Berangkat.
Sekarang waktunya aku berangkat. Menyelesaikan misi yang tak berhenti henti.
Mencari pangeran Bryan bukan lah hal yang sangat mudah. Aku perlu waktu yang kan lama untuk dapat mencari tahu keberadaannya.
Bryan anak berwajah tampan yang dulu sempat membuat ku jatuh cinta. Tapi dia telah berubah menjadi jahat setelah kepergian ibunya.
Yah ibu Bryan meninggal karena menyelamatkan ku dari kecelakaan sekitar 5 tahun yang lalu.
Bryan marah. Dan dia berbohong pada ku kalau dia ingin sekolah di luar negri. Namun 2 hari sebelumnya dia sempat menolong ku. Sampai dia kritis.
Dan dia pergi ke Singapore untuk berobat.
Aku kira dia hanya pergi sebentar. Namun aku telah menunggunya selama 10 tahun yang lalu. Dia belum kembali.
Sudahlah.
****
kapsul ali.
Dalam kapsul Ali sangat luas. Ada tempat makan, tidur, kamar mandi, ruang tv, dan tempat duduk.
Dari luar emang keliatan kecil tapi kalau masuk luas.
"Li mana mis Zuliz?" Tanya ku pada Ali yang sedang berkemas kemas.
"Ada di dalam. Eh Ra di sebelah mu siapa?"
Saat Ali bicara seperti itu aku kira dia bercanda. Namun saat aku menoleh di samping ku.
Oh ya ampun KALVIN dia muncul di sebelah ku dengan senyuman.
"Eee. Itu.... cu.. ma Sopir yah sopir." Kata ku kikuk.
"Wow sopir nya Raib ganteng."
Seli berbicara sambil mendatangi ku.
"Iya." Jawab ku bingung.
Setelah percakapan ku dan Ali, Seli selesai aku segera menarik Kalvin untuk keluar dari rumah Ali.
"Vin kamu gimana sih?"
"Kan Zuliz gak jadi ikut."
"Tapi kan. Ah pokoknya selama kamu ikut sama aku pakai topi itu biar gak kelihatan. Oke? Kalau gak kamu gak usah ikut."
"Iyah."
Masalah Kalvin udah selesai. Kini aku Seli, Ali, dan juga Kak Jhon udah berangkat.
Kami melewati jalur cepat dengan Kapsul Ali yang bisa menebus apapun. 5 jam perjalanan kami baru sampai di tempat peristirahatan.
Kami kurang melewati jalur persimpangan, baru kami dapat melewati jalur perjalanan.
Huh lama banget. Di jalur persimpangan terdapat hutan belantara dan jurang jurang yang di bawahnya terdapat sebuah kuburan para panglima panglima tempur klan Bulan.
Seli yah jelas dia takut banget setelah Kak Jhon jelasin soal kuburan itu. Emang Seli orangnya penakut walaupun dia sangat 'bar bar' dengan pencak silat nya itu.
Ali ku kira dia juga takut. Hanya saja dia menjaga reputasi nya dengan pura pura memainkan tablet canggihnya itu.
"Ra kamu udah siap?" Kak Jhon tanya kepada ku.
"Siap kak. Tapi setelah aku baca di salah satu situs web milik jalan Bulan. Kalau ada salah satu keturunan murni sekaligus putri klan Bulan yang masuk dari situ gak akan bisa keluar. Terus bagaimana dengan ku?" Aku tampak bingung. Dan ingin rasanya aku kembali ke klan Bumi.
"Tenang Ra di sana pasti ada jalannya. Aku juga sudah menghubungi salah satu teman ku yang ada di sana." Ali mencoba menenangkan ku.
Aku sempat bingung dengan ucapan Ali barusan. Dia siapa? Kenapa dia bisa memiliki teman di klan bulan. Kenapa bisa?
"Eh ali sudah jangan mencoba membohongi Raib. Pake ngaku ngaku punya teman di sini lagi!" Seli sepertinya marah. Kerana dia juga udah kesal banget di sini.
"Ya udah kalau gak percaya."
Keributan antara Ali dan Seli telah padam. Kini jam menunjukkan pukul 7 malam.
Aku dan Seli baru saja selesai makan. Dan kamu sepertinya mau beranjak tidur di kamar kapsulnya Ali.
Di kapsul ii terdapat 4 kamar. Aku dan Seli tidur di kamar yang sama sedangkan Ali dan Kak Jhon tidur di kamar sendiri sendiri.
"Ra kalau misalnya aku masuk dalam jebakan Bryan jangan tolong aku yah Ra!"
