Chereads / R e n j a n a / Chapter 4 - 04

Chapter 4 - 04

Aruni menggeliat kecil. Matanya mengerjap –mencoba menyesuaikan dengan cahaya matahari yang menerobos gorden tipis kamarnya.

Di liriknya jam yang menggantung di dinding. Kontan saja mata Aruni membulat dengan sempurna, TERLAMBAT!! hanya itu yang ada di otak Aruni saat ini.

Dengan tergesa Aruni keluar dari kamarnya, berlari tunggang langgang menuju dapur. Di sana ada sang Bunda yang tengah berdiri di depan kompor, lirik-lirik dangdut terdengar dari bibir Bundanya.

"Bunda!! Aku telat!" pekiknya.

Ningsih –Ibu Aruni– membalikkan badannya. "Terus?" tanyanya dengan santai membuat Aruni menganga.

"Bunda?" gumam Aruni tak percaya. "Aruni telat loh ini." rengek Aruni.

"Terus kenapa masih di sini? Katanya telat, tapi masih berdiri di situ. Sana siap-siap!! Minta anterin ke Abang kamu." ucap Ningsih lalu kembali berkutat dengan wajan dan spatulanya.

Aruni mengerjapkan matanya. Benar juga, kenapa tadi ia berlari ke dapur bukan ke kamar mandi?

"Kenapa malah bengong di situ? Cepetan mandi! Bunda gak mau ya kamu bolos!" ketus Ningsih.

Aruni mencebikkan bibirnya. "Iya-iya, ini juga mau siap-siap." ujarnya lalu berbalik dan melangkah menuju kamarnya.

Tap. Tap. Tap.

"Kenapa Bunda gak bangunin aku?" tanya Aruni seraya berbalik kearah Bundanya.

"Bangunin kamu itu buang-buang tenaga. Udah, mandi sana! Sebentar lagi Abang kamu turun." jawab Ningsih tanpa menghentikan kegiatan memasaknya.

"Ish!" desis Aruni dengan bibir mengerucut sebal.

***

Gilang –Abang Aruni– menghentikan mobilnya didepan gerbang kampus Aruni.

"Belajar yang bener, jangan bikin uang gue terbuang percuma karena ngebiayain lo yang kuliahnya gak bener!" petuah Gilang begitu Aruni mencium punggung tangannya.

Aruni mencebikkan bibirnya. "Iya-iya. Gue kuliahnya bener kok!" sewotnya.

Gilang berdehem menanggapi. "Lah, terus kenapa masih di sini? Tadi teriak-teriak nyuruh ngebut karena telat." ujar Gilang dengan dahi mengernyit.

Aruni yang tadi berwajah masam buru-buru mengubah ekspresinya. "Abang, tambahin uang saku gue dong." katanya dengan ekspresi yang dimanis-maniskan.

Gilang mendengus. "Bukannya uang saku lo udah dikasih sama Ayah tadi?"

"Kurang!!" pekik Aruni membuat Gilang mendengus.  "Gue tuh cewek. Kebutuhan gue banyak!" kata Aruni. Hilang sudah wajah yang diimut-imutkannya.

"Rese amat punya adek." dengus Gilang, tangannya merogoh kantung celana bahannya, dikeluarkannya dompet dengan susah payah. "Jangan boros-boros, Ar. Nih!" ujar Gilang seraya menyerahkan selembar uang berwarna kuning.

"Goceng?" cengo Aruni, tangannya membolak-balik kertas berwarna kuning itu. "Yaelah, Bang. Ini palingan dapet bakso Mang Cipto!" ujar Aruni.

"Cerewet lo! Sekarang segitu dulu! Pulang kerja gue jemput. Lo mau belanja apa, sih? Palingan juga make up. Kan, selama ini uang gue juga yang keluar buat beli barang unfaedah itu." cerocos Gilang.

Aruni mencibir. "Make up itu penting buat cewek-cewek di luar sana, termasuk gue. Kalo gak ada make up, insecure dong gue. Gak bisa gebet Kak Asta!"

"Asta? Siapa Asta?!" tanya Gilang dengan pandangan menyelidik.

Astaga! Aruni merutuki mulutnya. Bisa-bisanya ia keceplosan menyebutkan nama kating sekaligus asdos tampan itu di depan Abangnya.

"Asta? Siapa? Gue gak ada sebut-sebut itu nama." ujar Aruni. "Udah, deh. Gue cabut! Bye!!" sambung Aruni cepat.

Buru-buru Aruni keluar dari mobil sang Abang, bisa mampus dirinya jika Gilang tau dia berbohong.

"Aruni, Abang tahu lo bohong! Aruni!!" teriak Gilang begitu kaca mobil diturunkan.

"Udah, Bang. Mending lo berangkat kerja sana! Bye, Abang!!" teriak Aruni di ambang gerbang, tangannya melambai-lambai diudara dengan kepala menoleh namun langkahnya tidak berhenti.

Gilang mendengus. Salah apa dirinya memiliki adik seperti Aruni. Ckckck.

***

To Be continued...

Gimana-gimana?😂