Chereads / What Do You Know? / Chapter 17 - BAB 14| MATAHARI

Chapter 17 - BAB 14| MATAHARI

Petualangan ku dan lainnya aku pikir telah berakhir dengan damai. Namun Bryan dan Kak James kembali berulah.

Dia mulai menyerang klan ku. Klan matahari. Dia menyerang ayahku yang sebagai sekertaris kota Ilios.

Aku pun baru tahu kalau papaku jarang pulang karena ia kerja di sana.

Kabar tersebut menyebutkan bahwa akan terjadi perang yang amat besar, antara pasukan Bryan dan pasukan matahari.

Rumor terbesar pula menjelaskan bahwa papa ku juga ikut campur tangan.

Yang menyebabkan dia tewas.

Lapangan di depan kantor dewan kota telah berserakan dengan banyaknya korban jiwa yang tewas.

Aku mencari keberadaan papa ku. Aku melihatnya telah terbaring di tanah dengan berlumuran darah.

Memang aku benci dia!!! Tapi jangan bawa pergi dia!!!

Kak Jhon mengangkat papa ku dan membawanya pergi ke ruang perawatan.

"Papa!!!! Ku Mohon bangun! Jangan lagi tinggalkan kami!!!" Teriak tersengal sengal karena tangisan.

Aku Seli, anak kelas 1 SMA. Umurku baru memasuki 15 tahun.

Kini cuaca di Malang benar benar panas, sepanas kehidupan ku sekarang.

Apalagi akhir akhir ini aku sibuk dengan urusan lomba lomba di sekolah. Tak lain adalah Karate.

Kehidupan ku mulai kacau saat orangtua ku sering bertengkar dan menyebabkan mereka berpisah.

Sedih yang kurasakan selama 1 tahun terakhir tak ada hentinya. Padahal awalnya kami ingin merencanakan liburan bersama di Bali.

Tapi itu semua gagal karena Papa ku yang gila akan hartanya dan gila akan kerjanya, beliau pun memutuskan untuk pergi ke Klan matahari, bekerja sebagai sekertaris dewan kota. 5 bulan terakhir.

Tapi kesedihan itu berlangsung surut karena aku ternyata tidak sendirian. Ada mama yang selalu perhatian denganku.

Kemudian Raib dan Ali.

Raib si anak paling misterius di dunia ini. Aku tak tahu apa penjelasan yang di tafsirnya selama ini.

Kadang kadang dia bisa baik namun kadang kadang pula bisa jahat bak iblis. Walaupun aku tahu dia berpura pura bisa tertawa dan bisa bergaul.

Namun Raib sangat perhatian ketika aku mengalami masalah. Dia berpura pura bertanya tanya padaku untuk mengorek kepribadianku tanpa aku sadari.

Sedangkan Ali?

Dia mudah banget bergaul, sekarang dia udah adain kegiatan lomba lomba. Bukan basket melainkan rubrik.

Akhir akhir ini dia membuka klub rubik di sekolah, lantas dia menyandang gelar "genius cube."

Yah itu memang ali, si pemegang rahasia, dan si sahabat terbaik seluruh galaksi bima sakti.

Lambat laun kalian akan tahu.

Ini Kisah Ku.....

****

Malang 2015....

Malang yang sedang mengalami musim panas membuatku tak betah di dalam kamar.

Sesekali kau jalan jalan bersama Kak Jhon. Memang sekarang lagi ujian semester.

Lumayan bisa nambah nambah waktu santai di rumah. Namun sialnya waktu santai ku ada saat orangtuaku berpisah.

Setiap hari aku mendengarkan mama ku menangis setiap malam. Memang kaki kaki macam Papa sangat sangat tak berperasaan.

Bahkan saat ada pertemuan keluarga dia selalu bilang. "Maaf saya tidak bisa datang karena perkerjaan yang mendesak"

Aku tak bisa membayangkan menjadi seperti mama. Raib dan Ali tidak tahu kabar tentang orangtua ku berpisah. Memang sengaja aku tutupi, karena aku malu.

Walaupun aku tau kalau Raib dan Ali pasti merasa aneh dengan gerak gerik ku yang sekarang.

Kak Jhon?

Dia juga nggak ku beri tau, tapi belakangan ini rumor tentang hubungan orangtua ku telah menyebar.

Jadinya aku sedikit malu untuk berpergian ke luar rumah.

Memang bisik bisik tentang lebih kejam.

Kakaotalk

Sel. Kamu besok ada rencana pergi

kemana gitu?