Saat Seli mengucapkan kata kata tersebut aku terkejut. Ada apa dengan anak ini?
"Yah harus gue tolong dong sel. Kalau gak ada kamu aku mau pemanasan siapa lagi?"
"Aku serius Ra."
"Udah tidur aja deh. Jangan ngelantur Seli. Entar kayak Ali lho."
****
Paginya.
Seli sepertinya masih ngantuk jadi dia nggak aku bangunan untuk ngelanjutin perjalanan.
Aku pun berjalan menuju tempat tuan utama kapsul Ali.
Dan ternyata di sana sudah ada Ali. Sepertinya dia semalaman nggak tidur.
Kalian tahu gak Ali udah kayak kelelawar aja nggak tidur di malam hari.
"Eh li mandi sana! Lihat tuh Rambut lu udah kayak kuntilanak."
Setelah aku mengeluarkan kata kata itu kak Jhon yang barusan mandi keluar sambil ketawa gak jelas.
"Eh kak tuh pacarnya masih tidur. Susah di bangunin."
"Iya Raib Bawel."
Eh tapi yang ngomong itu bukan kak Jhon melainkan ALI.
Setelah Ali mengejek ku aku balas dia dengan melemparkan bantal yang mengenai tepat pada muka nya.
"Makanya jangan buat orang marah! Sakit kan?"
"Awas lo Ra!"
Setelah Seli terbangun dari tidurnya perjalanan kami mulai di lanjutkan. Sebelum melanjutkan perjalanan Ali sempat mengeluarkan benda kecil yang dia buang di lorong dekat kapsul kami hinggap.
Mungkin Ali meletakkan suatu alat penangkal atau apalah itu.
Ali selalu mengeluarkan barang barangnya yang menurutku lumayan berguna.
Perjalanan kali ini tampak lebih merepotkan bagiku. Karena tiap malam Kalvin selalu membangunkan untuk melatih kekuatan ku.
Aku tampak sedikit khawatir karena makin lama aku bersama Kalvin Ali jadi lebih sering memperhatikan ku. Ali tentu saja dia kepo.
"Kak Jhon kita jadi lewat jurang itu?" Tanya ku pada kak Jhon yang sudah ku tahan sejak tadi.
"Iya Ra, mau gimana lagi. Tanggung. Ali Berangkat!!!"
Perjalanan kita di mulai.
Hawa panas dan dingin kini telah ku rasakan pekat sekali. Seli di sebelah ku dia menggandeng tangan kak Jhon dengan erat.
Sebenarnya aku hendak tertawa. Lihatlah Seli memiliki dua muka. Saat ia sedang berlatih karate dia selalu tampak cool. Tapi saat dia menghadapi masalah genting seperti ini. Dia seperti boneka kecil yang tak berdaya.
But, nggak sekarang juga aku harus tertawa.
"Putri! 20 km dari sini Ali suruh berhenti."
Kalvin memanggilku. Dengan wajah yang sangat panik dia memberitahu ku dengan langkahnya yang tersengal. Tampaknya dia habis berlari.
"Ali 20 km dari sini kamu berhentiin kapsulnya yah."
"Ada apa?"
"Berhenti aja!"
"Iya."
Untunglah Ali menuruti omongan ku. Yang sebenarnya aku juga gak tahu harus apa kami di suruh berhenti sama Kalvin.
Karena rasa penasaran ku yang kian memuncak. Aku masuk ke kamar dan hendak berbicara dengan Kalvin.
"Vin ngapain sih suruh berhenti?"
"Di depan sana nanti ada... Ada...itu kakek tua yang bisa bantu kalian untuk bertemu pangeran Bryan di jalur persimpangan."
"Tapi aku masih bingung. Kan kamu juga bisa lansung bawa kita ke Bryan. Ngapain kamu jadi ikut petualangan kayak gini?" Tanya ku penasaran.
"Karena Bryan juga telah marah denganku."
Saat aku hendak bertanya lebih banyak lagi. Lagi lagi Ali menggangu ku.
"Ra!!!! Ini udah nyampe."
"Yah!!!!!!"
Aku berlari menuju tempat Ali.
"Tuh cuma ada gubuk. Kecil lagi."
Kata Ali yang mengejek.
Tanpa mendengar kan ucapan Ali aku langsung mengambil ransel ku dan melangkah masuk ke dalam gubuk tersebut.
Sebelum itu aku merasakan hawa dingin yang menyelubungi leherku.
Aku hendak mengetuk pintu nya namun....
"Masuk saja Putri. Kamu bawa teman mu masuk sekalian malaikat maut itu."
