Tujuan ku sekarang adalah ke studio musik. Mau ambil honor dari lagu kemarin sama pinjam uang.
Ali dan Kak Jhon sudah aku hubungi, tapi jaringan di sana mungkin lagi terputus.
Petualangan dan lomba Seli pun terpaksa di tunda. Mendengar kabar tersebut sebenarnya aku kurang setuju.
Tapi pasukan Klan Matahari telah berhasil mengurung Bryan dan James. Jadi untuk kali ini kami masih dalam kondisi aman.
Studio....
"Ra, teman mu gimana?" Tanya Kak Novi.
"Harus operasi Kak, dia alami pendarahan otak." Jawab ku dengan nada sedih.
Kak Novi juga turut sedih dan prihatin mendengar kabar itu, dia juga gak bisa bantu, karena dia mau lanjutan sekolahnya di luar negeri.
Setelah percakapan singkat ku dengan Kak Novi, aku langsung pergi ke kantor Bos.
Bos ku bernama Pak Hyasa, lumayan mudah. Tapi dia sangat disiplin, jadi untung meluluhkan hatinya lumayan susah.
"Raib! Kamu mau ambil honor kamu sekarang?" Tanya Bos ku.
"Iya Bos. Kira kira saya dapat upah berapa yah?" Tanya ku padanya.
Memang sedikit aneh sih kalau anak SMA kerja di studio besar ini. Tapi Bos mempercayakan semua itu pada ku.
"Honornya yang kali ini sangat sangat fantastis. 10 juta. Itu berkat lagu mu yang bisa sampai ke korea."
Astaga Raib, lo mimpi apa semalaman sampai bisa dapat honor segede ini??? Nggak sia sia ternyata kerja di sini.
"Tapi itu bisa nambah." Lanjutnya sambil meminum kopinya.
"Maksudnya?" Tanyaku bingung.
Jelas aja siapa coba yang gak bingung sama gaji kali ini. Udah gede, masih mau di tambah lagi.
Kalau di tambah sih gak apa apa, tapi tantangan nya jangan yang ekstrem. Buat lagi juga susah kali!
"Asal kamu mau buatin lagi yang lebih bagus, dalam waktu 2 hari. Kalau dalam 2 hari kamu bisa buat lagi bagus, kamu akan dapat upah 2
15 juta plus kontrak dengan agensi YG ent. Gimana? Bagus kan?" Tawarnya pada ku.
Tawarannya memang menarik, tapi kalau aku jadi producer di sana. Itu tandanya aku harus meninggalkan Seli, Ali, dan Kak Jhon.
Aku harus gimana?
"Huh.... ya sudah Bos, saya terima Tawarnya. Berapa tahun?"
"Lima tahun lebih." Jawab nya bahagia.
"Oke." Jawab ku singkat.
Gak apa apa Ra. Ini semua demi Seli dan mamanya. Lo harus jadi producer di sana.
Lagi pula lo masih butuh uang untuk melunakkan hutang Papa dan Mama lo di rumah. Jadi positif thinking aja Ra.
****
Rencana ke dua adalah menuju ke Restoran, gaji untuk bulan ini masih belum ku terima.
Karena ini udah mau masuk awal bulan, biasanya hari gini udah pada gajian.
"Ra, lama gak ketemu. Mau ambil jatah?" Tanya Bastian.
"Ia Yan, lo udah dapat?"
"Udah, tapi gitu di potong." Katanya kesal.
Bastian atau yang biasa gue panggil Yayan itu temen kerja ku di Resto. Dia seumuran sama aku, cuma beda sekolah.
"Kok bisa di potong?"
"Iya, katanya akhir akhir ini Resto sepi. Karena si boss mau bangkrut." Jawab nya dengan wajah memelas.
Setelah kabar menyenangkan yang kudapatkan tadi siang, sekarang tergantikan dengan kabar buruk yang menimpa ku.
Lalu aku menuju tempat Boss berada, emang dia tampak stress. Mungkin karena dia mau bangkrut.
