"Ra, kamu punya lagu lagi ngga?" Tanya Kak Novi.
Memang akhir akhir ini banyak orang yang sering merequest lagu lagu gitu.
"Ada, lagu ku sama Seli."
Itu sengaja aku pilih. Supaya semua orang tau betapa sedihnya Seli.
"Baik, mohon perhatiannya sebentar! Kami akan menyanyikan satu lagu berjudul 'Jadilah Ayah dan Ibuku' sekaligus membantu menyalurkan donasi untuk teman kami yang sedang menjalani operasi." Kata Bastian di depan semua orang.
Awalnya orang orang nggak terlalu memperhatikan kami, karena mereka lebih senang lagu ceria daripada sedih.
Tapi aku dan Kak Novi mulai menyanyikan lagu itu.
Bastian yang memainkan piano dan aku yang memainkan gitar, dipadukan oleh suara ku dan Kak Novi.
Aku hanyalah manusia
Yang tak pandai merangkai kata
Satu pesan ku padamu.....
Jadilah Ayah Dan Ibuku...
Kaulah ayah ku....
Kaulah ibuku....
Yang selalu ada di sampingku!!!
Cobaan ini adalah rintangan
Woah.....
Jadilah Ayah.....
Jadilah ibuku.....
Woah!!!
You are my father....
You are my mother....
Even though I only
Have you
Mother....
Saat lagu berakhir puluhan orang yang menyaksikan kamu menangis sedih, mereka seakan telah hanyut bersama lirik dan lagu tersebut.
Begitupun dengan aku, aku tau bagaimana proses lagu ini di buat. Seli yang menulisnya di kertas, hingga hampir robek terkena air matanya.
Seli yang berusaha menyanyikannya saat baru saja ku mulai memainkan piano.
Dan sekarang orang orang di depan ku juga ikut merasakannya.
"Terimakasih atas perhatiannya. Lagu ini di buat oleh sahabatku yang sekarang tengah menjalani operasi. Satu pesan ku untuk kalian, jadilah diri kalian sendiri. Tumbuhkan rasa cinta kalian pada orangtua mu. Karena orangtua adalah tiara berharga kita. We love you guys, doakan orang yang membuat lagu ini sembuh."
Aku mengucapkan kata demi kata dengan menahan air mata.
Aku tak tau bagaimana rasa sakit Seli yang sekarang sedang menjalankan operasi.
Semua perasaan ini membuatku bingung akan satu hal, sejak kapan aku peduli dengan orang lain?
Entah kenapa kali ini tuhan memberiku hati yang mudah rapuh. Mana Raib yang dulu? Raib yang egois! Raib yang mudah bergaul! Raib yang humble?!
Kenapa hah? Kenapa tuhan menjadikan seperti aku sedang di ambang pintu?
Kenapa aku seperti ini. Saat bertemu dengan kalian?
****
Paginya setelah ngamen di taman, aku sempat hubungi Ali, dan dia katanya bersedia membantu.
Sekarang Ali udah di Klan Bumi, tapi enggak dengan Kak Jhon. Kata Jhon masih mendapatkan tugas berat di Klan Matahari.
Rencananya pagi ini Ali mau datang ke rumah sakit, tapi sampai jam 10.00 dia belum juga datang datang. Iya sih Ali selalu telat, tapi di kondisi kayak gini masa dia telat?
Aku udah nunggu di koridor utama sekitar 20 menit yang lalu. Awas aja kalau Ali kesini, habis dia!!
Setelah menunggu 10 menit lagi, akhirnya Ali datang juga. Dia datang dengan kemejanya, kemudian ransel di punggungnya. Dan jam tangan yang selalu melekat di tangannya.
Sekarang Ali tengah berpakaian yang lumayan rapi, tapi aku nggak bakalan tertipu sama penampilannya. Paling dia sengaja, biar nggak aku marahin.
