Chereads / What Do You Know? / Chapter 18 - BAB 15| MATAHARI

Chapter 18 - BAB 15| MATAHARI

"Huh! Akhirnya selesai juga."

Setelah selesai turun dari kamar aku langsung berlari menuju Raib.

Astaga anak ini masih di depan gerbang??!! Tapi untunglah dia gak masuk.

"Eh Ra." Sapa ku pada Raib dengan nafas tersengal.

"Kamu kenapa sel? Habis jogging? Eh omong omong.kan kita mau jalan jalan. Ngapain bawa tas besar segala?" Tanya Raib yang bingung menatapku.

Memang aku sengaja membawa tas ini supaya aku bisa menginap di rumah Raib. Mungkin sekitar seminggu.

"Udah nanti aja. Eh tumben bawa sepeda motor."

Yah Raib sekarang sudah

diperbolehkan membawanya.

"Iya." Jawab Raib malu malu.

Lantas aku dan Raib pergi ke Mall baru di Malang. Walaupun aku tahu Raib bukan tipe anak yang suka main di Mall.

Tapi ini juga sebagai latihan kecil untuk Raib supaya dia bisa bergaul.

"Sel. Tadi kenapa kamu bawa tas?" Tanya Raib sambil mengendarai sepeda.

"Aku mau ngobrol di rumah mu Ra."

Cittttt...

"What?!!!"

Jelas Raib kaget. Mungkin baru pertama kali ada teman yang nginep di rumahnya.

"Gak apa apa kan Ra?...

"Woi mbak kalau parkir jangan di pinggir jalan!!!!" Teriak pengendara mobil.

Aku dan Raib hanya bisa mengangguk anggun dan tersenyum tanda berbuat salah.

"Gimana Ra?" Tanya ku sekali lagi.

"Hmmmmm iya deh." Jawab Raib sambil mengangguk.

****

Di mall....

Setelah perjalanan kurang lebih 15 menit. Kami sampai di Mall tersebut. Yah kuakui mall tersebut sangat luas dan bagus.

"Sel. Jangan di sini yah. Rame." Kata Raib.

Yah sayangnya kepribadian introvet Raib muncul lagi.

"Eh Ra gimana kalau kita ke cafe nya. Kamu yang traktir yah!!" Kata ku pada Raib sambil kabur lari di Mall yang luas itu.

Raib sepertinya mengerti apa yang ku maksud, jadi dia ikut lari mengejar ku.

Memiliki teman sebaik dan semisterius Raib adalah hal yang paling menyenangkan di dunia ini.

Terlebih lagi saat Raib berpura pura bego terhadap semua hal yang di dunia ini.

Sesaat aku beban tentang kedua orang tua ku mulai menghilang dari pikiran ku.

Seandainya aku bisa jalan jalan bersama orangtua yang lengkap mungkin hal tersebut lebih menyenangkan.

"Kenapa aku ditakdirkan seperti ini?"

Tuhan berikan aku hati yang sangat keras dan kokoh supaya aku bisa menahan tangisan ini.

Ku mohon!!!

Aku dan Raib mengunjungi cafe, kemudian tempat buku, dan terakhir tempat bermain.

Itu adalah hal yang paling wajib saat kalian datang di Mall. Aku tak tahu apakah Raib tau cara memainkan nya atau tidak.

Tapi semoga saja.

"Ra. Kamu tau gak cara main ini?" Tanya ku pada Raib sambil menunjuk permainan virtual mobil.

"Ini? Kayanya waktu kecil aku pernah main ini deh."

Yah Raib katanya udah mulai lupa sama permainan kayak gini, ya iya lah masa kutu buku main kayak beginian?

"Oke kita coba yah. Yang kalah harus traktir apa pun yang pemenang mau." Aku membuat pertaruhan.

"Alright." Kata Raib dengan berbisik.

Pertaruhan ini segera kami mulai, di babak pertama jelas aku yang menang. Namun entah kenapa setelah itu Raib malah tertawa.

Melihat Raib tertawa sendiri membuat ku bergidik ngeri.

"Ra kenapa?" Tanya ku sambil fokus bermain.

"Sel. Kayaknya dulu aku pernah main ini deh. Kayaknya juga aku yang bakalan menang, siap siap terakhir yah Sel." Kata Raib sambil tertawa.

Dan bener aja yang di katakan Raib itu benar benar terwujud. Pake ilmu apa dia bisa menang beruntut.

Karena Raib menang yah mau gak mau aku harus traktir.

Untungnya Raib bukan anak yang suka shopping, paling paling dia minta dibeliin buku.

"Sel gue mau lo beliin ini." Tunjuk Raib di toko album.

"What!!! Yang bener aja Ra! Itu album blackpink. Mahal Ra." Aku terkejut saat Raib menunjuk benda pink itu.

"Kan kamu sendiri yang bilang mau traktir apapun." Jawab Raib.

