Chereads / What Do You Know? / Chapter 12 - BAB 10 {BULAN}

Chapter 12 - BAB 10 {BULAN}

Sekarang yang ada hanyalah penyesalan belaka. Aku, Ali, dan Kak Jhon tengah menghadapi masa masa sulit. Sahabat kami. Seli dia hilang.

Bisa dipastikan hilangnya Seli karena aku. Seharusnya sejak awal aku ikut saja kata Kalvin. Aku turuti kata Bryan, tapi nasi telah menjadi bubur, mau gimana lagi?

"Eh sebentar Ra, bukannya kita udah pernah ketemu Kalvin sebelum kamu anggap jadi sopir itu kan?" Tanya Ali.

Sepertinya ali sedang berpikir keras untuk menemukan jalan keluar yang pas.

"Iya." Jawab Kalvin.

Kini kami sedang berada di perkampungan suram jalan persimpangan. Kami menunggu di gubuk tua yang telah usang.

Louis sepertinya merasa sangat menyesal. Dia menatapku dengan iba.

"Maafkan saya putri. Saya sangat menyesal." Ucap Louis sambil berlutut.

Aku langsung menunduk dan mengangkat tangan Louis.

"Tak apa louis, apakah kamu tahu cara menyelamatkan Seli?" Tanya ku dengan penuh harapan.

"Tidak ada putri."

"Baiklah kita datangi saja kerajaan Bryan siapa tahu kita bisa bernegoisasi dengan dia." Saran Kak Jhon.

Perjalanan kami mulai seru, ditambah lagi dengan kejadian Seli yang di jadikan suatu "tumbal" hal ini membuat kami semakin waspada terhadap orang yang disekitar kami.

Kami memutuskan untuk pergi ke kerajaan pangeran Bryan. Ups, saat datang disana kami merasakan aura kegelapan, kesepian, dan kebencian.

Jam menunjukan pukul 01.00 dini hari. Kerajaan tersebut tidak ada pengawal ataupun prajurit, sepi.

"Hei siapa yang akan keluar duluan?" Tanya Louis.

"Biarkan aku." Jawab Kak Jhon.

Jelas kak Jhon, dia memang pacar Seli jadi tak heran bila dia yang maju ke depan demi Seli.

Kak Jhon maju dengan langkahnya yang gagah. Dia terlihat bak panglima yang telah berpengalaman.

Kak Jhon maju 10 langkah, di langkah ke sebelas. Kak Jhon jatuh, dan saat kak Jhon jatuh lantai yang terbuat dari marmer itu retak, luar biasa.

Punggung kak Jhon telah berkumur darah. Aku bergidik ngeri melihatnya tak terkecuali Ali.

"Li! Tunggu apa? Ayo turun!" Ajak Ku.

Ali memang sudah aneh sejak tadi, dia seperti khawatir pada alat kecil penangkal nya itu.

"Iya Raib...."

Aku dan Ali telah turun di depan kerajaan megah milik pangeran Bryan itu.

Ali menolong kak Jhon terlebih dahulu. Kak Jhon tak nampak kesakitan, tapi dia hanya terlihat sedikit Syok.

"Ra. Mana Kalvin?" Tanya Kak Jhon.

"Aku tak tahu." Jawab ku polos.

"Cepat panggil dia, dia mungkin bisa membantu kita saat ini." Suruh kak Jhon.

"Ya" jawab ku singkat.

Aku berusaha memfokuskan diri ku untuk memanggil Kalvin. Dan Alhasil, kalvin berhasil ku panggil dalam waktu 3 menit lebih.

"Kalian hanya perlu bantuan Raib." Jawab Kalvin tanpa basa basi.

Setelah mengatakan itu kalvin langsung mendorongku, ketempat dimana kak Jhon terlempar.

WUSH.....

Miracle.

Kerajaan itu berubah menjadi kerajaan yang lebih hidup. Jalan nya sekarang di beri karpet merah.

"Tunggu apalagi. Lets go" Semangat Ali.

Astaga anak ini tidak berbau buah sejak SD sama seperti biasanya, ceria, cuek, seperti tak ada yang terjadi.

Kami memutuskan untuk melangkah bersama Louis dan Kalvin. Secara tidak sadar kami melihat sesuatu. Bukan kita, melainkan aku saja.

"Pergilah! Selamatkan temanmu." Bisik seseorang yang yang tak aku kenal. Dia gelap.