"Jam berapa sekarang? Udah punya jam masih aja telat. Capek tau nunggunya!!" Bentak ku saat ali hendak berbicara.
"Eh Ra, slow, gue baru aja datang lho Ra! Perjalanan dari sana ke sini itu bikin gue capek. Eh malah ketiduran di rumah." Jawab Ali santai.
"Terus? Lo telat?" Tanya ku padanya.
"Ya...Iya....." Jawab Ali apa adanya.
Setelah itu aku langsung pergi meninggalkannya. Terlalu pagi untuk berantem sama Ali.
"Eh Ra!!!! Tungguin gue dong!!!" Teriak Ali yang mulai mengejarku.
Awalnya tadi aku mau bicara soal keuangan biaya rumah sakit, tapi entah kenapa aku jadi sangat sangat darah tinggi.
Bukan karena Ali yang telat, tapi karena penampilannya yang bikin aku muak.
Sesampainya dia depan kamar aku sempat membisikan sesuatu pada Ali.
"Li kemarin Seli udah di operasi."
Itu yang aku bisikan padanya. Ali tau kalau mama Seli sedang dalam kondisi depresi, apalagi saat mengungkit ungkit soal operasi.
Karena biayanya yang nggak biasa.
"Eh Tante, udah lama nggak ketemu." Sapa Ali.
Astaga dikira sekarang lagi reunian apa yah? Pakai acara sapa sapa an segala?
"Eh nak Ali, kemana aja? Kok sibuk banget." Tanya mama Seli.
Untungnya tante bisa mengerti sifat humble Ali.
"Nggak kemana mana kok Tan. Eh Ra gue mau ngomong sama lo."
Tiba tiba aja Ali ingin mengajakku ngobrol. Padahal niatnya mau tiduran di sofa. Maklum kemarin jarang tidur.
"Apaan? Gak tau orang capek aja!"
"Astaga Ra, lo masih marah? Ini kak Jhon ngasih bantuan, 5 juta dari kak Jhon, 5 juta lagi dari gue." Kata Ali sambil memberikan amplop ke padaku.
"Gue tau kok Ra, lo udah kerja mati matian buat operasi Seli, tapi kan gue sama kak Jhon bisa bantu kalian." Lanjut Ali.
Kenapa nih anak menjadi lebih peka dan perhatian.
"Makasih yah Li, lo bisa bantuin gue lagi nggak?" Tanya ku padanya.
"Yah bisa lah Ra, kita kan teman." Kata Ali.
Temen? Oh cuma temen yah?
Eh, apaan sih lo Ra! Gak jelas banget, nanti ada yang kepedean tau gak sih!
"Lo mau kerja jadi cleaning service gak?"
"What??!! Bersih bersih gitu? Lo kan tau Ra, gue emang suka kerapihan tapi jangan cleaning service juga kali Ra!"
"Kita kan teman."
"Iya, iya." Kata Ali pasrah.
Biasanya sambil kerja di Resto aku buat buat lirik lagu, karena nanti bakalan disetorkan ke boss.
Dan untuk aku yang bakalan pergi ke korea, Ali dan Tante belum aku kasih tau, bahkan sama papa mama di rumah juga belum.
Alasanya karena aku sering di Rumah Sakit nemenin mama Seli, karena kadang kadang dia nangis, kalau nggak ngamuk ngamuk sendiri.
Dia selalu nyalahin dirinya sendiri, soal kondisi Seli sekarang.
****
Sekarang aku dan Ali sudah ada di Resto, lihat lah ali yang sekarang sudah memakai baju kerja cleaning service.
Dia pakai topi hitam dan celemek coklat, sekilas dia mirip wajah wajah idol, tampan.
Ngomong apaan sih lu!!!!
"Ra dia siapa?" Tanya Bastian.
"Dia, temen sekolah gue. Mau bantu Seli operasi." Jawab ku sambil senyum senyum ke arah Ali yang sekarang sedang mengambil piring kotor.
