sesampainya disana Jungsik menyuruh Haeri untuk masuk duluan sementara dirinya ingin pergi ke supermarket yang berada di seberang jalan untuk membeli beberapa cemilan, mereka berniat untuk berlama-lama disana, jadi Haeri dengan mudahnya membiarkan Jungsik melakukan apa yang dia inginkan.
dia mengerti bahwa saat ini Jungsik tengah mempersiapkan hatinya untuk masuk kedalam jadi dia tidak bisa memaksa dan pergi untuk masuk ke dalam toko buku terlebih dahulu.
di dalam dia melihat begitu banyak buku yang tersusun rapi di raknya, tidak banyak pengunjung saat ini karena ini bukan weekend semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing hanya Jungsik lah yang setiap hari Senin selalu datang kemari, seperti seorang pengangguran, tapi dibilang pengangguran juga bukan karena ia selalu memiliki uang untuk membeli beberapa buku di toko tersebut.
"Selamat datang di toko buku geolcham." terdengar suara yang tidak asing menyambut Haeri di pintu masuk, dia melihat ketika gadis yang tingginya tidak lebih dari dirinya berjalan mendekat dengan penampilannya yang biasa saja, mengenakan seragam kerja dengan senyuman ramah diwajahnya.
melihat sekilas dia tau bahwa inilah gadis yang akan menjadi kakak iparnya dimasa depan, Hana.
Haeri membalas senyum ramah Hana yang ditujukan kepada dirinya, Hana kembali berkata, "Pelanggan jika ada buku yang ingin anda cari saya bisa membantu mencarikannya." Suaranya terdengar sangat menyenangkan di telinga Haeri, dengan rambut pendeknya yang sebahu dan senyumannya yang memancarkan kebahagiaan membuat Haeri terdiam dan tidak bisa untuk tidak memikirkan masa lalu.
dulu dia berpikir senyuman ini hanyalah senyuman yang penuh dengan tipu muslihat dan niat buruk, tapi sekarang senyuman itu bagai obat di hati Haeri, saat ini dia bersumpah dalam hati dia akan membuat Hana mengalami hidup yang bahagia kedepannya hingga akhir hidupnya.
melihat pelanggan didepannya hanya diam tidak mengatakan apa-apa Hana sekali lagi mengatakan, "pelanggan apa ada yang bisa saya bantu?"
Haeri tersadar dari lamunannya, dia lalu berkata, "ah, namaku Haeri aku datang bersama kakakku kami akan menghabiskan waktu selama beberapa jam disini, bisakah kamu mencarikan tempat untuk kami membaca dengan tenang." ucapnya.
Hana sekali lagi tersenyum ramah kepada Haeri, dia tentu saja membawa Haeri ke lantai dua dimana dia dan kakaknya bisa membaca dengan tenang.
suasana di lantai dua tidak terlalu buruk, mereka mengambil tema alam untuk toko bukunya jadi di sepanjang perjalanan terdapat banyak tanaman hias yang di pajang dengan sangat indah, bahkan pembatas kayu antara ruangan satu dengan yang lainnya memiliki ukiran bunga dengan motif yang sangat indah.
itu memiliki beberapa celah diantara ukirannya sehingga Haeri masih bisa mengintip ke ruangan disebelahnya, namun itu bukan masalah karena ini merupakan toko buku, orang-orang yang datang kesini tujuannya adalah untuk membaca dan menikmati waktu membaca mereka.
ketika Hana hendak pergi dan membiarkan pelanggannya untuk menikmati waktunya, dia tiba-tiba saja dihentikan oleh Haeri yang menanyakan tentang namanya.