Kami memutuskan untuk melangkah bersama Louis dan Kalvin. Secara tidak sadar kami melihat sesuatu. Bukan kita, melainkan aku saja.

"Pergilah! Selamatkan temanmu." Bisik seseorang yang yang tak aku kenal. Dia gelap.

Dan anehnya pula secara spontan aku berlari secepat mungkin. Kira kira aku telah berlari 2 km. Jauh sekali.

Tiba tiba pula saat aku menolehkan kepala ku belakang. Aku baru sadar! Sejak tadi Ali, Kak Jhon, Louis, dan Kalvin tidak mengikuti ku.

Astaga bodohnya aku!

"Astaga, seharusnya kamu tidak menoleh ke belakang!" Teriak seseorang.

Atmosfer di sekitar ku secara tiba tiba telah berubah. Cobaan apa pula yang harus aku terima ini.....

"Astaga. Aku sangat tidak percaya akhirnya kamu datang ke kerajaan ku Raib. Teman lama ku." Ucap seseorang tersebut.

Wait.

Tadi dia bilang apa? Raib teman lama ku?

"Kamu...Ka-kamu... siapa?" Tanya ku panik, bingung, pusing.

"Bryan? Kamu lupa dengan ku Ra?"

Bryan, dia, dia, astaga banyak sekali perubahan yang terjadi dengannya. Dan kenapa aku semakin terkesan dengan dia?

Apa... Aku mimpi?

Kenapa dia berubah menjadi.... Tampan?

Ets.....

Ra! Mikir apa sih!

"Ra? Kamu kenapa?" Tanya Bryan yang membubarkan pikiranku.

"Eh eh... gak apa apa kok." Jawab ku santai.

"Maaf yah aku sengaja kirim pasukan ku, untuk bawa kamu ke mari."

"Oh jadi orang yang bisikin aku itu pengawalmu? Aku kira dia hantu." Kata ku ketakutan.

"Astaga Ra! Dari kecil yah! Kamu bicaranya hantu, mahkluk halus, dasar Raib mata batinnya liar!" Goda Kalvin.

Dan aku memukuli lengan Kalvin. Entah kenapa aku jadi lupa situasi dan melakukan nostalgia sama Bryan.

Aku lupa sama Seli yang hilang, Kalvin, Kak Jhon. Ali? Entah.

"Ra kamu ngapain ke sini?" Tanya Bryan.

"Oh yah Bry, aku mau tanya. Kamu bisa nggak keluarin aku dari jalur persimpangan? Aku gak bisa hidup kalau aku masih ada di situ."

"Kamu tahu Ra? Nasib ku sekarang?" Tanya Kalvin yang malah balik tanya.

"Nasib?"

"Aku kan juga ada di jalur persimpangan? Malah aku udah gak bisa hidup di klan Bumi. Terkurung di dimensi ini....

"Dan itu alasannya kenapa aku pura pura sekolah di Jakarta." Lanjut Bryan.

"Kamu yakin gak ada cara gitu?" Aku masih kekeh sama pertanyaan itu.

"Gak ada Ra...." Jawab Bryan lemas.

Hening sejenak aku sibuk dengan pertanyaan pertanyaan  di dalam otak ku sekarang.

Ups! Aku kelupaan sesuatu! Ali dan lainnya aku melupakannya!

"Eh Bry aku hampir aja lupa. Kamu kenal Kalvin?"

"Oh penghianat itu tahu kok. Jangan bahas dia yah? Aku malas jawab nya."

"Ya udah. Terus rombongan petualangan ku dimana? Dimana mereka?" Tanya ku lagi.

"Besok mereka juga ada. Eh omong omong aku udah pernah ketemu Ali lho." Kata Kalvin.

Ali? Ngapain anak itu? Semoga gak bikin masalah deh.

"Dia kayanya.... suka kamu deh Ra. Tapi tenang aku bakalan lebih dulu dapetin kamu kok."

"Ih apaan sih. Ga je." Jawab ku illfeel.

Esok paginya.....

Aku terpaksa menginap di kerajaan Bryan yang megah itu. Sepanjang malam Aku telah menyiapkan berbagai rencana.

Sepertinya selama ini aku telah di halus oleh Kalvin. Kalvin selalu bicara kalau Bryan itu pendendam, jahat, dan lainnya.

Buktinya selama 10 tahun terakhir dia tinggal di klan Bumi dia tetap saja baik. Malah terlalu baik.

Kemudian aku telah menyusun strategi untuk mencari Seli. Sahabatku itu. Malang sekali nasibnya.

