Chereads / What Do You Know? / Chapter 11 - BAB 9 {BULAN}

Chapter 11 - BAB 9 {BULAN}

3 jam perjalanan kami untuk menuju pegunungan jalur kehidupan berawal. Kami terpaksa juga nggak tidur saat hari mulai menjelang sore.

Seli, dia sibuk membaca buku tentang kehidupan di klan Bulan. Ali, dia membuat.... entahlah. Sedangkan aku. Aku mencari informasi melalui situs website di klan Bulan.

Situs situs tersebut menjelaskan klan Bulan dari sejak klan Bulan lahir hingga kini klan Bulan bertahan. Dalam situs web tersebut juga di sebut sebut pangeran masa depan dan entahlah. Bahasa klan Bulan sulit untuk di mengerti.

"Putri. Aku sarankan kamu jangan mencari lewat jaringan sosial media." Saran Kalvin.

"Why?" Tanya yang sedikit kesal.

"Kalau putri cari lewat website jejak putri juga bakalan ke lacak. Putri baca ini aja." Suruh Kalvin.

"Apaan nih? Kamu kasih aku tablet? Kan sama aja kayak hp ku. Kalvin?" Tanya ku bingung.

"Itu buku portable. Aku nentuin di jaman penjajahan korea selatan. Nggak sengaja buku itu ke buang di sana." Jelas Kalvin.

"Hah? Jauh amat, korsel." Kata Seli yang mendengar kan percakapan ku dengan Kalvin.

"Ih. Ya udah kalau gak percaya." Jawab Kalvin dengan marah.

Lenggang lagi selama 1 jam. Kak Jhon sibuk mengendarai kapsul terbang milik Ali. Aku telah membaca buku portable itu separuhnya. Karena mengantuk ku putuskan untuk tidur sejenak.

****

Author pov.

Raib sedang tidur di tempat perpustakaan kecil buatan Ali. Sedangkan Seli sedang memaksa di dapur.

Lain halnya dengan Ali yang sibuk mengutak atik robot robot buatannya.

Ali yang mengutak atik di kamarnya itupun sangat serius. Ia seperti membuat sesuatu yang sangat istimewa.

Tapi. Kita kembali ke....

Raib. Dia sedang bermimpi.

DREAM'S

Kini aku dan Seli sedang berada di dalam suatu tempat yang sangat istimewa. Aku hanya dengan Seli. Ali, kak Jhon dan Kalvin tidak ada.

Ruangan itu sangat terang. Saking terangnya membuatku susah untuk melihat sekitar. Putih. Awalnya aku pikir itu hanyalah sebuah silakan mata.

Tapi itu bukan karena silauan cahaya. Melainkan sebuah lorong? Mungkin saja.

Dalam lorong itu Seli sedang di gandeng oleh... oh entahlah wajahnya sangat tampan tapi karena ruangan ini sangat silau pria tersebut susah ku lihat.

Seli. Dia pertama menjerit kesakitan. Aku hendak menolongnya. Tapi saat aku berdiri, Seli... Ia tersenyum. Aku bingung. Aku menoleh ke samping kanan dan disana....

Astaga! Di sebelah telah banyak orang berpakaian hitam. Mereka tersenyum juga. Tapi saat aku hendak di tarik oleh salah satu dari mereka. Pria muda itu malah menunjuk Seli.

Dan sedetik saja lorong itu menutup bersamaan teriakan Seli.

BOOM

Dream off

"Ra? Ra?! Kamu gak apa apakan?" Tanya Seli yang berusaha membangunkan ku.

"Oh syukurlah. Hanya mimpi." Gumam ku.

"Mimpi apa Ra?" Tanya Seli.

"Enggak cuma mimpi biasa kok." Jawab ku yang sedang berbohong.

"Ya udah yuk Ra! Mandi dulu sana. Terus langsung ke ruang makan yah! Aku udah masak soalnya." Kata Seli.

Hah Seli masak? Aku sebenarnya malas untuk makan. Tapi daripada Seli curiga dengan mimpiku kuputuskan untuk menurutinya.