Hana dengan senang hati memberitahukan namanya kepada Haeri, setelah itu Hana baru akan pergi disaat Jungsik datang dengan membawa dua gelas kopi berukuran medium, berjalan menuju tempat dimana Haeri berada.
saat di lantai satu sebelumnya Jungsik tidak melihat Hana dimanapun, dia mencari cari keberadaan Hana hingga sengaja berjalan dengan lambat tetapi tetap tidak menemukan keberadaan Hana sama sekali, jadi dia dengan kecewa pergi menuju ke lantai dua, tempat dimana dia menyuruh Haeri menunggu sembari berpikir bahwa Hana mungkin saja berada di lantai dua.
dan benar ketika dia sampai di atas dia melihat Hana sedang berbicara dengan Haeri, Jungsik tanpa basa basi berjalan menuju ke tempat Hana dan Haeri berada.
melihat dari caranya berjalan dia terlihat gugup meskipun dia memasang wajah datar yang menurutnya terlihat keren, dia berusaha untuk menjaga imagenya dihadapan hana hingga tidak sengaja dia menyenggol vas bunga yang diletakkan diatas meja yang berada disebelahnya.
untungnya vas bunga itu tidak jatuh kelantai dan pecah jika tidak dia akan terlihat sangat tidak keren dihadapan gadis yang disukainya, untuk masalah ganti rugi dia tidak terlalu memikirkannya.
ketika Hana berbalik dia melihat Jungsik berdiri tidak jauh dibelakangnya, dia hanya melontarkan senyuman kemudian pergi melewati Jungsik yang terdiam di tempatnya.
Jungsik yang mendapatkan senyuman dari Hana merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga yang bermekaran, wajahnya terlihat sedikit memerah dan dia tersenyum sendiri seperti orang gila, sementara itu Haeri yang sedari tadi sudah memperhatikan ekspresi kakaknya tersebut tidak bisa membantu selain tertawa geli ketika Jungsik sudah sampai ditempat nya.
"Kenapa kau tertawa" tanya Jungsik.
"Eh? siapa yang tertawa, aku tidak--"
"Jangan beralasan, aku tau kau tadi tertawa.." ucap Jungsik yang kini telah duduk dihadapan Haeri sambil memegang segelas ice mocca latte di tangannya.
Haeri tidak menjawab dia malah mengambil segelas kopi yang sebelumnya telah dibeli oleh Jungsik sebelum ia protes. "Kenapa punyaku yang panas sedangkan punyamu yang dingin?" Haeri berkata dengan cemberut.
"Air es tidak bagus untuk tubuhmu, itu akan mengganggu kinerja lambungmu"
Dalam hati Haeri mencela meski begitu dia merasa sedikit lucu melihat perhatian kakaknya, padahal Jungsik sendiri tidak suka minum minuman dingin, mungkin dia sedang kesal atau apa tapi yang pasti dipikiran Haeri itu terlihat lucu.
Di toko buku itu mereka sama sekali tidak membaca melainkan bercerita, awalnya Jungsik bertanya pada Haeri buku apa yang ia sukai dan ingin ia baca tapi Haeri tidak membalas lagipula dia tidak benar-benar suka membaca hingga akhirnya Jungsik terpaksa bertanya mengenai kejadian tadi pagi, mengapa Haeri menangis terisak seperti itu di pagi hari yang cerah tersebut.
Haeri tidak menjawab dia hanya menggeleng dan mengatakan, "Tidak ada apa-apa aku hanya bermimpi buruk" jawabnya.
Kembali Jungsik bertanya, "memangnya kau memimpikan apa?"
pertanyaan Jungsik kali ini membuat Haeri terdiam sesaat dia memikirkan cerita yang tepat untuk mimpi buruknya.
"aku hanya bermimpi...aku tidak sengaja jatuh ke sungai"
Jungsik, "...."
mendengar jawaban Haeri Jungsik tidak bisa berkata-kata melainkan berpikir; "Adikku menangis karena ia bermimpi jatuh ke sungai???" Di saat yang sama Jungsik langsung mengingat kejadian yang dahulu pernah terjadi.
ekspresinya terlihat khawatir, meskipun itu hanya mimpi mungkin itu adalah pertanda atau penglihatan masa depan, disisi lain tanpa Haeri sadari dia sudah menggali luka masa lalu yang sudah Jungsik kubur sangat dalam dipikirannya.
