Aruni melirik kanan dan kiri. Kampus sudah mulai sepi, hanya ada beberapa orang yang berlalu-lalang juga beberapa orang yang duduk di bangku taman dan tangga.
Aruni memicingkan matanya pada sesosok tubuh tegap yang tengah memakai helm full face.
Aruni mengambil langkah seribu saat dirinya yakin jika sosok itu adalah Asta.
"Kak Asta!" teriak Aruni saat Asta bersiap menaiki motor besarnya.
Asta yang merasa dipanggil pun mengurungkan niatnya untuk menaiki motornya. Namun sedetik kemudian ia menyesali keputusannya saat mengetahui siapa yang memanggilnya.
"Ada apa, Arunika?" tanya Asta di balik helm full facenya.
Aruni mengatur napasnya yang memburu. "Saya. Hah. Nebeng. Hah. Dong, Kak!" kata Aruni terputus-putus.
"Tidak bisa! Saya harus pergi ke toko buku terlebih dahulu." jawab Asta cepat.
"Kalau begitu saya ikut Kakak ke toko buku." ujar Aruni, napasnya sudah mulai teratur.
Asta menghela napasnya. "Tidak bisa, Arunika. Saya lama."
"Pokoknya saya nebeng!" keukeh Aruni.
Astaga, Ya Tuhan, berilah Asta kesabaran lebih.
***
Aruni mendongakkan kepalanya menatap wajah Asta dari arah samping. Ketampanan Asta membuat Aruni membayangkan sosok Park Chanyeol. Astaga.
Aruni mengalihkan pandangannya kearah kanan dan kiri, menatap sekeliling dengan pandangan asing. Rak-rak buku yang menjulang membuat Aruni menghela napas. Kira-kira Aruni akan tersesat tidak ya jika berjalan seorang diri di antara rak-rak buku itu? Pemikiran itu tiba-tiba muncul di benak Aruni. Semua lorong yang di himpit oleh rak berisi buku itu terasa sama untuk Aruni.
"Arunika." panggil Asta membuat Aruni tersentak dari lamunannya, kepalanya kembali menoleh kearah Asta. "Saya harus kearah sana, kamu ingin ikut atau tetap di sini?" tanya Asta.
"Ikut!" pekik Aruni membuat beberapa pasang mata menatapnya dengan pandangan tergantung. Asta meringis sedangkan Aruni nampak cuek.
"Jangan berisik!" desis Asta seraya meletakan telunjuknya dibibir. Aruni mengulum bibirnya, telunjuk dan jari tengahnya terangkat. "Ayo!" ujar Asta seraya melangkah mendahului.
Aruni mengikuti langkah Asta, matanya dengan liar menatap punggung tegap Asta. "Kak!" panggil Aruni yang dibalas deheman oleh Asta. "Suatu saat nanti saya boleh 'kan bersandar di punggung Kakak." lanjut Aruni dengan kepala menengadah, memandangi rambut lebat Asta yang nampak rapi.
Asta menghentikan langkahnya, begitu pun Aruni. Asta berjongkok, kepalanya menunduk hingga mencium lantai, membuat Aruni mengernyit. "Arunika, tolong ambilkan cincin saya di kolong rak buku itu." ujar Asta tanpa mengubah posisinya.
Aruni jadi salah fokus dengan pantat Asta yang mengarah padanya. "Kalo di pukul pasti empuk." gumam Aruni seraya terkikik geli.
"Arunika?" panggil Asta saat tak mendapatkan respon apapun seraya mengubah posisinya menjadi terduduk diatas kaki. Asta menatap curiga saat melihat raut aneh dari Aruni. "Apa yang kamu pikirkan?" tanya Asta dengan curiga.
"Pantat Kakak kok bisa sebahenol itu? Apa rahasianya?" tanya Aruni dengan suara yang sedikit keras hingga Menggung beberapa pasang mata untuk menatap kearah mereka dengan berbagai pandangan.
Astaga! Wahai bumi, telan Asta sekarang juga!!
***
To Be Continued..
Gimana?