__o0o__
Malam ini di kediaman Zaidan dan para saudaranya , mereka semua sudah menyelidiki tentang perempuan bernama Yovanka Nataline tersebut tapi hasilnya sama saja . hanya kehidupan pribadi perempuan itu mulai dari biodatanya , karirnya , prestasinya menjadi seorang psikiater hanya ada itu .
"Kurasa dia tidak ada hubungannya dengan ini kak , kurasa dia hanya kebetulan saja ada diberbagai tempat" ucap Rey sembari melempar semua kertas yang beridi data diri perempuan itu
"Aku setuju dengan Rey , lihat saja isinya hanya data diri perempuan itu dan semua prestasinya di bidang psikiater dan psikologi" ucap Evano yang melakukan hal yang sama seperti Rey
"Baiklah kita cari saja orang mencurigakan , kalau kalian ada apa-apa segera kirim telepati ataupun telfon . dan jangan gunakan kekuatan kalian di depan umum karena itu akan menghancurkan dan menakuti semua orang" kata Zaidan dengan wajah serius , menatap satu persatu saudaranya
__o0o__
Hari ini berjalan seperti biasa Agatha juga sudah sadar lebih cepat dari yang lainnya , mereka sekarang berada di tempat kerja mereka masing-masing dan juga sama halnya dengan para seme kita yang sibuk dengan pekerjaan mereka .
Sebut saja Bella dan Matteo , kedua insan tersebut sibuk dengan hasil rapat yang baru saja berakhir beberapa jam yang lalu . Bella meminta Matteo untuk membantu tugasnya yang sudah keteteran karena dia tidak masuk beberapa hari lalu .
"Matteo kau bisa menaruh berkas ini di rak sebelah kanan nomor lima! jangan sampai salah" Bella meletakkan beberapa berkas di sebelah kanannya dan langsung disambut oleh tangan Matteo .
Laki-laki tampan itu segera berlari ke rak sebelah kanan seperti perintah Bella , menghitung satu persatu nomor hingga menemukan nomor lima , meletakkan semua berkas itu disana dan segera duduk di sebelah Bella .
Terlihat sekali kalau perempuan itu tengah frustasi mengatur satu persatu berkas didepannya , mulai dari dasi yang sedikit dilonggarkan , jasnya yang sudah ia taruh di sembarang tempat , rambut yang acak-acakan .
Matteo merasa sedih melihat bosnya seperti itu , entah kenapa dia merasakan hatinya sakit melihat Bella seperti iitu . laki-laki tampan itu segera berlari keluar dari ruangan Bella membuat sang bos hanya melihat kearahnya bingung , tapi seterusnya dia tidak peduli .
Bella masih terus mengatur satu persatu berkas itu , jika kalian bertanya dimana Namjoon? jawabannya adalah dia berada di Amerika untuk mengatur perjanjian dengan klien yang berasal dari sana . Bella tidak ingin pergi dengan alasan terlalu lelah jadi , dia mengatur semua ini sendiri .
Tak lama Matteo kembali dengan dua gelas kopi ditangannya , laki-laki tersebut menyingkirkan berkas yang menganggu dan meletakkan satu gelas kopi didekat Bella . sementara sang empu hanya menatap Matteo dengan pandangan yang sulit diartikan .
CEO Charlotte itu dengan perlahan mengeuk kopi yang dibuat oleh Matteo , dia menghela nafasnya panjang setelah meminum kopi tersebut . Matteo hanya bisa tersenyum disaat bosnya itu merasa jauh lebih tenang dari sebelumnya .
Melihat senyuman Matteo hati Bella menghangat , perlahan senyuman simpul muncul diwajahnya . Bella kau beruntung sekali memiliki seketaris yang pek terhadapmu dan juga peduli denganmu . perempuan tersebut segera melanjutkan pekerjaannya .
Saat Bella tersenyum simpul sembari menatap matanya entah kenapa jantung Matteo seperti tidak bisa dikendalikan , wajahnya seidkit memerah karena melihat itu . dia tidak tahu perasaan apa ini? perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya .
__o0o__
Kita beralih disebuah universitas terbaik di Amerika , tempat dimana seorang tsundere satu kita Shabilla Quinza bekerja dengan asisten barunya dengan laki-laki lumayan tampan yang bernama Alvaro William tersebut .