"Teman doang kan Ra? Gak lebih." Kata Bastian. Serius.
"Ya iyalah emang mau apa?"
"Yes!!" Girang Bastian.
Gak tau kenapa sih Bastian selalu aja godain gue, kata Seli sih dia suka sama aku. Tapi Bastian lebih nyaman sebagai temen gue doang.
"Ra, baru kali ini gue kerja. Capek juga yah." Keluh Ali.
"Makanya jangan keasikan eksperimen. Dan jadi tuan muda mulu." Ejek ku padanya.
Ali hanya mengabaikan ku dan beranjak meminum habis ice kopi. Bastian di sebelah ku cuma memasang wajah masam.
"Ra, pulang yuk, udah malam." Kata Ali.
"Iya Ra, resto juga mau tutup." Tambah Bastian.
"Gue gonceng yuk Ra!" Ajak Ali.
Emang tadi aku bareng sama Ali, dengan motor ninja nya itu.
"Apaan sih Lu! Ayo Ra sama gue aja!" Kata Bastian.
Mereka berdua pun bertengkar. Kenapa pula mereka jadi bertengkar kayak gini?
Kayak anak kecil aja!
"Ya udah kalian suit yang menang boncengin gue." Suruh ku mereka.
Ali sih dengannya jijik, tapi dia nggak mungkin menyerahkan kekalahannya.
Mereka pun suit, Ali mengeluarkan gunting, sedangkan Bastian batu. Jadi gue di bonceng sama Bastian.
Motor mereka sama sama ninja, bedanya motor Ali warna biru tua, sedangkan Bastian hitam.
"Gue yang menang! Wuek!" Ledek Bastian sambil menjulurkan lidahnya.
Ali memasang wajah masam, mungkin kalau aku nggak ada di sana dia udah baku hantam tuh Bastian.
Tujuan kita seperti biasa, ngamen di jalanan. Ali bisa bisa main piano, jadi dia yang ambil alih posisi Bastian.
Namun Bastian pasrah, dia pun beranjak mengambil gitar.
Seperti biasa pula banyak orang yang nyumbangin kita, walaupun kita pindah lokasi.
Setelah selesai ngamen, tiba tiba banyak banget pedagang kaki lima yang lari dengan dorong gerobak mereka.
"Ada apaan?" Bingung Ali sambil meringkas Alat musik.
"Neng! Pergi ada satpol PP!!" Teriak salah satu pedagang yang lari.
"Li! Yan! Cepet beresin semua, kita kabur." Teriakku kepada mereka.
"Terus motor kita gimana?" Tanya Ali.
"Tinggallin dulu! Dari pada kita ketangkep!" Jawab ku cepat cepat.
Kami pun lari ke tempat yang lumayan sepi.
Satpol PP hampir aja nangkep aku, tapi Ali langsung baku hantam aja.
"Kayanya udah aman deh. Balik yuk ambil motor." Kata Bastian ngos ngosan.
"Ya udah ayo." Kata Ali.
Aku langsung berpikir.
Kenapa mereka jadi akur? Pake pegangan tangan lagi.
****
Setelah dari taman kami langsung ke rumah sakit. Bastian juga ikut.
"Eh Bas, berapa yang yang kita dapat sama kemarin kemarin?"
"Dua juta lima ratus Ra." Kata Bastian.
"Mendingan jangan dulu dikasih nunggu yang nya terkumpul. Terus Bokap gue nambahin uang 8 juta Ra."
"Bagus deh Li. Sekali lagi makasih yah!" Kata ku pada Ali.
"Ke gue enggak Ra?" Jealous Bastian.
"Iya, makasih Bastian." Kata ku lembut padanya.
Sekarang udah malam banget, aku pamitan ke Tante, terus minta tolong ke Ali buat antrian pulang.
Karena Ali minta gantian ke Bastian. Lagi pula rumah ku dan Ali searah.