Tepat pukul delapan malam, setelah kumandang Isya. Kubu berlawanan, Zero dan Alex, telah sama-sama bersiap menuju medan perang. Semua persenjataan sudah sangat lengkap bagi keduanya. Alex dengan semangat yang menggebu, seolah merasa hari ini akan menjadi hari kemenangannya. Zero akan mati tersungkur, dengan satu peluru menembus kepalanya. Kemudian, jasad mereka, akan dilempar masuk ke dalam laut.
Lain hal bagi Zero, semangat menggebu sama sekali tak ia dapati. Rasanya hampa di dalam hati. Meski telah dilarang untuk ikut serta, tapi, ia tetap mengambil langkah untuk maju.
"Yang jadi Bos di sini saya. Jadi, jangan pernah memerintah saya untuk melakukan apapun!"
Zero meradang. Ia sampai menggeprak meja di markas utama mereka.
"Tapi, Bos. Keadaan Bos tampaknya sedang tidak baik-baik saja."