Chereads / Aldriana si Penyihir Agung / Chapter 4 - Chapter 3

Chapter 4 - Chapter 3

Dan sekarang adalah saat yang  paling mereka benci.Berhadapan dengan para pelayan sialan.

"Darimana saja kalian?!",tanya seorang pelayan yang bernama Petra.Dia adalah salah satu pelayan yang sering menyiksa si kembar dan ibunya.Aldriana melirik kembarannya yang sepertinya sedang menahan kesal.

"Hei,jika orang dewasa bertanya,

seharusnya kalian menjawab",

bentak Petra.Sementara pelayan lain hanya tertawa,meremehkan mereka berdua.Alseana meremas gaunnya.Aldriana diam tidak merespon bentakan pelayan itu.Mereka berdua menunduk.

"Kurang ajar",Petra mengayunkan tangannya ke arah pipi Aldriana.Bocah bersurai perak itu memejamkan kedua matanya.Namun saat hampir menyentuh pipi gembil itu,sebuah tangan menahan tangan Petra.Dia terkejut dan langsung menoleh ke sosok yang menghentikan aksinya.

Kedua iris coklatnya mendapati seorang perempuan muda cantik bersurai oranye cerah.Di belakangnya ada 2 perempuan lain,yang satu bermata tajam sedangkan bermata bulat yang berbinar.Petra menarik tangannya dari genggaman perempuan di sampingnya.

"Siapa kau?!berani-beraninya padaku!",tanya Petra sambil menatap tajam perempuan itu.

"Aku?aku Lucia.Kepala pelayan baru di sini",sontak semuanya terkejut.Kepala pelayan baru?

Bagaimana dengan nyonya Sery?!

"Tidak mungkin!.Kepala pelayan di sini adalah nyonya Sery",ujar Petra tersenyum meremehkan.

Perempuan itu lantas tersenyum mendengar kalimat yang diucapkan oleh Petra.

"Dia baru saja dipecat.Dan aku yang menggantikannya",

Kedua bocah dan para pelayan lainnya hanya bisa menonton dalam diam pertengkaran antar dua perempuan di hadapan mereka.Perempuan itu menoleh Aldriana dan Alseana lalu tersenyum manis.

"Nama kalian siapa?",tanya dirinya lembut ke kedua bocah di hadapannya.Alseana hanya diam dan Aldriana pun berinisiatif mengatakan nama mereka.

"Aku Aldriana,dia Alseana.Dia adalah kakak kembarku",jawab Aldriana kemudian tersenyum tipis.

"Namaku Lucia.Aku masih berumur 21 tahun,kalian?",tanya Anna lagi.

"Tu-"

"Tujuh tahun",potong Alseana.

Aldriana menoleh ke saudaranya itu.

Tumben sekali dia langsung menerima orang baru-pikir Aldriana

"Siapkan barangmu,hari ini kau tidak akan bekerja di sini lagi",

perintah Lucia serius kepada Petra.

"Apa?apa maksudmu?!", Petra mengernyitkan dahinya.Lucia menyeringai."Kau dipecat"

"APA?!"

~|•|~

Aldriana duduk di atas balkon, menikmati angin malam yang berhembus sedikit kencang.

Dia mendongak ke atas.Melihat langit yang lebih gelap dari biasanya.

"Sepertinya mau hujan",

gumamnya.Kemudian dia menoleh ke samping kirinya.

Tak jauh dari pandangannya,

istana utama berdiri dengan kokoh menghadap ibukota.

Dia menatap sendu bangunan tempat ayah,ibu tiri dan saudara tirinya tinggal.

"Yang Mulia",Aldriana tersentak saat sebuah tangan tiba-tiba ada di bahu kecilnya.Dia menoleh dan mendapati salah satu perempuan yang berada di belakang Lucia saat sore tadi, tersenyum manis kepadanya.

"Nyonya Anna",dahi Anna mengerut saat mendengar namanya menggunakan embel "nyonya".

"Anna saja,tidak perlu menggunakan nyonya"ucap Anna sambil mengelus surai bocah di hadapannya.

