga pun pergi sambil bercanda gurau.

~|•|~

"KAKEK KAMI DATANG",teriak Alseana.Lantas seorang pria bertubuh tegap muncul dan langsung memeluk kedua bocah perempuan berbeda warna surai beserta iris mata itu.

"Kalian kesini lagi?!bagaimana jika para pelayan mengetahui bahwa kalian tidak ada di sana?",pria itu langsung bertanya dengan khawatir.

Alseana hanya menyengir sementara Aldriana menarik tangan Alden.

"Kakek,dia Alden teman pertama kami.Dia tidak punya rumah,

bolehkah dia tinggal di sini?",

tanya Aldriana sambil menatap kakeknya dengan tatapan berharap.Yang ditatap langsung menyerah karena tatapan imut sang cucu."Baiklah".

"Tapi kamu bisa membantu kakek menyalurkan produk-produk yang akan dikirim ke para penjualkan?",

tanya dirinya menatap Alden dan diangguki dengan semangat.

"Kakek,Sean dan Drian mau membeli buku cerita",ucap Alseana sambil menggoyangkan tangan sang kakek.Dan langsung di berikannya 20 koin perak.

"Tapi ini kebanyakan",ujar Aldriana melihat 20 koin perak di tangan mungil saudaranya itu.

"Tidak apa-apa, pergilah.Kalian tidak ingin bersenang-senang?",

"Mauuuu",Lalu mereka bertiga pun pergi keluar untuk bersenang-senang.

Pria itu  tersenyum melihat cucunya yang gembira.Hanya dialah,tempat keluh kesal sang cucu di saat anaknya sudah meninggal.Tempat disaat mereka merindukan sosok sang ibu.Tak disadari,ternyata dia menangis. Mengingat hal bodoh yang dia lakukan 7 tahun lalu.Saat seorang pria beserta beberapa orang yang memakai seragam ksatria Kerajaan, mendatangi rumahnya dan bertujuan menjadikan sang putri sebagai permaisuri.Dia sempat kaget karena seingatnya,

putrinya tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun.

Namun pria itu memberitahu bahwa dia seorang Raja dan mengatakan bahwa dirinya jatuh cinta saat pertama kali melihat sang putri,dia juga akan hidup bahagia bersamanya.Dia sejenak dilema.Karena kehidupan di istana itu keras.

Tapi putrinya menganggukkan kepalanya.Dan dia hanya bisa pasrah pada keputusan sang anak.

TBC