Chereads / love is beautifull / Chapter 15 - chapter 14

Chapter 15 - chapter 14

6 bulan kemudian

Tak terasa, aku sudah mulai memasuki ujian nasional artinya tinggal menghitung hari aku akan lulus SMA. Aku merasa ujian kali ini beda dengan ujian tahun lalu, aku merasa bersemangat untuk belajar karena memang ini adalah ujian akhir yang akan menentukan masa depan ku dan aku akan kuliah dimana. Sebenarnya aku dari dulu ingin kuliah ke Amsterdam dan ambil jurusan fakultas kedokteran.

Malam itu aku duduk dimeja belajar sambil mempersiapkan untuk ujian besok, tiba-tiba handphone ku berdering, aku segera ambil handphone ku yang terletak dikasur. Dan ternyata Reno yang menelpon ku.

"Hallo Ren ada apa?" Tanyaku pada Reno sambil duduk dikasur

" Kamu lagi apa?" Tanya Reno dalam telpon

" Ini lagi nyiapin buat ujian besok" jawab ku

"Udah belajar?" Tanya Reno lagi

" Udah tadi, Kamu?" Tanyaku balik pada Reno

" Udah juga tadi" jawab Reno

" Oh ya semangat ya besok ujiannya" kata Reno padaku

" Iya, kamu semangat juga ya" kataku pada Reno sambil tersenyum.

" Tidurnya jangan malam-malam biar besok bangunnya nggak kesiangan" kata Reno.

" Iyaa abis ini aku tidur kok" jawabku

" Ya udah tidur sana gih"kata Reno.

" Iya nanti ini kan masih telponan sama kamu" jawabku

" Ya udah aku matiin aja, biar kamu tidur" ucap Reno.

" Tapi kamu juga tidur ya" kataku pada Reno

" Iya nanti aku tidur" jawab Reno.

" Kok nanti? Sekarang dong biar barengan" kataku

" Iya udah iya, matiin dulu dong telponnya" jawab Reno

" Ya udah aku matiin ya, jangan bohong habis ini langsung tidur ya" kataku memastikan kalau Reno benar-benar akan tidur.

" Siapa yang bohong?" Tanya Reno pura-pura tidak tahu.

" Kamu" jawabku

" Aku nggak bakal bohong, kalau kamu yang nyuruh aku tidur aku pasti nurut" kata Reno

" Masa" jawabku tersenyum

" Iya, ya udah selamat malam mimpi indah ya" kata Reno

" Selamat malam juga" jawabku.

Setelah itu aku langsung tidur.

Suara adzan subuh membangunkan ku dari tidurku. Aku buka mataku dan memandang langit-langit kamar ku memastikan bahwa nyawaku sudah benar-benar terkumpul. Aku beranjak dari tempat tidurku dan menuju kamar mandi.

Aku siap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah itu aku menuju ke ruang makan untuk sarapan bareng ayah dan bunda.

" Sini sayang sarapan dulu" ucap bunda padaku

"Iya bun" kataku

" Ayah mana bun?" Tanyaku sambil menarik kursi makan dan segera duduk.

"Selamat pagi putriku yang cantik" ujar ayah yang tiba-tiba datang.

" Pagi ayah" jawabku.

" Kok tumben udah duluan ke ruang makan biasanya kan kalau nggak dipanggil bunda belum kesini" kata ayah

" Iya nih yah tumben" sahut bunda

" Hari ini kan kayla ujian jadi harus berangkat pagi supaya nggak telat" jawabku.

" Oh iya ayah lupa. Ayah doa in semoga ujian kamu lancar dan mendapat nilai bagus" kata ayah

" Dan juga semoga kayla diterima di universitas impian kayla" tambah bunda

" Amin. Makasih ayah bunda." Kataku

" sama-sama, yaudah lanjut makan" kata ayah

Setelah selesai sarapan aku duduk diruang tamu menunggu Reno jemput aku.

" Reno belum datang kay?" tanya bunda

" Belum bun, bentar lagi kali bun" jawabku

Assalamualaikum suara Reno dari depan rumah.

"Itu Reno bun" kataku

Aku dan bunda segera keluar rumah untuk menemui Reno

" Pagi tante" kata Reno pada bunda

" Pagi Ren" jawab bunda

"nunggu lama ya" tanya Reno padaku

" Enggak kok" jawabku.

" Bunda kayla berangkat dulu ya" kata ku pamitan pada bunda.

" Iya hati-hati ya" jawab bunda.

Aku dan Reno segera berangkat ke sekolah.

Sesampai disekolah ternyata Rania sudah datang duluan. Rania menunggu ku diparkiran.

" Tumben lo udah datang, biasanya telat mulu" tanya Reno pada Rania sambil memarkirkan sepeda nya didekat Rania.

" Ya kali kalo hari ini gue telat bisa nggak ikut ujian" jawab Rania.

Aku hanya tersenyum.

" Ya udah yuk kay kita ke kelas" ajak Rania

" Iya Ran" jawabku

" Ren aku masuk kelas dulu ya" kataku pada Reno.

" Iya, semangat ya ujiannya" kata Reno padaku.

" Iya, kamu semangat juga ya" kataku.

" Udah dong pacarannya, gue jadi obat nyamuk nih" kata Rania.

" Ya udah iya ayo ke kelas" kataku.

Beberapa hari itu aku sibuk dengan kegiatan sekolah. Setelah  ujian nasional aku melaksanakan ujian praktek dan beberapa ujian lainnya. Begitu juga Reno, dia juga sibuk dengan kegiatan sekolah.

Dan tanpa aku sadari hari itu adalah hari pengumuman kelulusan, semua siswa kelas 12 SMA Nusa Bangsa berkumpul di lapangan sekolah untuk mendengarkan pengumuman dari kepala sekolah. Aku baris berjajar dengan Rania.

