Setelah selesai dengan sarapannya Haeri beranjak pergi dengan membawa piring bekas makannya ke dapur, melihat hal tersebut bibi Yan mengatakan padanya untuk meletakkan nya saja dimeja biar sisanya bibi Yan yang membereskan, tetapi Haeri menolak, ia bersikeras membantu bibi Yan membereskan semuanya.
"Nona tidak perlu melakukan ini biar bibi saja." bujuk bibi Yan.
"Tidak biarkan aku membantu bibi." sambil meletakkan beberapa piring ke dalam wastafel dan mencuci nya, bibi Yan hanya bisa menghela nafas dan membiarkan Haeri melakukan apa yang dia mau.
sesekali Haeri akan melirik ke arah bibi Yan yang sedang membersihkan dapur, ingin menanyakan kabar tentang Mingji, sebelum ia bertanya bibi Yan memanggilnya berkata padanya dengan ragu-ragu. "...Nona? ada yang ingin saya katakan." ucapnya.
Haeri membalas, melihat ke arah bibi Yan dan menghentikan kegiatan mencuci piringnya. "Ya kenapa bi?"
"Untuk besok bolehkah saya izin cuti untuk dua hari?"
Saat ini dalam pikiran Haeri ia bertanya-tanya, lalu berkata, "Tentu saja boleh memangnya bibi kenapa? apakah ada urusan penting? atau apa bibi merasa tidak enak badan? kalau begitu bibi istirahat saja sampai sembuh lagipula masih ada pelayan yang lain yang bisa menggantikan bibi."
"Bukan, bibi baik-baik saja, hanya saja...." melihat ekspresi bibi Yan yang gelisah Haeri langsung menyadari sesuatu, bahwa ada masalah yang sedang terjadi yang sekarang mengganggu pikiran bibi Yan nya. pantas saja tadi pagi saat akan mempersiapkan sarapan dia tidak sengaja mengiris jari telunjuknya gara-gara melamun, memangnya masalah apa yang membuat bibi yan sampai tidak fokus seperti ini.
Haeri penasaran dan ingin mencari tau apa masalah yang menimpa bibi Yan nya, apakah itu mengenai hutang? tidak, itu tidak mungkin karena sepengetahuan dirinya di kehidupan masa lalu, bibi Yan tidak pernah sekalipun berhutang pada siapapun dan selama dirinya bekerja disini, ibunya haeri, Inha selalu memastikan bahwa para orang yang telah dipekerjakan nya selalu mendapat kehidupan yang layak dan nyaman dan keluarganya juga tidak pernah meminta balasan.
Kali ini karena ibunya sedang pergi berlibur bersama dengan sang ayah, Haeri merasa bertanggung jawab sepenuhnya pada para pekerja di rumah ini.
ia menatap bibi Yan dengan penuh rasa simpati dan berkata, "Jika bibi punya masalah katakan padaku jangan sungkan untuk menyeret ku ke dalam masalah bibi, lagipula secara tidak langsung aku ini anak bibi." ia mengatakan hal itu tanpa ragu, dengan senyuman yang terpampang di wajahnya, melihat hal itu bibi Yan merasa tersentuh hatinya dan mulai mengatakan sepatah dua patah kata.
bicara tentang masalahnya kepada Haeri. bibi Yan perlahan mulai meneteskan air mata, "Ini mengenai Mingji, bibi mendapat telepon dari Chowon bahwa Mingji sudah menghilang selama dua hari, tidak tau kemana tapi bibi khawatir padanya, anak itu tidak pernah mengatakan masalahnya pada ibunya padahal ibunya setiap hari selalu memikirkan tentang keadaannya..." Tenggelam dalam kesedihan, melihat bibi Yan yang menangis karena putrinya menghilang Haeri berusaha menenangkan nya dalam pelukannya.
"Bibi tenang saja aku akan bantu cari Mingji, dia pasti hanya menginap di rumah temannya, jadi jangan menangis lagi ya, aku akan beritahu kakakku juga agar mereka ikut membantu mencari nya."
Menurut sepengetahuan Haeri, Mingji adalah gadis yang penurut, ia juga memiliki kepribadian yang ceria dan menyenangkan, selain pintar dalam belajar ia juga pintar bermain piano, Haeri tau hal itu karena dulu setiap Mingji pergi berkunjung ke rumahnya dia selalu memainkan piano yang ada diruang keluarga.