****

10 menit aku baru selesai mandi.

Saat aku datang ke tempat makan. Di sana sepi. Hanya ada Kalvin. Aku langsung putar balik karena malas bertemu Kalvin.

"Eh eh. Putri mau kemana? Kasian lo makanannya udah nungguin putri." Canda Kalvin.

"Apaan sih?"

Yah aku gagal kabur deh. Mau gak mau aku harus makan di sebelahnya.

"Put. Jangan di pikirin yah mimpi nya tadi." Kata Kalvin yang sontak membuat ku kaget.

"Kamu tahu Vin?" Tanya ku penasaran.

"Yah lah. Kan waktu itu aku gak sengaja..... memprediksi pikiran putri." Kata Kalvin.

"Oh? Jadi selama ini kamu...."

Aku telah membawa sendok kayu yang sangat berat. Tapi Kalvin langsung menghilang.

"Awas kamu Kalvin!!!!!" Teriak ku pada Kalvin.

"Eh Ra! Ngapain sih teriak teriak."

Seli nampaknya terganggu dengan teriakan ku itu.

"Eh enggak kok."

"Ra kalau dipikir pikir kamu cocok juga lo sama Kalvin." Goda Seli.

"Ih jijik. Apalagi Kalvin tuh duda. Terus mantannya mis Zuliz lagi. Bisa di sebut pelakor nanti aku sama mis Zuliz." Kata ku dengan nada jijik.

****

"Ra! 15 menit lagi kita udah sampai di kampung dekat pegunungan itu." Jelas Kak Jhon lewat speaker.

"Eh Ra ayo kita ke ruang utama!" Ajak Seli.

"Kajja!!!" Semangat ku.

Selama kurang lebih lima jam perjalanan kami menuju perkampungan itu.

Ali malah tertidur pulas di kursi penumpang kapsul.

Saat aku melihatnya aku lantas memukulnya dengan bantal di sebelahnya.

"Aduh! Ra sakit tau!" Keluh Ali.

"Hello? Kita udah sampai lo Li!" Ingat Seli.

"Iya. Ini juga udah bangun."

Sampai depan gerbang perkampungan kami di hentikan oleh salah satu pemuda. Yang sepertinya penjaga gerbang.

"Ayo turun dulu." Ajak kak Jhon.

Setelah pemuda itu memaksa kami untuk turun. Akhirnya kami turun juga.

"Maaf. Kami mau masuk ke kampung ini. Ada apa yah kok di suruh berhenti?" Tanya Kak Jhon.

"Gak bisa! Kalian orang asing! Password!" Tegas pemuda tersebut.

"Password?" Tanya ku bingung sendiri.

Tapi tiba tiba Kalvin muncul dengan topi kerucutnya yang membuat dia tidak terlihat memberi tahu ku.....

"Durlasamantabalaar." Kata Kalvin.

"Saya tahu! Durlasamantabalaar!" Kata ku yang membuat pemuda itu mengerutkan keningnya.

"Astaga! Putri Raib! Putri Bulan! Saya sangat menghormati anda. Baik saya perbolehkan anda masuk. Maaf atas ketidaknyamanan nya." Jelas pemuda itu.

Kapan dia kenal aku?

Password dari kalvin sukses membuat aku dan lainnya bisa masuk ke perkampungan itu.

Penjaga gerbang itu terlihat dewasa. Dia bertubuh gagah dengan membawa anak panah di belakang punggungnya.

Saat pertama kali aku sampai di jalur kehidupan berawal itu. Aku melihat desa itu penuh dengan pohon pohon hijau. Dengan dialiri mata air sungai dari air terjun.

"Maaf tapi kenapa anda bisa mengenal saya?" Tanya ku ragu ragu. Karena darimana dia bisa tahu nama ku?

"Astaga aku sangat tidak sopan. Maafkan aku putri. Perkenalkan namaku. Sam."

"Oh Om Sam. Udah berapa lama jadi penjaga gerbang?" Tanya Seli

Tunggu. Apa tadi kata Seli? Om? Dia panggil sam dengan sebutan iklan bumi? Om?

