Haeri menolak ajakan dari Jung hwa untuk bergabung mengobrol bersama mereka, dia pamit untuk pergi kembali ke kamarnya, Ivanov memperhatikannya pergi meninggalkan ruangan dengan tatapan yang penuh arti.
Ketika sampai di kamar, Haeri langsung mengunci pintu kamar dan duduk diatas kasur sambil memainkan laptopnya, saat ini yang ada di pikirannya adalah bagaimana caranya untuk membalas dendam kepada pria yang telah menghancurkan hidupnya dulu.
ia melakukan pencarian di internet dan hanya menemukan beberapa artikel tentang Ivanov, kebanyakan artikel itu membahas tentang kesuksesan nya dan juga desas desus dirinya dengan Theresia yang memiliki hubungan rahasia.
Haeri tidak tahan untuk mencela ketika melihat artikel tersebut, "heh betapa bodohnya orang yang mengidolakan si jalang ini." gumamnya.
Beberapa menit sudah berlalu semenjak ia mencari-cari di internet tetapi semua artikel yang ia temukan hanya membahas tentang sisi palsu dari keduanya.
ia penasaran bagaimana Jungsik dulu bisa mengetahui bahwa Ivanov bukan lah orang baik, saat ini jika melihat dari reaksi Jungsik ketika mendengar nama Ivanov sepertinya dirinya masih belum menemukan keburukan Ivanov, jikapun ia bertanya pada Jungsik percuma saja, Jungsik tidak mengetahui nya, sebaiknya menunggu saat Jungsik akan memberitahunya sendiri.
Sekarang Haeri menyadari bahwa dirinya yang dulu dan sekarang tidak ada bedanya, ia berbaring di atas kasur sambil memejamkan matanya memikirkan bagaimana cara untuk membalas dendam, ia berencana untuk melakukan pendekatan terhadap Ivanov tapi menurutnya tanpa rencana yang matang semua itu sia-sia, bukannya membalas dendam dia akan sekali lagi jatuh kedalam lubang yang sama.
Pada akhirnya karena terlalu memikirkan hal tersebut Haeri lama kelamaan merasa mengantuk kemudian tertidur dengan sangat nyenyak. keesokan harinya dia bangun sangat awal, matahari masih belum terbit sepenuhnya dan kedua saudaranya juga masih belum bangun.
dirinya pergi turun kebawah untuk mengambil minum karena ia merasa tenggorokan nya sedikit kering sambil berpikir. "Ini pertama kalinya aku bisa tertidur nyenyak setelah semua yang ku lewati dimasa lalu." kemudian ia menghela nafas.
Saat ini Haeri sendirian berada di dapur, suasana nya cukup menyeramkan karena ia hanya menghidupkan lampu yang berada didapur, jika dulu ia sangat takut dengan kegelapan sekarang sepertinya sudah tidak jadi masalah baginya, ia merasa sudah terbiasa dengan kegelapan dan secara tidak sadar dirinya masih melakukan kebiasaan dahulu saat bersama dengan Ivanov.
saat melihat ke arah lorong yang gelap ia tidak bisa untuk tidak berpikir mengenai masa lalunya tapi yang ia ingat kali ini bukanlah kenangan pahit yang ia miliki melainkan kenangan manis yang saat itu pernah terjadi.
di lorong ini samar-samar ia dapat melihat bayangan masa lalu dirinya, saat ia berumur 13 tahun ketika dirinya ingin pergi untuk mengambil minum di tengah malam ia merasa takut dengan suasana yang gelap karena seluruh lampu di rumah dimatikan, tetapi ia merasa sangat haus dan tidak bisa lagi menahannya jadi ia mengetuk pintu kamar orang tuanya berniat untuk meminta mereka menemaninya mengambil minum, pada saat itu sang ayah yang bersedia pergi untuk menemaninya.
Sepanjang perjalanan menuju dapur dirinya berpegangan pada lengan sang ayah dan tidak melepaskan nya sama sekali, ia memeluk lengan sang ayah yang pada saat itu terasa hangat dan menenangkan bagi dirinya sebelum dia kembali mengingat kenangan pahit itu disaat ia untuk yang terakhir kalinya memegang lengan sang ayah yang dingin di bangsal rumah sakit, sambil menangis.