Suasana jadi hening sebentar di antara mereka berdua, Haeri masih tidak menyadari keanehan pada kakaknya, akhirnya Jungsik tidak tahan lagi dia beranjak dari kursinya dan pergi menuju ke rak buku untuk mencari sesuatu yang dapat dia baca, pada akhirnya dia mengambil dua buku yang satu berjudul, Monalisa dan yang satunya lagi tips dan trik menghindari mimpi buruk, yang terakhir adalah untuk Haeri baca.
Mereka hanya bertahan satu jam di toko buku itu, ketika mereka berdua baru akan pergi Haeri berinisiatif meminta nomor ponsel pribadi Hana yang saat itu sedang menjaga meja kasir.
Hana, "Eh?"
Jungsik, "...."
Tanpa melihat ekspresi sang kakak yang berdiri kaku disampingnya, Haeri sengaja meminta nomor ponsel orang lain dengan tidak tau malu terlebih lagi orang itu adalah gadis yang sangat disukai Jungsik.
bagi Jungsik masalahnya bukan itu melainkan Haeri yang mengaku lupa membawa smartphone miliknya dan malah meminjam smartphone Jungsik untuk menyimpan nomor ponsel Hana, apa yang dilakukan Haeri sukses membuat jantung Jungsik hampir melarikan diri dari tempatnya.
sementara itu Hana yang tiba-tiba dimintai nomor ponselnya mencoba untuk berpikir positif, dan mau tidak mau memberikan nomor ponsel pribadinya pada Haeri, sebelumnya dia telah mendengar alasan Haeri meminta nomornya, dia percaya dan pada akhirnya memberi tahukan nomornya, lagipula melihat Jungsik, dia tau bahwa pria dihadapannya sering berkunjung ke toko buku tempatnya bekerja meski hanya setiap hari Senin, jadi ketika mendengar alasan Haeri adalah karena ia ingin ada yang membimbing nya terpaksa Hana memberitahu nomornya.
Jungsik sedari tadi hanya diam melihat interaksi antara adiknya dan gadis yang dia sukai tidak bisa berbuat apa-apa, selain merasa senang dapat mengetahui nomor Hana dan juga merasa tidak senang karena bukan dirinya sendiri yang meminta, tapi mau bagaimana lagi? dia juga tidak berani untuk melakukan apa yang sedang Haeri lakukan sekarang, dia hanya bisa tersenyum dalam diam dan berusaha menjaga imagenya.
Setelah dari toko buku Jungsik dan Haeri pergi menghabiskan waktu di mall, mereka pergi menonton bioskop, bermain Timezone dan juga pergi makan di rumah makan pinggir jalan dan bukan pergi ke restaurant tempat dimana seharusnya para orang kaya makan.
Jungsik terbiasa makan makanan yang buka di pinggir jalan itu karena dia selalu ingin mencoba apa yang disukai Hana, dengan kata lain pria satu ini menguntit gadis yang disukainya, meskipun tidak sering, tetapi Haeri, dia seharusnya sangat membenci hal tersebut karena menurutnya makanan yang buka di toko pinggir jalan tidak higienis dan mengandung bakteri tapi itu adalah Haeri yang dahulu, Haeri yang sekarang sudah tidak memikirkan hal itu sama sekali.
saat ini menurutnya makanan dipinggir jalan setidaknya lebih baik dari bubur yang sudah tumpah kelantai.
