Chereads / 4 O'clock / Chapter 2 - 1. [ Hope Letterrs ]

Chapter 2 - 1. [ Hope Letterrs ]

•••••••••

4 O' Clock

••••••••••

•••••

Everything you want someone else has. Make something no one else has.

•••••

"Sebelumnya kau tidak pernah melakukan ini sama sekali, Namjoon. Akan tetapi aku yakin bahwa kau bisa melakukannya."

Kim Namjoon— pria yang memakai baju serba putih tersebut hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun sejak dirinya berada diruang serba putih beberapa menit yang lalu. Dirinya masih menyimak apa yang memang sudah seharusnya menjadi tugasnya, Guardians angels.

Kertas berwarna putih yang melayang kearah Namjoon membuat lelaki yang memiliki dimple itu mengadahkan tangannya; mengambil kertas tersebut. Isinya tidak jauh seperti riwayat hidup. Namjoon menatap wajah gadis yang masih remaja disisi kiri atas dan satu hal yang membuatnya merasakan harinya menghangat, tatapan lembut dan senyum lebar membuat hatinya menghangat.

"Yoon Jisu— Dia yang akan kau jaga, aku tahu kau tidak akan pernah mengecewakan ku, Namjoon." tukasnya sebelum menghilang menyisakan kesunyian serta kertas berwarna putih bergaris-garis yang terjatuh saat ia menghilang.

Namjoon menatap kertas yang berada didepannya dan dalam sekejap kertas tersebut berada ditangannya; surat harapan yang biasa diterimanya.

Dear Lord;

Grant me the Serenity to accept the things I cannot change the things I can; the courage to change the things I can; the wisdom to know the difference.

Namjoon beralih menatap sekali lagi kertas ditangan kirinya dengan teliti. Yoon Jisu— akan berulang tahun dalam kurang dari empat puluh delapan jam lagi, apakah itu waktu yang tepat untuk memberikan hadiah yang diinginkannya? Namjoon menghela nafas dan dalam sekejap kertas putih yang ada ditangannya lenyap menjadi butiran debu yang terbawa angin dan begitu pula dengannya yang menghilang dari ruangan putih tersebut.

Rambut hitam sepunggung yang tergerai dan hanya dihiasi jepitan bulan disisi kanannya membuat Yoon Jisu terlihat sama seperti gadis remaja lainnya. Isak tangis yang mengiri malam dengan diterangi bulan dan bintang seakan tidak mendukung gadis Yoon tersebut, tang kini mencoba menahan kembali rasa sakit yang dialaminya.

Namjoon menajamkan penglihatannya pada siku kanan dan kiri Jisu yang terlihat membiru dan juga ada darah yang mengalir. Dalam sekejap warna biru dan darah yang mengalir di kedua siku Jisu penghilang dan menghentikan isak tangis dari gadis bermarga Yoon tersebut.

Apa yang terjadi dengan tubuhnya? Jisu menatap siku yang tadi mengeluarkan darah kembali untuk kesekian kalinya dengan pandangan tidak percaya. Kapan memar dan darah tersebut menghilang? Jisu menatap sekeliling kamar yang hanya diterangi dengan lilin kecil disisi tempat tidurnya dan tidak menemukan apapun kecuali lilin yang bergerak membuat bayangan di sekitarnya ikut bergerak. Jisu menghapus sisa air mata di wajahnya dan berjalan dengan tertatih menuju kasur. Ia butuh mengistirahatkan tubuhnya setelah kembali mendapatkan siksaan dari Ayah yang berniat menjualnya pada Maria—pemilik rumah bordir yang selalu mengincarnya dan membuatnya selalu mendapatkan luka karna dipukul oleh Ayah yang menginginkan dirinya menjadi pemuas nafsu dirumah bordil dan membuatnya mendapatkan uang tanpa harus bekerja.

Namjoon berdiri ditepi ranjang Jisu yang sudah terlelap lalu menatap sekujur tubuh gadis yang banyak luka memar ataupun yang baru mengeluarkan darah, dan seperti sebelumnya luka tersebut menghilang dengan sekejap. Namjoon berjongkok menyejajarkan wajahnya tepat dihadapkan wajah cantik Jisu yang terkena rembulan, diusapnya wajah Jisu dengan seringan bulu lalu dalam sekejap dirinya menghilang dari hadapan gadis yang mulai saat ini akan selalu dilindunginya.

**********

Secarik kertas berwarna putih membuat pikirannya terganggu. Siapa yang menaruhnya disana? Jisu menatap matahari pagi yang terbit dengan senyum kecil lalu berjalan kearah kamar mandi untuk membilas diri setelah itu ia harus berangkat sekolah. Limabelas menir Jisu menyelesaikan mandinya kini dirinya berada didepan kaca fullbody yang memperlihatkan keseluruhan tubuhnya yang hanya dibalut handuk putih dari bagian dada hingga paha.