" Kay gue kok deg degan ya" kata Rania disampingku.

" Sama Ran aku juga, semoga hasilnya bagus ya" kataku

Kepala sekolah menuju mimbar dan mulai memberikan pengumuman kelulusan. Jantungku semakin deg degan aku takut kalau hasil ujian ku jelek dan tidak masuk di universitas yang aku impikan dari dulu.

Akhirnya bapak kelapa sekolah memberitahukan bahwa semua siswa-siswi SMA Nusa Bangsa lulus semua.

Semua siswa bersorak soraya dan senang sekali akhirnya selesai sudah meraih ilmu dijenjang SMA dan bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya.

" Akhirnya kita lulus kay" kata Rania

" Iya Ran" jawabku dan kami pun berpelukan.

Setelah itu aku dan Rania berjalan menuju ke kelas untuk mengambil tas.

" Kay kamu jadi kuliah di Amsterdam?" Tanya Rania

" Iya Ran kamu kan tahu kalau aku ingin dari dulu kuliah disana, kalau kamu sendiri jadi kuliah dimana Ran?" Tanyaku

" Aku mungkin kuliah di Australia kay" jawab Rania

" Sebenarnya kelulusan ini membuat ku senang tapi juga sedih. Sedihnya karena kita akan berpisah kay, udah lama kita sahabat dan akhirnya kita pisah " kata Rania.

" Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan Ran. Dan aku kan nggak akan selamanya tinggal di Amsterdam aku bakal balik ke Indonesia, di sana kan aku untuk belajar Ran" kataku pada Rania.

" Iya kay, kita pisah juga demi mencapai cita-cita kita demi masa depan kita" kata Rania

" Nah itu lo tahu"  jawabku

" Tapi kita masih bisa sahabat kan?" Tanya Rania.

" Ya pasti bisa lah Ran kita akan jadi sahabat selamanya" jawabku sambil ketawa Rania juga ikut ketawa.

" Btw lo jadi ambil fakultas kedokteran kan?" Tanya Rania

" Jadi lah itu kan cita-cita gue Ran, lo sendiri juga jadi ambil jurusan bisnis dan manajemen kan?" Tanyaku balik pada Rania

" Pasti jadi dong" jawab Rania

"Doa in gue keterima ya Ran" kataku

" Iya kay, tenang aja lo pasti keterima kok, lo kan pintar, malah gue yang takut, gue diterima apa enggak dijurusan itu" kata Rania

" Lo pasti juga diterima kok Ran" kataku

" Doa in juga ya" kata Rania

" Iya pasti Ran kita kan sahabat jadi harus saling mendoakan" kataku tersenyum

" Kay" panggil Reno dari arah berlawanan denganku.

" Ada apa Ren?" Tanyaku

" Pulang yuk" ajak Reno

" Bentar ya aku ambil tas dulu" jawabku dan segera ambil tas didalam kelas.

" Ran aku duluan ya" kataku pada Rania.

" Iya kay" jawab Rania.

Diperjalanan pulang aku dan Reno ngobrol sedikit tentang kuliah.

" Kay kamu mau kuliah dimana?" Tanya Reno.

" aku mau kuliah ke Amsterdam Ren" Jawabku

"Kalau kamu" tanyaku balik

" Wah jauh dong, kalau aku mau kuliah di Bandung" jawab Reno.

" Kamu mau ambil jurusan apa?" tanyaku

" Hukum mungkin" jawab Reno

"Ohhh" kataku.

" Kok oh?" Tanya Reno.

" Terus gimana?" Tanyaku balik pada Reno.

" Ya apa gitu" jawab Reno

" Iihh apaan sih Ren gajelas tauk" kataku sambil menepuk pundak Reno dan tertawa.

"Kamu mau ambil jurusan apa? Tanya Reno.

" Kedokteran, doa in keterima ya" kataku.

"Iya pasti" kata Reno.

Kita terdiam sejenak dan tiba-tiba Reno berkata " kita LDR dong" ucap Reno.

"Maksudnya?" tanyaku

" Ya kamu kan kuliah di Amsterdam sedangkan aku kuliah di Bandung" kata Reno

" Ren kita LDR itu kan juga buat masa depan kita, yang penting kita selalu jaga mata dan hati kita" kataku.

" Oh gitu ya" kata Reno

"Iya lah" kataku

"Biar apa?" Tanya Reno

" Ya biarrrrr" Kemudian aku terdiam sebenarnya aku ingin bilang "biar kamu nggak ninggalin aku dan tidak tergoda dengan cewek lain Ren. Tapi aku takut mengungkapkan itu" kataku dalam hati. Ya karena pada waktu itu aku masih belum resmi pacaran dengan Reno.

" Biar apa? Kok diem" tanya Reno.

" Nggak jadi deh" jawabku.

" Giman sih, lanjutin dong biar aku tahu, aku kepo nih" kata Reno memaksaku untuk melanjutkan kataku tadi.

" Tauk ah Ren" kataku Reno sambil mencubit Reno.

" Auuhh sakit tauk" teriak Reno.

" Hahaha. Rasain" kata ku sambil tertawa.

Disepanjang perjalanan pulang aku dan Reno terus bercanda dan tertawa bersama.

Memang aku dan Reno belum resmi pacaran tapi kita sudah seperti orang pacaran, ayah dan bunda juga sudah tau kalau aku dekat dengan Reno bahkan mereka setuju kalau aku pacaran dengan Reno. Tapi Reno belum pernah ngomong soal hubungan kita. Aku tetap senang dan nyaman dengan Reno meskipun cuma komitmen.