Sekarang kelas baru saja usai Shabilla duduk disalah satu bangku kelas sembari memeriksa beberapa kertas ujian murid di kelasnya . dia tidak diruangannya karena dia malas harus kesana , lebih baik disini toh! dia juga membawa daftar penilaian semester ini .
Soal asistennya?
Alvaro itu menghilang bersamaan dengan semua mahasiswa di kelasnnya . Alvaro memang terlihat genit dengan semua mahasiswa putri tak hanya itu saja mahasiswa perempuan saja dia goda .
"Dosen Shabilla ini untukmu" perhatian Shabilla teralihkan , dia mendengar suara asisten playboy nya yang sekarang duduk tepat disebelahnya dengan membawa dua minuman bersoda .
Shabilla menoleh kearah laki-laki tampan itu sekilas lalu kembali memeriksa kertas-kertas tersebut . Alvaro yang diacuhkan sedikit sebal , dosen ini terlalu cuek dan dingin sedangkan Alvaro? orangnya periang dan heboh .
"Minumlah dulu dosen Shabilla…, kalau kau dehidarasi kau tidak akan bisa berteriak ataupun menerangkan saat mengajar" ucap Alvaro sembari membuka kaleng soda tersebut dan memberikannya kepada Shabilla , sang empu hanya bisa mengambil minuman tersebut lalu meneguknya
Alvaro yang melihat itu hanya tersenyum menampilan gigi tarinya dan meneguk minumannya . Shabilla kembali beralih lagi kepada kertas ujian , asistennya itu hanya bisa melihatnya dari jarak yang lumayan dekat .
"Butuh bantuan?" tanya Alvaro dengan senyuman , Shabilla menoleh padanya lalu memberikan beberapa lembar kertas kepada Alvaro tanpa mengatakan sepatah kata apapun .
Entah kenapa saat melihat senyuman Alvaro itu , Shabilla sedikit gugup bahkan jantungnya saja sudah tidak bisa dikontrol . tapi dengan cepat dia menghindari kontak mata itu dan melanjutkan pekerjaannya .
"Bagaimana cara aku menilainya…? Dosen Shabilla bisa kau membantuku? aku lemah dalam hal matematikan" ucap Alvaro dan Shabilla hanya bisa menghela nafasnya lagi
Perempuan tersebut menjelaskan semuanya kepada Alvaro secara panjang lebar . sedangkan Alvaro dia hanya bisa melihat wajah Shabilla dengan senyuman simpul . dia menopang kepalanya dengan satu tangan mengarah kearah Shabilla .
Sesekali Shabilla juga melihat kearah Alvaro sembari menjelaskan semuanya , hingga tanpa sadar saat Shabilla menoleh lagi kearahnya pandangannya terkunci dengan tatapan laki-laki tampan tersebut , Shabilla gelagapan dan segera menyelesaikan semua ini .
"Jadi kau mengerti?" Alvaro tidak menggubris perkataan dosen Shabilla ini , dia masih memandangi wajah manis sekaligus cantik milik Shabilla . Shabilla yang paham akan hal ini memukul lengan Alvaro , Oh Bukan! koreksi bukan memukul dia menepuk sedikit keras lengan Alvaro membuat laki-laki itu tersentak .
"Kau sebenarnya mendengarkan aku atau malah melamun melihatku?" Alvaro hanya cenkausan sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal , saat Shabilla memasang ekspresi marah , entah kenapa dia suka melihat wajah itu .
"Maaf dosen Shabilla aku tidak mendengarkanmu , karena aku terpikat pesonamu jadi aku harus bagaimana sekarang? hmm" tanya Alvaro menatap manik mata Shabilla lekat membuat perempuan itu gelagapan , dia bingung harus mengatakan apa .
"J-janngan bercanda sekarang cepat selesaikan itu agar aku bisa pulang" ucap Shabilla kembali beralih pada kertas ulangan itu dan sang asisten Alvaro terkekeh melihat wajah Shabilla yang sedikit memerah menahan malu akibat ulahnya .
Tapi berkat Alvaro tadi jantung Shabilla kembali berpacu dengan cepat , seperti dia habis berlari marathon berkilo-kilo meter , sama halnya dengan Alvaro yang sudah jatuh dengan pesona seorang tsundere Shabilla Quinza .
Kita lihat saja bagaimana mereka nanti
__o0o__