Berarti itu bukan mimpi? Pikiran itu yang terus terngiang dikepala Jisu ketika melihat dirinya dicermin yang sama sekali tidak ada terdapat belas luka sedikitpun. Jisu bukan gadis bodoh yang tidak bisa mengetahui berapa lama memar yang dibuat Ayahnya akan menghilang, setidaknya butuh waktu lebih dari seminggu hingga memar itu memghilang meskipun tidak sepenuhnya. Selama ini memar dalam tubuhnya tidak pernah menghilang, karna setiap malam dirinya selalu merasakan tambahan memar yang dibuat Ayahnya.

"Apa yang Kau pikirkan Yoon Jisu?" tanyanya pada diri sendiri dengan senyum miris. "Bukankah lebih baik kau bersiap-siap untuk pergi sekolah karna jika Ayahmu tahu Kau tidak akan bisa pergi sekolah," ucapnya lagi, dan segera bergegas memakai seragam lalu keluar dari rumah sederhana yang menjadi neraka baginya dengan berlari.

Jisu menatap pemandangan laut jendela bus yang ditumpanginya dengan pandangan kosong, pikirannya terus berkelana kemana-mana. Jisu menghela nafas pelan dan mengeluarkan kertas yang menjadi perhatiannya sejak pagi.

'Kemanapun kau aku akan bersamamu.'

Apa maksud dari tulisannya? Jisu melipat kertas itu lalu memasukannya kembali kedalam tas dan berhenti tepat di halte dekat dengan sekolahnya. Jisu hanya menatap datar pada lokernya yang lagi-lagi terdapat banyak sampah yang berserakan dan juga coretan di pintu lokernya, ini sudah menjadi kebiasaan yang dilihat matanya. Jisu tidak merasa marah atau apapun selagi itu tidak merusak buku-buku pelajarannya, cukup buku-buku tersebut aman dari tangan jahil siswa yang membencinya.

"Ya, Yoon Jisu! Masih bisa bersekolah disini, huh?!"

Jisu sama sekali tidak ingin tahu siapa yang berbicara padanya, karna sudah dapat dipastikan bahwa orang yang menghinanya adalah orang yang selalu sama— Park Hanji.

"Sayang sekali setiap hari aku selalu melihat pemandangan yang sama, sampah," ucapnya lagi seakan tidak menyerah untuk memojokkan Jisu.

"Ah, aku tahu apa yang membuatmu bisa bersekolah kembali disini," ucapnya lagi dan kembalikan badan Jisu menghadapnya dengan kasar, tersenyum sinis dan bertanya dengan nada acuh, "Apa kau menjual tubuhmu?"

Abaikan dia, Yoon Jisu, abaikan saja. Jisu memejamkan matanya sebentar lalu mengambil beberapa buku yang diperlukan, dan memasukan sampah bekas makanan kedalam plastik lalu berlalu ke kelas. Ia tidak harus melawan setiap kata-kata yang dikeluarkan Hanji, karna nyatanya jika Ia emosi Hanji tidak akan segan-segan untuk  semakin menyiksa dirinya, bukan hanya dengan kata-kata menghina yang dikeluarkannya tapi juga dengan tindakan fisik.

Lagi, untuk kesekian kalinya Jisu harus melihat pemandangan meja dan kursinya yang penuh dengan coretan dan mengabaikan teman sekelas yang mengolok-oloknya dan mencoba untuk membuatnya terluka dengan mendorong bahunya. Jisu mengeluarkan tisu basah yang selalu berada didalam tasnya dan membersihkan meja dengan terburu-buru karna sebentar lagi Hwanh Songsaenim akan masuk dan Jisu tidak ingin mendapatkan kesialan lagi karna dihukum oleh Hwang Songsaenim.

"Yoon Jisu! Bagaimana kau bisa kembali bersekolah? Apakah setelah Kepala sekolah memanggilmu seminggu yang lalu kau kembali bersekolah dengan menjual tubuhmu padanya?"

Jisu mengepalkan tangannya dengan erat, mencoba menyalurkan emosi dengan perkataan yang dilontarkan Junmin padanya. Memang dua minggu sebelumnya ia terancam untuk tidak bisa bersekolah kembali di Fantasia, dan minggu lalu Kepaal sekolah memanggilnya untuk mengikuti lomba dan hadiah uangnya bisa digunakan untuk membayar tunggakan sekolahnya. Jisu memang memiliki kehidupan yang sulit tapi Ia tidak akan menjual tubuhnya hanya demi uang, dirinya bukan setelah itu.

Jisu melangkahkan kakinya keluar kelas mengabaikan tatapan mencemooh teman sekelasnya, Ia salah mungkin tidak ada teman di hidupnya, bahkan ia tidak tahu harus menyebut apa orang-orang yang berada dikelas yang tertawa melihat kepergiannya.

••••••••••

4 O'Clock

••••••••••

I Hope You Like This Story

Can You Give Me Vote and Coment everyone?