"Hahahhahah. Lu kira sekarang ada di iklan kira apa? Panggil om om segala." Kata Ali.

Lantas kami ikut tertawa.

"Eh maaf maaf. Lupa." Ucap Seli malu.

Setengah jam kami bertanya tanya tentang istri tuan Dams. Dan alhasil kami menemukan rumah nenek tua itu. Kami tidak tau namanya. Tapi banyak orang yang menyebutnya. Nenek louis?

Yah nenek Louis. Dia hidup di rumah tua dan yah lumayan besar. Halaman rumah nya penuh dengan tanam tanaman.

Di situ aku bisa melihat bunga matahari yang berwarna kuning bermekaran. Rumah nenek louis dominan berwarna kuning.

Rumah nenek louis memang yang paling mencolok.

"Kak Jhon. Kak Jhon aja yang ketik pintunya." Rengek Seli.

"Lebay." Kata Ali dengan menetapkan wajah jijiknya.

"Sttt. Ok aku aja yang ketuk." Akhirnya kak Jhon mengalah.

Setelah kak Jhon telah mengetik pintunya. Tetap tak berhasil. Sampai ketukan ke 17 kali tetap tidak ada respon dari nenek louis.

"Hai?" Ucap Kalvin yang tiba tiba muncul dan sontak membuat kami kaget.

"Aku saja yang ketuk." Tawar kalvin.

"Ketuk aja kalau bisa." Remeh Seli.

"Loha. Dursalamantabalaar."

Saat kalvin mengucapkan salam itu. Tanpa mengetuk pintu. Sontak terdengar suara nenek tua yang menyuruh kami menunggunya.

"Terbuka!" Riang kalvin dengan nada dingin.

Maklum lah malaikat maut jarang tersenyum. Dan kalau saja dia tersenyum, itu sangat sangat menakutkan.

Uh seperti iblis.

"Loha. Sepertinya kalian dari klan jauh. Masuklah." Ajak nenek louis.

Dan bila kalian ketahui. Di klan bulan sebutan halo di ganti dengan LOHA.

"Nek apa nenek tinggal sendirian?" Tanya kak Jhon.

Memang di rumah nenek louis sangat sepi. Apa ini karena rumah nya yang lumayan besar?

"Enggak. Disini saya di temani oleh murid ku." Jawab louis.

"Murid?" Gumam Ali yang nampak sangat aneh.

"Iya murid. Disini aku sebagai guru kekuatan klan Bulan. Aku rela menjadi guru. Karena gelap mata Bryan." Ujar nenek louis dengan marah.

"Apakah anda juga kenal Pangeran Bryan?" Tanya Kalvin.

"Yah aku kenal dia. Dia sangat licik. Dan omong omong kalian ini siapa? Darimana? Dan mau apa?" Tanya louis.

Emang sejak tadi kira gak kenalin diri masing masing. Karena kamu sudah sangat penasaran.

Kami ingin cepat cepat kembali ke bumi. Sekolah. Main. Santai. Dan lainnya.

"Oh. Yah aku Raib dari klan bulan. Di sebelah ku ada Seli dari klan matahari. Di sebelah kanan ku ada Ali dari klan Bumi. Dan di sebelah Ali ada Jhon dari klan Mars..."

Belum selesai aku memperkenalkan diri. Louis langsung menyela ku.

"Dan disebelah jhon ada Kalvin malaikat maut?"

"Yah. Nona rupanya anda masih mengenal wajah saya. Saya sangat berterimakasih atas jasa anda 1000 tahun yang lalu." Ucap Kalvin dengan hormat.

"Oh anak ku. Aku sangat kasihan dengan mu. Karena bryan kamu mendapatkan pekerjaan menyeramkan ini." Ucap Louis dengan sedih.

Sejak tadi kalvin dan louis telah bercakap cakap. Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

Tapi tiba tiba Louis menatap ku, Seli, Ali, dan Jhon. Ada apa?

