Ruang kamar itu hening, hanya ada isak tangis dari perempuan yang di rawat di ruangan itu dengan selang darah dan infus yang mengantarkan kedua cairan itu masuk ke dalam tubuhnya. Lelaki yang berstatus sebagai sahabat sekaligus tetangganya itu terduduk di sampingnya dan berulang kali mengusap surai rambut panjang Lilac yang tadi pagi berbentuk gelomban itu.
"Lilac…"
"Pergi!" Lilac berteriak pada Leo seraya menepis kasar tangan yang mengusap rambutnya dengan halus itu. Leo terdiam sesaat, dirinya belum pernah di teriaki oleh Lilac sejak kelas enam sekolah dasar. Karena sejak itu, Lilac tidak pernah lagi bertengkar dengannya.
Leo tahu dirinya kini menyakiti hati sahabat kecilnya tersebut.
"Lac, aku minta m…"