Gak ada Ra. Emang nya ada apa?|

Ayo jalan. Tapi kamu aja yang pilihin

tempatnya. Karena Aku gak tau

tempat tempat yang bagus.

Ra gimana kalau kita pergi ke mall|

terbaru itu. Katanya orang orang sih|

seru abis|

Oke besok pagi jam 9 gue jemput.

Yah. Raib dia pasti berusaha untuk tidak ketinggalan zaman, yah hitung hitung berusaha gaul dan adaptasi dikit lah.

Setiap kali Raib mengajakku untuk ketemuan. Dan entah kenapa kali ini aku penasaran dengan acara pertemuan kami.

"Sel!!! Cepet makan!" Teriak mama dari lantai satu.

Yah tak biasanya mama teriak teriak kali ini. Memang akhir akhir ini mama sering marah marah sendiri, dan bersikap kasar padaku.

Di Ruang Makan.....

Hening yang melingkupi ruangan itu. Mama yang biasanya selalu ceria kini lebih sering berdiam.

Mama yang selalu bercerita tentang sosialita nya kini seperti patung yang diam mematung.

"Ma. Mama gak makan?" Tanya ku canggung.

Benar dari kemarin mama selalu bilang kalau dia gak mood makan.

"Gak Sel. Nanti aja." Jawab mama malas.

Kemudian aku beranjak dari tempat duduk ku untuk mengambil gelas di dapur.

Tarrrrr!!!!!

Gelas yang tak sengaja ku senggol pun pecah.

Mama langsung beranjak ke dapur.

Plak!!!

"Kamu ini gimana sih sel! Kamu kenapa Hah? Kok bisa gelas kamu pecahin! Tau nggak kalau itu gelas dari suvenir pernikahan mama sama papa!!!" Bentak mama.

Aku hanya bisa berdiri mematung di sebelah mama yang memunguti gelas itu satu persatu.

Baru kali ini aku mendapatkan pukulan yang benar benar keras di pipi ku, dan oleh mama ku sendiri.

Tanpa aku sadari pula air mata mulai jatuh di pipi ku. Sakit yang ku alami tidak separah dengan sakit di dalam hati ku.

Kemudian aku beranjak pergi ke kamar, aku berlari dari tangga satu ke tangga yang satu lantas membanting pintu kuat kuat.

Brak!!!!

Aku hanya dapat menangis dari balik selimut ku.

Apakah ini yang namanya kejamnya kehidupan???

****

Esok paginya.....

Alarm ku telah berbunyi sejak satu jam yang lalu. Aku langsung mematikannya dan beranjak ke kamar mandi.

Aku takut untuk menuju ke lantai satu. Aku tak ingin bertemu dengan mama dulu.

Tring!

Suara chatting handphone ku berbunyi....

"Siapa nih?"

Kakaotalk:

Sel Aku udah ada di depan rumah mu.

"Mampus. Raib pake datang lagi. Aku harus gimana? Gak mungkin kan harus ke lantai satu?"

Aku bingung dalam hati sendiri. Aku takut untuk ke lantai satu, tapi aku dan Raib telah membuat janji.

Aku harus gimana???

"Mampus. Raib pake datang lagi. Aku harus gimana? Gak mungkin kan harus ke lantai satu?"

Aku bingung dalam hati sendiri. Aku takut untuk ke lantai satu, tapi aku dan Raib telah membuat janji.

Aku harus gimana???

"Apa aku harus lewat jendela? Tapi ini kan lantai 2 Seli! Dasar bego!"

Author Pov

Saat Seli sibuk memikirkan bagaimana dia bisa menemui Raib tanpa bertemu dengan mamanya, hal tersebut juga di alami Raib.

Raib yang sejak 5 menit terakhir menunggu di depan gerbang rumah Seli mulai gelisah.

Yah Raib yang berkepribadian introvet itu tak mudah melakukan komunikasi dengan orang tua Seli.

Bahkan ini kali pertamanya Raib menemui teman sendirian.

"Aduh! Masuk nggak yah? Tapi nanti kalau di tanya jawab apa dong?"

Itulah pertanyaan yang ada dalam pikiran Raib.

Sedang kan Seli? Dia pun membuat cara yang lumayan ekstrem.

Dia mengambil selimut yang tidak terlalu tebal yang kemudian ia ikat di pagar balkon kamarnya.

Kemudian ia menyambungkan selimut demi selimut sehingga menyentuh permukaan tanah.

Lalu ia turun menggunakan tali tersebut dengan membawa tas yang lumayan berat.

Menurut kalian apa yang di rencanakan Seli sekarang???