Aku terkejut. Sambil menoleh ke belakang, memberi petunjuk pada Ali, Seli, dan Kak Jhon.
Saat masuk ke dalam gubuk kecil itu. Gelap sekali hanya ada 2 lilin di meja. Aku pun memutuskan untuk duduk disana.
Saat aku duduk BOOM. Bak sebuah ilmu sihir. Di sekitar ku sekarang menjadi sebuah semacam surga. Sangat indah pemandangannya. Dan tidak gelap lagi.
"Ra yang di sebelah mu itu siapa?"
Seli melihat Kalvin yang duduk di sebelah kiri ku.
Aku kebingungan untuk menjawab pertanyaan Kalvin. Tapi....
"Yang di sebelah putri adalah malaikat maut." Bukan aku yang menjawab melainkan seorang kakek tua.
Mungkin usianya sudah 80 tahunan.
"Hah?" Seli memandangi dengan raut wajah bertanya tanya.
"Eh Ra bukannya itu sopir lo yah?" Tanya Ali.
Sebenarnya aku ingin melempar wajah Ali dengan lilin yang panas di depanku. Tapi bukan saatnya.
"Bukan. Dia.... Yah malaikat maut."
"Sumpah Ra gue kayak lihat drama korea."
"Hah?" Aku terkejut saat Seli mengucapkan hal tersebut.
Aku kira dia bakalan teriak histeris meremajakan malaikat maut. Ternyata enggak.
"Iya Ra. Lihat wajahnya kayak aktor korea."
Aku sempat mual. Tapi saat aku lihat di sebelah ku. Kalvin makin mempergagah duduknya.
"Biasa aja kali vin."
"Hmmmmm baik putri."
20 menit aku menceritakan semua yang terjadi pada ku. Tapi tak semuanya aku ceritakan.
"Baik. Kenalkan nama saya Dams."
Kakek tua itu akhirnya berbicara.
Suaranya begitu berwibawa. Membuat orang yang mendengarnya terkesan.
"Oh. Tuan Dams. Kamu di sini hendak...."
Belum sempat perkataan Ali selesai Tuan Fans langsung menyelanya.
"Aku tahu anak muda apa yang kalian cari. Aku telah di beritahu oleh Kalvin. Melewati jalur persimpangan bukanlah hal yang mudah. Terutama bagi Putri." Jelas tuan Dams.
"Lalu bagaimana kita melewati nya." Kak Jhon mulai berbicara.
"Bila kalian ingin melewati jalur persimpangan. Kalian harus mencari istri ku. Di daerah utara pegunungan jalur kehidupan berawal." Tuan Dams memberitahu kami dengan raut wajah haru.
"Jalur kehidupan berawal?" Tanya Kak Jhon.
"Jalur dimana kita pertama kali di hidupkan." Jawab Kalvin.
"Baiklah nak. Ambil biji ini. Kalvin mungkin tahu apa kegunaannya. Gunakan secara baik. Jangan kembali kesini bila hari mulai larut. Pergilah nak. Temukan istri ku. Dia berwajah sedikit ganjil. Tapi jangan takut. Raib pernah bertemunya, semasa kecil?"
"Hah aku?" Aku bertanya pada diriku sendiri sambil berjalan keluar, dari gubuk Tuan Dams.
Setelah ku pikir pikir. Aku sepertinya tidak layak berada di dunia ini. Terlalu banyak masalah yang telah aku hadapi.
Masalah tersebut membuat mereka ikut dalam kehidupan ku.
"Jangan dipikirkan putri. Tuan Dams memang sedikit tidak waras. Karena ada trauma di dalam keluarganya." Kalvin berusaha menenangkan ku.
Wajah ku semakin sedih. Tapi berbanding terbalik dengan wajah Ali yang sangat sumringah.
Tidak ada hujan. Tak ada angin. Ali di samping ku tengah tersenyum senyum.
Seli di sebelah ku juga nampak bingung dengan apa yang di alami oleh Ali.
"Eh biang kerok. Ngapain senyum senyum." Tanya Seli penasaran.
"Enggak aku cuma senang karena selangkah lagi kita bisa ketemu sama pangeran sialan itu." Kata Ali keji.
"Hust!!!! Kamu gak boleh gitu Ali. Rumor yang aku dengar yah kalau ada seseorang yang telah mengolok olok pangeran akan di hukum gantung!" Goda kak Jhon.
"Bener kak?" Tanya Ali yang aneh nya dia percaya.
Kami pun tertawa sambil menuju kapsul Ali.