Aku tahu Seli pasti di sana tidak bisa makan, jadi mulai dari tadi malam aku ngga makan sama sekali.

Knok..

Seseorang membuka pintu kamarku...

"Hei!" Aku terkejut. Ternyata orang yang masuk bukan Bryan, tapi Kalvin.

"Kamu kenapa malah di sini sih?! Kan aku udah bilang Bryan baik di luar tapi jahat di dalam! Kamu kira aku jadi kayak gini gara gara siapa hah?" Bentak Kalvin.

Baru kali ini aku mendengar Kalvin membentak ku. Setahu ku, dia selalu sabar, diam sekali aku buat kesalahan. Dia berubah seperti monster, kayak Ali.

"Vin aku tahu kamu gak suka sama Bryan. Tapi dia sahabat ku dari kecil Vin! Aku yang tahu!" Aku bentak balik Kalvin.

"Gini aja! Sekarang kita cari Seli, kasihan dia!" Keluh ku lagi.

Aku tak habis pikir oleh Kalvin. Kenapa dia?

Di masalah yang genting seperti ini dia malah melabrak ku, dan menyalah kan ku?

"Iya putri." Kalvin memutuskan mengalah pada ku.

Kalvin langsung memakai topi kerucutnya itu, berarti ada seseorang yang akan masuk.

"Putri... apa putri tidak makan?" Tanya pembantu di kerajaan ini.

"Tidak bi. Terimakasih." Jawab cepat.

"Tapi kan dari tadi malam putri tidak makan? Sedikit saja. Kalau tidak bibi akan di keluarkan dari kerajaan ini. Karena putri tidak mau makan."

Aku menoleh sejenak ke belakang ku.

Sialan.

Kalvin malah pergi!

"Iya bi. Bentar lagi saya turun."

Sesampainya di ruang makan. Aku bertanya pada bibi itu. Bibi yang satu ini terlihat amat berbeda dari pembantu yang lainnya.

"Bi. Bibi tahu banget gak soal Bryan?" Tanya ku yang sepertinya sangat tak sopan.

Bibi pun mengeluarkan reaksinya dengan tidak sengaja.menjatuhkan sendok.

"Oh maaf. Maaf, Putri saya tidak tahu." Jawab Bibi dengan ragu ragu.

"Oh. Gadis kecil itu siapa Bi?" Tanya ku lagi.

Karena sejak tadi aku melihat ada anak gadis yang sedang bicara sendiri, main sendiri.

Serem juga sih kalau di liat liat.

"Itu Kquella putri. Putri bisa lihat dia?"

"Maksudnya?" Karena kadang kadang dia suka hilang hilang sendiri gitu.

"Dia keturunan murni? Tanya ku lagi.

"Bukan. Dia gadis yang di pungut pangeran, karena kecelakaan. Yang buat matanya buta." Jelas Bibi.

"Bibi terbuka ta bohong yah."

"Bohong?"

"Ayolah Bi cerita, Bryan gak bakalan marah kok."

"Maaf, Putri kalau soal pangeran Bryan saya tidak bisa cerita."

****

Di lain sisi....

"Eh Vin sampai kapan kita nunggu di kapsul ini?" Tanya Ali tak sabar.

Memang sejak kemarin Ali dan lainnya memilih untuk singgah di depan gerbang kerajaan Bryan karena mereka gak bisa masuk.

"Seperti Bryan udah rencana in ini deh." Kata Kak Jhon.

"Rencana apa?" Tanya Louis.

"Rencana buat jebak kita untuk gak bisa masuk. Cuma Raib doang."

Tak seperti biasanya Ali yang banyak ide kini juga mentok sampai disini. Dia gak bisa pergi dengan kapsul nya karena teknologi Bryan lebih canggih.

"Eh kita emang gak punya cara lagi yah?" Tanya Kalvin.

"Punya sih kalau ada buku yang pernah kamu jadikan rumah mu itu." Jawab Ali.

"Oh buku itu... Kemarin Raib ninggalin tuh kayaknya di kamarnya."

"Oke biar aku yang ambil" kata Kak Jhon sambil berdiri untuk mengambil buku itu.

"Vin kamu tahu kan cara pakainya?" Tanya Ali.

"Tahu. Pegang tangan ku kuat kuat. Karena ini sedikit sakit dan pusing."

WUSH.....

«apa hayo yang bakalan terjadi?»

«Nanti kan saja yah»