"Boss, saya mau ambil honor." Kata ku yang kurang PEDE.
"Oh iya, tapi gaji kamu jadi 600 ribu nggak apa apa?"
"Kan 1 juta bos." Kata ku membantah, karena aku lagi butuh banget duit itu.
"Ya udah deh boss saya terima aja. Makasih." Setelah mengambil uang aku langsung pergi ke rumah sakit.
****
Jam menunjukkan pukul 7 malam. Di rumah sakit masih lumayan rame.
Omong omong sekarang bulan Juli, habis ini bulan Agustus. Kalau gak salah ulang tahun Seli tanggal 29 Agustus.
Sebenarnya kalau Seli nggak sakit, aku mau kasih dia kado. Tapi berhubung dia sakit aku nggak terlalu yakin bisa rayain ulangtahun nya.
Paling cuma makan biasa. Sama keluarga Seli doang. Maybe.
Sebelum menuju kamar Seli aku menuju tempat pembayaran untuk membayar DP operasi Seli.
Nah kalau DP udah di kasih ke Rumah Sakit baru bisa operasi tapi 4-5 harinya harus melunasi. Paling lambat 1 minggu.
Tapi itu masih perkiraan, tergantung kondisi Seli nya gimana.
"Mbak saya mau bayar DP operasi atas nama Seli Tsabina Putri Jackson. Kamar nomor 289." Ucap ku dengan lengkap.
"Kalau boleh tau mbak nya siapa nya Seli yah?" Tanya suster.
"Saya temannya." Jawabku singkat.
"Namanya?" Tanya nya lagi.
"Raib Sandra Moonleisyah."
Setelah itu aku menandatangani berkas dan dokumen yang diberikan Suster.
"Nama yang bagus. Omong omong mbak nya baik banget sampai mau biayain temannya."
Demi apa. Baru kali ini aku dibilang teman yang baik. Seumur hidup, aku baru mendapatkan pujian itu.
Aku kira selama ini Seli hanya bercanda.
Namun aku tak menghiraukan omongan suster dan langsung pergi ke kamar Seli.
"Te, Seli bakalan sembuh kok." Ucap ku menyakinkan nya.
"Malam, sekarang Seli bisa di bawa ke ruang operasi." Kata Dokter.
Aku mengangguk. Tapi mama Seli menoleh ke padaku tanda berterimakasih. Aku hanya tersenyum.
Apapun akan ku lakukan demi Seli. Sahabat ku.
Sel, cepat sembuh.
****
Sekarang pukul 9 malaman Seli menjalani operasi.
aku terpaksa tidak ikut, karena aku harus cari uang untuk bayar biaya operasi Seli. Walaupun sekarang jam 9 malam, di Malang masih ramai ramainya.
Untuk malam hari biasanya aku pergi ke tempat perusahan buku. Perusahan yang lumayan terkenal itu membiarkan aku bekerja di sana.
Sudah 2 bulan terakhir aku menulis Novel, dan untuk hari ini aku ingin mempublikasikan nya. Entahlah, apakah ada yang membacanya atau tidak.
Uang hasil penjualan buku itu bisa membantu meringankan keuangan operasi Seli.
"Mmm, Pak. Gimana soal Novel saya?" Tanya nya ku deg-deg an.
Namanya juga ketemu sama Boss, siapa coba yang nggak bakalan takut.
"Oh, nak Raib. Iya, buku mu akan di publish hari ini. Hasilnya setengah untuk perusahan, setengahnya untuk kamu."
Setelah itu buku yang telah ku tulis di kirim ke toko toko buku, disebar luaskan.
Sambil menunggu orderan buku, aku pergi ke taman, biasanya di sana banyak banget anak muda kumpul. Jadi aku pergi ke sana untuk yah seperti mengamen. Untuk kali ini aku bersama Kak Novi dan Bastian.
Aku ke sana dengan membawa gitar ku. Baru baru ini juga aku dan lainnya sering nyanyi di taman taman. Dan uangnya juga lumayan banyak.
Jadi untuk kali ini aku akan manggung di sana.