Tanpa sadar ia meneteskan air mata mengingat kenangan masa lalu, jika dipikir-pikir lagi seharusnya ia lebih mementingkan keluarganya daripada balas dendamnya terhadap Ivanov saat ini.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah ruang tamu, Haeri mengira itu mungkin saudaranya tapi ia ragu dan mencoba untuk memastikan, saat ini jam menunjukkan pukul 4 pagi selain dirinya tidak ada seorangpun yang seharusnya berada dilantai bawah saat ini.
Tanpa rasa takut akan kemungkinan adanya hantu Haeri berjalan dengan menyusuri lorong yang gelap menuju ke arah ruang tamu. karena suasana rumah yang sunyi jadi setiap langkah yang diambil akan menimbulkan suara menggema.
"Kakak?"
Haeri mencoba memastikan apakah itu saudaranya, ia memanggil mereka berkali-kali tetapi tak ada jawaban, ketika ia sudah sampai di ruang tamu ia melihat seseorang tengah duduk di sofa yang ada diruang tamu tersebut.
karena keadaan yang minim cahaya Haeri tidak dapat melihat siapa orang tersebut, ia hanya berpikir bahwa itu mungkin Jungsik atau Jung hwa.
Haeri pergi menuju ke saklar lampu yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri ketika ia menghidupkan lampu ruang tamu ia bisa melihat dengan jelas sosok pria yang duduk didepannya adalah Ivanov.
sambil menunduk kan kepalanya Ivanov melirik dari sudut matanya, dia melihat Haeri yang berdiri kaku dekat dengan saklar lampu.
"A-apa yang kau lakukan?" Haeri bertanya dengan suara yang gemetar.
Ivanov tidak menjawab dia hanya diam sambil memijit pelan dahinya, sepertinya dia mabuk.
Sekali lagi Haeri bertanya, "Kau kenapa masih disini?"
"....tidak dengar."
Haeri, "...."
"Aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakan."
Haeri tidak mengira bahwa suaranya tidak cukup kuat untuk didengar Ivanov, ia sempat berpikir. "Apakah orang ini punya masalah dengan telinga nya?"
Kebenaran nya ialah Ivanov sedikit mabuk dan dia memang benar-benar tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang Haeri ucapkan, bukan karena efek dari mabuk tetapi karena Haeri yang berkata dengan pelan dan suaranya yang gemetar.
Jadi sekali lagi Haeri bertanya padanya dengan suara yang kali ini terdengar cukup jelas di telinga Ivanov.
Haeri, "Kau kenapa masih ada disini? kenapa tidak pulang?"
Ivanov tidak menjawab pertanyaan pertama, dia hanya membalas pertanyaannya yang kedua, "Maafkan aku jika itu mengganggu mu tapi aku akan pulang sekarang."
Melihat Ivanov bangkit dari duduknya dan beranjak pergi Haeri tidak bisa membantu selain berkata, "Baguslah seharusnya kau tidak berlama-lama disini." sembari melipat kedua tangannya di dada, melihat Ivanov yang berjalan dengan lunglai menuju pintu keluar ia merasa sedikit kekhawatiran muncul dihatinya, tapi ia mengabaikan hal tersebut dan memasang ekspresi tidak peduli.
semua baik-baik saja sampai akhirnya Ivanov tiba-tiba berhenti dan berbalik menatap ke arahnya dengan dingin.
"A-apa?" Haeri bertanya dengan gugup.
Beberapa detik berlalu Ivanov masih menatapnya tanpa ekspresi. Haeri merasa tidak nyaman ditatap seperti itu oleh Ivanov, ia dapat merasakan keringat turun dari dahinya di hari yang dingin ini.
ketika akhirnya Ivanov bersuara Haeri merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
Ivanov, "Dimana....dimana pintu keluarnya?"
Haeri, "...."
"Ah itu, jalan terus saja lalu belok kanan..." Balas Haeri sambil menunjuk jarinya ke arah yang ia sebutkan.
Ivanov hanya membalas, "terimakasih" kemudian pergi dengan linglung ke arah pintu keluar yang terkunci.