"Tapi kami di perintahkan agar memanggil para pelayan menggunakan embel nyonya",

ujar Aldriana.

"Siapa yang memerintahkan kalian?",tanya Anna lembut.

Padahal di lubuk hatinya yang paling dalam,dia sedang menahan emosinya.

"Nyonya Sery dan nyonya Petra",

jawab dirinya polos.Anna tersenyum manis.Aldriana mengerti arti senyuman itu.

Seperti menahan emosi.

"Anna apa kau sedang menahan emosi?",tanya Aldriana dengan ekspresi datar.Anna tersentak.

Dari mana dia tahu?-pikir Anna bingung.

"Eh... maksudnya?",tanya Anna balik sambil mencari tahu sesuatu.

"Tidak ada",jawab Aldriana lalu mereka berdua pun diam sejenak.Selang beberapa menit, tetesan air mulai turun dari langit membuat Aldriana terpaksa turun dari atas balkon.Dan kembali masuk ke dalam kamarnya dan juga kembarannya,diikuti Anna yang menutup pintu balkon.

Dia naik ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya tepat di samping tubuh Alseana yang sedang tertidur pulas.Anna membantu menyelimuti tubuh mungil itu.

"Yang Mulia",Anna menatap Aldriana intens.

"Ya?",balas bocah itu bingung.

"Kenapa tadi anda di luar?ini kan sudah tengah malam",ujar Anna penasaran.Yang di tanya diam tidak memberikan jawaban.Perempuan bersurai orange itu tersenyum kecil.

"Baiklah,selamat malam",pamit Anna keluar.Saat tepat, perempuan tersebut memegang gagang pintu,suara kecil menghentikannya.

"-mnia"

"Ya?",Anna menoleh ke arah tempat tidur.

"Aku punya insomnia",cicit Aldriana di dalam selimutnya.

Anna sedikit tersentak lalu menatap bocah malang bersurai perak tersebut.

"Mau saya buatkan cocoa?",

tawar Anna lembut.Sunyi.Tidak ada balasan.

"Cocoa?",ucap Aldriana yang bingung.

"Ya, Yang Mulia",ujar Anna memberitahu.Aldriana menatap dirinya dengan pandangan polos.

"Cocoa itu apa?",tanya Aldriana polos.Anna mengernyitkan dahinya.Dia bingung karena si bungsu tidak tahu minuman Cocoa.Padahal seluruh bangsawan saat kecil meminumnya baik anak kandung maupun anak luar nikah.Anna memejamkan kedua matanya lalu menatap kembali Aldriana lembut.

"Cocoa itu seperti coklat panas yang bisa di celupkan dengan aneka biskuit",jelas Anna.

Setelah mendengar penjelasan pelayan baru itu,kedua mata Aldriana menatap Anna dengan berbinar.

"Aku ma-"

"Aku mau",Aldriana sontak menoleh ke arah kirinya.Tampak Alseana dengan pose duduk di atas tempat tidur dengan santai.

"Alseana?",Alseana lantas menoleh ke sumber suara.Dia tersenyum tanpa dosa ke arah kembarannya itu.

"Baiklah... artinya saya akan membawakan 2 cangkir Cocoa panas ditambah beberapa biskuit dan juga cemilan",ujar Anna mengalihkan perhatian si kembar.Kemudian dia keluar sambil bersenandung meninggalkan si kembar di atas tempat tidur.

"Kenapa belum tidur?",tanya Aldriana mengalihkan pandangan kembarannya.

Alseana mengusap tengkuknya.

"Yah... sebenarnya aku sudah tidur,tapi angin malam masuk jadi aku terbangun karena kedinginan dan aku melihat kau dan pelayan baru itu berbincang",jawab Alseana santai.

"Maaf aku membuatmu terbangun",lirih Aldriana.

Alseana menepuk pundak sang adik.

"Tak apa,aku juga tidak peka kalau kau mempunyai insomnia",ujar Alseana sambil tersenyum kotak.

TBC