Kini jam sudah menunjukkan pukul 8 malam Haeri dan Jungsik baru saja pulang dari jalan-jalan mereka, ketika sampai dirumah Haeri dikejutkan oleh seseorang yang sangat ia kenal datang berkunjung kerumahnya.
siapa lagi kalau bukan Ivanov yang datang, dengan menggunakan kemeja putih dipadu dengan celana panjang berwarna hitam serta jas yang diletakkan di sofa dia duduk sambil memegang segelas anggur sedang berbincang bersama Jung hwa sebelum Haeri datang.
rambutnya yang juga berwarna hitam senada dengan warna mata phoenixnya yang indah membuatnya terlihat sangat tampan dan tegas, yang mana matanya merupakan salah satu pesona yang dimilikinya, warna mata hitam pekat yang sangat langka dimiliki orang didunia ini, selain itu didukung tinggi dan bentuk tubuhnya yang sixpack membuat para wanita manapun haus akan nafsu saat melihatnya.
jika dideskripsikan saat ini kemeja putih yang ia pakai dengan jelas memperlihatkan oto-otot di lengan nya.
jika dulu Haeri jatuh cinta karena pesona nya yang mendekati kesempurnaan tersebut, kini dia merasa sebaliknya, jijik dan benci ketika melihatnya, mengingat semua yang telah dia perbuat terhadap dirinya di kehidupan sebelumnya.
posisi saat ini Ivanov duduk dengan membelakangi Haeri jadi hanya punggung nya lah yang pertama kali Haeri lihat namun Haeri sudah bisa mengenali siapa orang itu tanpa harus melihat wajahnya, sementara itu Ivanov yang sebelumnya tengah berbincang dengan Jung hwa membahas mengenai pekerjaan dengan santai melihat kebelakang tempat di mana Haeri berdiri diam.
Mereka bertiga termasuk Jung hwa saat ini ada di ruang kerja milik Jung hwa, Haeri berniat untuk memberikan Jung hwa oleh-oleh yang dibawanya sehabis pergi berjalan-jalan bersama Jungsik, tapi ketika melihat pemandangan didepannya dia langsung lupa dengan tujuannya datang ke ruang kerja.
Jung hwa menyambut kedatangan Haeri dia tidak berpikir bahwa kini suasana hati adiknya sedang buruk malah dirinya menyuruh Haeri untuk duduk bersama dengan mereka dan membahas hal-hal menyenangkan yang bisa dilakukan seperti pergi liburan bersama atau pergi bersenang-senang.
Haeri tidak menanggapi ia menatap Ivanov yang tersenyum ramah kepadanya sementara dirinya memandang Ivanov dengan penuh kebencian.
Haeri tidak menyangka akan bertemu dengan Ivanov secepat ini, dia berniat untuk menghindarinya dan melupakan semua tentangnya tidak berpikiran untuk membalas dendam, dia ingin memulai hidup yang baru tanpa Ivanov.
tetapi ketika melihat senyum pria itu dia merasa amarah yang telah ia pendam melonjak, perasaannya saat ini hanya ingin keluar dan mengajak siapapun untuk bertengkar.
Dengan berat hati Haeri melangkah mendekati Jung hwa dengan membawa bingkisan kue ditangannya, dia berkata dengan senyum terpaksa, "Aku membawakan kue kesukaan kakak karena aku merasa bersalah tidak mengajak kakak sebelumnya, sebagai gantinya terimalah ini."
dihadapan Ivanov Haeri berusaha menjaga wajahnya tetap tenang dan cara bicaranya kepada Jung hwa memperlihatkan seolah-olah dia adalah adik yang perhatian.
lagipula Haeri mengerti bahwa saat ini jika ia tiba-tiba menampar wajah Ivanov dengan tanpa alasan hanya akan membuat dirinya dikira sedang stress.
saat ini ia telah memutuskan bahwa ia tidak bisa tinggal diam dan melupakan semuanya, ia akan membalas dendam tidak akan membiarkan Ivanov hidup dengan tenang, yang bisa ia lakukan saat ini adalah mendekati Ivanov hanya untuk menghancurkan nya.