"Oh! Pasti kamu putri bulan. Kamu ksatria matahari. Dan kamu si jenius bumi. Oh dan tak lupa, penguasa api klan Mars. Panglima Jhon?"

"Oh. Anda satu satunya orang yang kenal dekat dengan saya rupanya." Kata kak Jhon.

"kak.Kakak Panglima Mars?" Tanya Seli bingung.

"Iya. Emang umurku 18 tahun. Aku tapi aku telah mendapatkan kepercayaan itu." Jelas kak Jhon.

"Oh. Gak salah lagu dong aku pilih kakak." Kata Seli.

Ihhhh. Sumpah. Sebenernya aku mau muntah lihat kedua pasangan ini yang agak aneh.

Mereka tidak melihat situasi untuk bisa menikmati masa pacarannya. Bahkan saat ada masalah di klan bulan mereka saling bikin kata kata ALAY nya itu.

"Omong omong kami di sini dapat bertemu Nenek. Berkat informasi dari kakek Dams. Apa nenek masih ingat?" Tanya Ali tanpa basa basi.

"Jelas aku ingat. Dia suami ku. Tapi aku tidak bisa melihat dan menemuinya. Kenapa kalian bisa? Kenapa Kalvin?"

"Saat itu. Aku tidak sengaja mendapatkan surat kematian tuan Dams. 10 tahun yang lalu. Dia bilang kepada ku bahwa dia mendapatkan masalah, karena Bryan. Dia menunjukkan arah pada ku. Dan akhirnya kami bisa bertemu dengan mu." Jelas Kalvin.

"Apakah dia berada di tempat yang layak?" Tanya Louis dengan menunduk.

"Entahlah. Semasa hidupnya dia selalu berbuat jahat. Dia sepertinya menyesali perbuatannya. Tapi dia masih bisa dapat ke tempat layak. Bila dia menghapus semua dosanya."

"Dengan cara apa?"

"Bantu kami agar Raib bisa keluar dari jalur persimpangan."

Hening selama 10 menit. Kalvin menatap Louis dengan senyumnya yang sama persis dengan senyuman iblis.

Lawan bicaranya hanya dia dan, mereka sepertinya bisa bicara lewat menatap mata. Sedangkan kami menunggu hasil itu. Ali di sebelah ku dia tampak cemas.

Dia memegang alat seperti handphone. Handphone itu mengeluarkan sinar merah.

"Maaf kalvin aku menyela diskusi kalian. Tapi alat penangkal ku menangkap informasi tentang bryan. Dia terlihat melawan tuan Dams." Jelas Ali dengan wajah serius.

"Apakah benar Ali?" Tanya Louis panik.

"Ini benar. Aku tidak bercanda. Dan Bryan membawa Dams ke suatu tempat. Ini..."

"Tak salah lagi. Louis bahwa kami ke jalur itu. Ku mohon. Demi kami. Dan demi Tuan Dams." Mohon Kalvin.

Akhirnya kami berjalan menuju suatu basement rumah nenek louis. Basement ini tak sebesar milik Ali. Namun saat Louis menarik tuas tempat menggantungkan baju. Seketika kami tiba di suatu tempat yang sangat gelap.

"Maafkan aku Putri salah satu dari kalian akan ada yang hilang."

"Hilang?" Tanya bingung. Ada apa ini?

5 menit. Tiba tiba di sekitar kami sangat terang sehingga kami tidak bisa melihat kemana mana.

Dan makin lama cahaya itu redup.

Aku melihat kanan kiri ku dan demi apa? Seli, Seli dia hilang!!!!

"Ali, kalvin, Kak Jhon. Dimana Seli?!!! Seli dia hilang!!!"

"Maafkan kami putri. Untuk bisa mengeluarkan mu ke jalur persimpangan kami harus menumbalkan Seli."

"Apa?! Kenapa kamu tidak bilang dari awal? Apa itu sebabnya kamu diskusi lama dengan louis? Oh. Astaga!" Aku berlinangan air mata.

Ali dan Kak Jhon di sebelah ku hanya menunduk. Mereka sangat sedih.

"SELI! KEMBALI!!!!"