Haeri sama sekali tidak akrab dengan Mingji namun gadis itu selalu berusaha mendekatinya kapanpun ada kesempatan, walau pada akhirnya selalu diabaikan oleh Haeri, Mingji tidak menyerah.
sampai akhirnya Haeri tidak pernah melihat Mingji lagi, ia tidak peduli dan menganggap itu adalah hal yang baik bahwa Mingji tidak akan mengganggu nya lagi.
Haeri berpikir, apa jangan-jangan karena masalah ini Mingji sudah tidak pernah lagi muncul dihadapannya?
kalau memang begitu dirinya tidak bisa membiarkan hal yang sama terulang kembali, Mingji harus ditemukan dan dia sendiri yang berjanji pada bibi Yan akan menemukannya dengan keadaan sehat tanpa terluka, meski dia sendiri tidak yakin dengan kata-katanya tapi ekspresinya saat ini menunjukkan ambisinya, bahwa ia pasti akan menemukan Mingji dan membawanya kembali ke pelukan ibunya.
Bibi Yan berterimakasih pada Haeri atas kebaikannya dia tidak tau harus membalas kebaikan Haeri seperti apa jadi dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya didalam hati. 'semoga nona selalu dalam hidup yang bahagia selamanya.'
Ketika Jungsik datang ke dapur dengan membawa piring kotor bekas sarapannya dia melihat Haeri dan bibi Yan yang sambil menangis memeluk Haeri di dapur, Jungsik penasaran dan bertanya pada Haeri dengan bahasa isyarat.
'ada apa?' tanyanya.
Haeri membalas, 'Akan ku ceritakan nanti.'
dengan begitu Jungsik tidak bertanya lagi, dia meletakkan piringnya diatas meja dengan hati-hati tanpa membuat suara sedikitpun dia lalu pergi menunggu Haeri di ruang tamu.
Setelah selesai dengan urusannya didapur Haeri langsung menuju ke ruang tamu, bibi Yan masih melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai, meski Haeri sudah mengatakan padanya untuk beristirahat dan menenangkan diri, bibi Yan tidak mendengarkan malah sebaliknya berkata, "Bibi baru akan cuti besok hari ini biarkan bibi menyelesaikan pekerjaan bibi, nona tidak perlu khawatir." Bibi Yan berkata dengan suara lembut nya membuat Haeri tidak bisa menolak, ia akhirnya pergi menuju ke ruang tamu, tempat dimana Jungsik telah menunggunya sedari tadi.
melihat Haeri yang sudah selesai dia langsung bertanya pada adiknya tersebut, "apa yang terjadi? kenapa bibi Yan menangis? apa kau melakukan sesuatu padanya? kau menyakiti hatinya?" Segera ia menghujamkan berbagai pertanyaan pada Haeri.
Haeri menjawab pertanyaan Jungsik dengan menceritakan apa yang sebelumnya diberitahu bibi Yan kepadanya.
"jadi begitu" Ucap Jungsik setelah diberi tahu apa masalahnya oleh Haeri.
"Kita tidak bisa tinggal diam untuk masalah ini, bibi Yan sudah ku anggap seperti ibuku sendiri jadi aku akan membantunya mencari Mingji, bagaimana dengan mu? jika kakak sibuk aku tidak akan memaksamu untuk ikut membantu."
Jungsik terlihat sedang berpikir keras sembari duduk di sofa dengan menopang dagunya, beberapa detik kemudian dia berkata kepada Haeri, "kau benar aku sebenarnya masih punya banyak pekerjaan dan tidak punya waktu untuk mencari Mingji." jedanya, ia melanjutkan, "tapi aku akan berusaha mencarinya lewat para pembaca ku mereka mungkin mengetahui sesuatu tentang gadis berumur 12 tahun yang berkeliaran di luaran sana.
Haeri mengangguk menanggapi perkataan Jungsik, "baiklah hanya saja tolong pastikan kau tidak punya anti-fan yang dapat membuat situasi jadi lebih buruk." begitu selesai mengatakan kalimatnya Haeri langsung pergi meninggalkan Jungsik sendirian dengan pemikirannya yang mulai mengganggunya. "aku tidak punya anti-fan kan? tidak punya kan?..."
Di kamarnya Haeri duduk termenung memikirkan kemungkinan keberadaan Mingji, ia belum memberi tahu masalah ini kepada kedua orang tuanya dan Jung hwa, ia juga tidak berniat memberitahukannya kepada kedua orang tuanya dengan alasan tidak ingin mengganggu liburan mereka, disisi lain dia berpikir belum melakukan sesuatu mengenai penyakit ayahnya dan kini masalah baru muncul, semuanya sangat menyulitkan bagi Haeri.
di saat dirinya sedang termenung tiba-tiba saja smartphone miliknya berdering dan di layar tersebut tertera nama Taesung yang meneleponnya.