"Ya udah. Ambil gih." Kata ku pasrah.

Untung aja aku sempet bawa kartu kredit, kalau enggak bangkrut aku. Ini semua gara gara Raib.

"Makasih sel. Untung punya temen kayak lo." Kata Raib sambil cengar cengir.

Setelah dari Mall aku dan Raib nggak langsung pulang, kami menuju rumah Ali terlebih dahulu.

Karena akhir akhir ini Ali sering ketemuan sama mis Zuliz, saat di tanya untuk apa dia malah diam  aja.

Dan dari situ pula rasa kepo ku dan Raib mulai melonjak.

"Eh Sel lo inget rumah Ali gak? Gue lupa."

Jelas Raib. Mahkluk paling lupa sedunia.

"Inget Ra. Nanti gue tunjukin deh."

Kami telah sampai di rumah Ali yang sangat megah itu. Pagar berwarna hitam ada di sana.

Kemudian terdapat taman seluas lapangan bola, di samping nya terdapat ayunan.

Rumah bercat putih dan emas itu terlihat anggun dan menawan.

"Eh neng Raib sama neng Seli mau ketemu tuan Ali yah?" Tanya mang satpam.

"Iya mang. Alinya ada?" Tanya ku pada mang Satpam.

"Ada neng. Ke basement aja. Paling tuan Ali sedang bermain dengan alat alatnya."

Setelah memarkir sepeda motor aku dan Raib segera menuju ke Basement kamar Ali.

Saat kalian masuk. Basement itu udah bersih dan rapi banget.

Sejak kapan dia begini?

"Eh Ra, Sel. Ada apa? Tumben." Tanya Ali yang sedang menyetel laptop nya.

"Iya cuma mau mampir aja." Jawab Raib yang sudah duduk tanpa di perintah.

"Li kamu ngapain?" Tanya ku penasaran.

"Gak ngapa ngapain." Jawab Ali sambil menutup laptop nya.

Tuh kan gerak gerik Ali setelah pulang dari klan Bulan makin aneh.

Apalagi saat dia sama Raib bicara. Mereka seperti tampak tidak akur.

"Kalian kenapa sih?" Tanya ku pada Raib dan Ali yang hanya diam.

"Eh Sel. Ayo ke dapur Ali." Kata Raib.

Jelas Raib pasti mengubah topik pembicaraan. Tapi aku menurut saja setelah Ali menatap ku tajam.

Mereka berdua seperti baru saja bertengkar.

Mungkin aku harus ajak obrol Ali, kalau sama Raib? Pasti ujung ujungnya Raib bohong.

Setelah kunjungan singkat kami di rumah Ali, rencananya sih aku sama Raib langsung pulang. Namun lagi lagi klub karate ku mengadakan pertemuan.

Memang sekarang kami sedang berlibur namun kami terpaksa berlatih untuk perlombaan minggu depan.

"Ra. Anterin aku ke sekolah dong." Pinta ku pada Raib.

"Oh, ada klub?" Tanya nya sambil memberiku helm.

Aku hanya mengangguk.

Kembali ke sekolah lebih baik daripada di rumah.

Sekolah ku lumayan rame karena yah itu yang ikut lomba juga banyak. Di klub ini aku lumayan terkenal.

Banyak kakak kelas yang tiba tiba minta nomor handphone ku.

"Ra. Kamu udah bisa pulang kok. Nanti aku naik angkot aja." Suruh ku pada Raib.

Raib hanya mengangguk sambil berkata. "Hati hati." Aku tau maksud Raib.

Dia sebenernya gak ngijinin aku untuk ikut klub ini, katanya sih kalau lo kenapa napa gimana? Orang tua lo bisa nangis darah tau gak sih!

Namanya juga Raib. Yah gitu.

Setelah Raib pergi dari sekolah aku langsung ke kamar mandi sekolah untuk ganti baju Karate.

Baru, aku pergi ke tempat klub karate, yang ternyata udah rame anak banget.

"Sel, kamu nyampe juga akhirnya." Kata Kak William.

Akhir akhir ini pula Kak William sering banget deket deket aku. Sampe sampe ngajakin ketemuan.

Tapi selalu ku tolak karena aku yah, masih setia sama Kak Jhon.

"Seli! Sini!" Suruh Pak Fu' yang sudah ada di tengah tengah ruangan.

"Ada apa ya pak?" Tanya ku pada pak Fu'

"Kamu, jadi ikut lomba kan? Ayolah Sel, kalau ada kamu udah di pastikan kami bakalan menang."

Aku berpikir sejenak.....

"Baik pak, saya akan berusaha lebih keras lagi." Jawab ku dengan santai.

"Hei!!!! Nanti malam kita makan malam di cafe! Bapak traktir karena Seli mau ikut!" Teriak Pak Fu' pada murid lainnya.

Waduh, pake acara makan malam lagi, bisa bisa gue di marahin Kak Jhon nih. Karena ada si William.