"tidak bisa dibuka."
Haeri, "....Tunggu aku akan ambilkan kuncinya."
Di pagi hari Jung hwa yang bangun tetapi tidak melihat keberadaan Ivanov bertanya kepada Haeri yang sedang berada di ruang makan.
"Dimana Ivan?" tanyanya.
"Dia sudah pulang tadi pagi saat kau belum bangun." ucap Haeri sambil memakan sarapannya.
"oh begitu....lalu Jungsik?"
"Dia bilang dia punya banyak pekerjaan jadi dia membawa makanannya ke kamar."
"Dasar anak itu, sudah menjadi kebiasaannya makan di kamar."
mendengar ucapan Jung hwa Haeri berpikir dalam hati, "Yah Sejujurnya aku juga ingin makan dikamar..."
Sekali lagi Jung hwa bertanya, "Apa Ivan sudah sarapan sebelum pergi?"
"Tidak tau jangan tanya aku." jawab Haeri acuh tak acuh.
mendengar jawaban dari sang adik Jung hwa merasa tidak puas, dia sekali lagi bertanya pada pembantu yang menyiapkan sarapan mereka. "Bibi! bisa kemari sebentar aku ingin menanyakan sesuatu."
"Ya tuan muda saya akan kesana.."
Pembantu yang dimaksud adalah seorang wanita tua berusia sekitar 50 tahun yang telah bekerja di rumah keluarga Kwon selama lebih dari 20 tahun, secara teknis dia sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh Haeri, Jungsik dan juga Jung hwa.
meski begitu dirinya merasa tidak enak hati untuk memanggil ketiga saudara itu dengan nama panggilan mereka, jadi sampai sekarang dirinya masih memanggil ketiga anak itu dengan sebutan tuan muda dan nona. Nama wanita itu sendiri adalah Da Yan, orang-orang yang mengenal nya biasa memanggilnya bibi Yan.
Bibi Yan memiliki dua orang anak, anak pertama merupakan seorang pria yang seumuran dengan Jungsik dan Jung hwa dan dia sudah menikah sementara anak kedua merupakan gadis yang usianya masih 12 tahun, gadis itu bernama Da Mingji.
Da Mingji cukup sering berkunjung ke tempat ibunya bekerja karena dia merasa kesepian, meskipun Mingji tinggal di rumah bersama sang kakak dan juga kakak iparnya, mereka selalu tidak berada di rumah, maka dari itu rumah selalu kosong dan terasa sangat sepi, jadi dia selalu pergi untuk bermain ke rumah keluarga Kwon untuk bertemu dengan Haeri.
"Bibi Yan tau Ivanov kan? yang semalam menginap di sini." tanya Jung hwa tanpa basa-basi.
"Aah ya pria tampan itu? tentu saja bibi ingat memangnya ada apa tuan muda menanyakan tentang dirinya?" ucap bibi Yan dengan senyum cerah di wajahnya.
"aku cuma ingin tanya apakah sebelum dia pergi dia sudah sarapan?" tanya Jung hwa lagi.
mendengar pertanyaan Jung hwa bibi Yan menggeleng lalu berkata, "mengenai hal itu bibi tidak tau, semenjak bibi datang tadi pagi bibi tidak melihat dirinya di manapun."
hening sejenak lalu bibi Yan melanjutkan, "Tapi mobil yang tuan Ivan gunakan semalam masih terparkir di halaman rumah."
Saat mendengar jawaban dari bibi Yan, Jung hwa langsung melihat ke arah Haeri yang sedang makan dengan santai sambil melihat dirinya dengan bibi Yan yang sedang berbicara.
"Apa? kenapa melihat ku seperti itu?" Haeri pura-pura tidak mengetahui hal tersebut, ia tetap melanjutkan makannya.
Jung hwa menatap Haeri sebentar tanpa mengatakan sepatah katapun lalu ia berkata pada bibi Yan, "Baiklah terimakasih bibi Yan kamu bisa melanjutkan pekerjaan mu."
dengan begitu bibi Yan pergi kembali melanjutkan pekerjaannya, sementara itu Jung hwa berpikir akan menanyakan nya sendiri pada Ivan nanti.