Haeri mengingat Taesung adalah kenalannya yang dua tahun lebih tua darinya dan remaja laki-laki yang memiliki kepribadian kekanakan ini dulu semasa Haeri kecil sangat suka menjahili Haeri hingga membuatnya menangis, ia tidak memiliki kesan baik kepada Taesung jika dia bisa satu-satunya orang yang paling tidak ingin dia temui di kehidupan ini adalah Taesung. namun akhirnya dengan berat hati Haeri mengangkat panggilan telepon dari Taesung meski sebelumnya ia berniat untuk mengabaikan nya saja.
...
"Kenapa lama sekali baru kau angkat?!...halo, kau disana bocah?" suaranya terdengar ngos-ngosan.
"ada apa?" ucap Haeri dengan suara yang jutek.
"Syukurlah itu kau, kupikir aku menelepon ke nomor yang salah." Ucap Taesung bermaksud sedikit bercanda.
"Dengar ya aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni mu sebaiknya kau punya hal penting untuk dikatakan jika tidak aku akan mematahkan lehermu!" balas Haeri dengan serius, saat ini moodnya sedang buruk.
Taesung yang berada di lain tempat sambil meminum minumannya tersedak akibat perkataan Haeri. "Huh setelah dua Minggu lebih tidak bertemu kau jadi semakin galak ya."
Haeri baru akan memarahi Taesung tapi belum sempat Taesung berkata lagi dengan terburu-buru, "kalau begitu aku akan menelepon mu lagi nanti malam, sampai jumpaa~" di akhir kalimat suaranya terdengar menjijikkan di telinga Haeri.
"Dasar orang aneh." gumamnya.
suasana telah kembali hening saat ini, jam menunjuk pukul 9 lewat 10 menit di pagi hari, Haeri duduk di balkon kamarnya sambil sesekali memeriksa ponselnya, ia mengecek akun sosial media miliknya berniat untuk mencari informasi lewat internet dan tidak sengaja melihat akun milik Chowon, kakak laki-laki Mingji yang memposting tentang orang hilang, tentunya ketika Haeri melihat postingan tersebut, itu baru di-posting sehari sebelumnya kemudian di sambung oleh postingan dari Jungsik yang menggunakan akun fakenya untuk mencari orang hilang. "Pfft dasar kakak bodoh" ia sedikit tertawa melihat tindakan dari kakaknya tersebut.
Haeri lalu mengecek akun sosial media milik Mingji dan seperti yang dia duga, tidak ada postingan terbaru semenjak Mingji menghilang, kira-kira kemana anak itu pergi? pikir Haeri.
sambil meminum segelas teh yang sebelumnya telah disediakan pelayan, Haeri tiba-tiba saja berhenti menscroll beranda media sosial nya dan hampir tersedak melihat status Mingji yang di posting 5 hari lalu.
"ini..." gumam Haeri. saat ini postingan yang tertera di layar smartphone Haeri adalah postingan mengenai brosur kontes piano yang diadakan secara online.
Ketika melihat brosur tersebut Haeri secara samar dapat mengingat bahwa dulu Ivanov pernah menyebutkan tentang masalah kontes piano yang diadakan secara online tersebut.
hal ini sebelum dirinya berada dalam situasi yang menyedihkan saat itu, dia masih belum tau kebusukan Ivanov, pada masa itu Ivan terkadang akan menyinggung mengenai kontes piano, Haeri tidak terlalu memikirkan hal tersebut karena menurutnya itu bukanlah hal yang harus dia pikirkan dan dia tidak ingin repot memikirkannya.
apa Mingji terlibat dengan orang-orang tersebut? pikir Haeri gelisah, pasalnya dia sudah berjanji pada bibi Yan akan membawa pulang Mingji dengan selamat tanpa luka sedikitpun, jika apa yang dipikirkan Haeri saat ini benar maka Mingji sedang dalam bahaya sekarang.
"Aku harus melakukan sesuatu": segera Haeri bergegas keluar rumah, mengambil kunci yang ada di meja belajar lalu pergi keluar kamar, namun beberapa detik kemudian ia kembali masuk ke kamar dan bergumam, "Aku lupa kalau sekarang aku masih tidak diizinkan untuk mengemudi..." ucapnya sambil melempar kunci yang ternyata adalah kunci lemari pakaian miliknya.