Tok-tok-tok!
"Mami!"
Clara dan Bram saling tatap, meski kamar mereka luas, tetapi suara Briel cukup terdengar.
"Bram, itu Briel," ucap Clara.
"Ya, aku tahu," ucap Bram dan mulai memasukan miliknya ke milik Clara.
Clara menggigit bibir bawahnya, sementara itu Bram memejamkan matanya, kepalanya mendongak merasakan kehangatan yang miliknya dapatkan.
"Mami, Papi!" teriak Briel.
"Bram!" Clara menahan tubuh Bram ketika Bram mulai menggerakan miliknya.
"Biarkan saja. Dia takan bisa masuk, aku sudah mengunci pintu," ucap Bram.
Bram tak peduli pada Briel yang terus memanggilnya, yang terpenting hasratnya tersalurkan. Dia bahkan sudah sejak kemarin malam menahan hasratnya. Malam ini, dia takan membuat hasratnyP gagal tersalurkan kembali.
"Tapi, Bram. Anak itu tak mungkin datang jika tak ada hal penting," ucap Clara.
"Apanya yang penting, aku yakin dia hanya ingin merusuh saja. Dia bahkan tak membiarkan papinya menyalurkan hasrat pada maminya," ucap Bram.
"Tapi, Bram--"