Karena banyaknya klon dan makhluk laut yang mati di Daratan saat era generasi ketiga, setahun kemudian setelah lewat bulan 12, setelah 23 tahun semenjak akhir era generasi kedua, Pohon Kehidupan memulai reinkarnasinya dan menandakan awal dari era generasi keempat. Hal ini berbeda dengan era generasi kedua yang memakan waktu 25 tahun dan era generasi pertama yang butuh waktu 37 tahun.
Jika ukuran Daratan tetap sedemikian kecilnya, umur tiap generasi akan semakin menyempit. Atas dasar itu, Sang Pencipta memperluas ukuran pulau Selebes di era generasi keempat dan menambah beberapa pulau lainnya. Ia juga mempeluas wilayah lautan yang bisa ditinggali para penghuninya serta Pelukis Samudra. Wilayah berpenduduk di Bumi menjadi semakin luas semenjak generasi keempat.
Layaknya era generasi kedua dan ketiga, para pemimpin suku lah yang pertama kali akan mendapatkan kehamilan istri mereka. Tentu saja yang kumaksud pemimpin suku di antaranya ialah Amartya dan Naema. Aku akhirnya bisa memanggil dirinya wanita.
Namun sayangnya, konsentrasi api yang dimiliki Amartya terlalu kuat untuk Naema, ia tampak begitu tersiksa ketika mengandung anaknya, dan di hari ketika ia seharusnya melahirkan, Amartya membawanya ke Umanacca untuk menyelamatkan nyawa istri dan keturunannya.
Melihat begitu parahnya kondisi Naema, Ester hendak melakukan alternatif yang mungkin juga bisa membahayakan dirinya.
Ester menyambungkan tali hidupnya dengan tiap bayi yang terkandung dalam rahim Naema, mengaliri mereka dengan getah kehidupan yang akan menjaga mereka tetap hidup selama masa melahirkan.
Prosesnya cukup lama dan menegangkan, aku tak mau lama-lama menjelaskannya tapi intinya mereka berhasil. Darinya lahir dua bayi kembar dengan mata sian, dan rambut merah, yang tertua perempuan dan adiknya laki-laki, hal ini cukup aneh semenjak tiap anak yang lahir dari seorang Penempa Bumi selalu saja laki-laki yang lahir terlebih dahulu, menjadikannya pemimpin keluarga berikutnya.
Satu hal lagi yang mengejutkan, nampaknya mereka memiliki dua elemen dalam tubuh mereka, tidak seperti diriku yang malah membentuk elemen lain. Hal ini sebenarnya sangatlah langka dan juga tak pernah terjadi sebelumnya, ada alasan mengapa orang-orang Angkasa membenci perkawinan hibrida. Meskipun berasal dari spesies yang sama, jika elemen ayah dan ibunya berbeda, kemungkinan besar bayi yang dilahirkan akan cacat (tak memiliki elemen), atau hanya memiliki elemen dari salah satu orang tuanya.
Tiba-tiba, sesaat setelah kedua bayi berhenti menangis, datanglah sosok yang luar biasa tinggi dan besar. Tubuhnya bergelimangkan cahaya, dan ia datang bersama sekumpulan makhluk yang seakan terbuat dari api.
"Sebenarnya kalian tak perlu repot-repot menyelamatkan si Putri Salju dari mengantarkan putra-putrinya." Ucap Pria yang 9 kali lipat jauh lebih besar dari Ambawak itu. Bayangannya saja sudah mampu untuk menutupi tiap orang yang hadir di hadapannya.
"Ibunda...?"
"Tenang Amartya, pria itu bukan musuh kita, kuharap…" Amartya menjadi sedikit panik, ia tak pernah melihat Zoastria begitu tegang sebelumnya.
"Siapa dia?"
"Orang yang bertanggung jawab atas tiap penderitaanmu, Sang Pencipta."
"Wah Zoastria, itu cara yang cukup kasar untuk menceritakan tentang diriku."
Tak sampai satu detik sejak Sang Pencipta selesai berbicara, dari langit pun muncul 7 timpani mengarahkan diri mereka ke tubuhnya. Dari mereka tertembaklah gelombang sinar hitam keunguan yang tiap-tiapnya terlapisi gemerlap putih kekuningan. ke-7 sinar kolosal itu membentur badannya, dan kini tempat itu dipenuhi debu dan asap dari tanah yang hancur.
*!!!*
Ketika udara kembali jernih Sang Pencipta masih berdiri tegak tanpa sedikitpun luka di tubuhnya ataupun pakaiannya. Akan tetapi, kini di masing-masing bahunya berdiri Verslinder dan Austra dengan kedua tangan mereka menyala-nyala, dipenuhi elemen yang begitu pekat. Mata mereka memancarkan kebencian.
"Kau! Brengsek buat apa kau kemari!?" Verslinder tampak siap membabi buta raksasa itu.
"Wah, tenanglah nak, mau sebanyak apapun kalian menyerangku, aku tak akan mati darinya."
"Karena kau kini seisi keluargaku mati! Mengapa kau biarkan DiVarri pergi begitu saja?!"
"Tunggu, jangan terlalu murka Verslinder, kepergian mereka tidaklah selamanya."
"Hah!? Jangan bercanda!"
"Bukankah kau anak yang memiliki kecerdasan melebihi tiap manusia yang ada? Apa yang membuatmu berpikiran bahwa seseorang yang menguasai jalannya waktu bisa mati oleh sekumpulan penyihir."
"... Cih!"
"Mohon maaf tuan… Pencipta? Tapi apa maksud anda para musisi tidak pergi selamanya?" Amartya tak kuasa menahan rasa penasarannya dan mencampuri pembicaraan mereka.
"Tenang Amartya, akan kujelaskan semuanya nanti. Sekarang jawab aku nak, pernahkah kau bertanya mengapa DiVarri mau tunduk pada suku Api, bahkan setelah kutukannya sirna, walau sudah sangat jelas bahwa dia bisa menghabisi suku kalian kapan saja?"
"Ya… lalu?"
"Dia pernah berkata bukan? Kalau tak ada desisi yang lebih bijak lagi dari pada tunduk pada kalian?"
"Benar…"
"DiVarri tahu kemampuan keluarga utama Genka untuk melihat sekilas masa depan melalui Manguni, itu sebabnya ia mengikuti dirimu. Dan ketika ia melihat firasat burukmu akan menaruh para Dubalang untuk melindungi mereka, ia dengan cepat menyetujui para Dubalang."
"Ah itu, iya aku jujur cukup bingung dengan sikapnya."
"Tidakkah kalian semua sadar, dari awal DiVarri mengikutimu untuk melihat mala petaka dirinya, ia berusaha semaksimal mungkin agar tak ada yang mengganggu perkiraan itu, dari semenjak awal pria itu memang ingin mati!"
Amartya kehabisan kata-kata mendengarnya, ia menoleh ke arah Verslinder yang kini tertunduk kebawah, seraya menggeram seakan ia tahu semua itu dari awal.
"Berarti dia memang ingin ke Surga? Lalu apa maksud Sang Pencipta bahwa dia hanya pergi untuk sementara?"
"Baiklah kita mulai dari kalian oke?"
"Jika memang itu kehendak anda."
Ah sebelumnya aku mohon maaf jika sisa cerita yang akan aku berikan pada pertemuan kita kali ini hanya berisi penjelasan, kuharap kalian tidak terlalu bosan mendengarkannya. Kita akan lanjut cerita yang lebih seru lagi di pertemuan kita berikutnya.
"Sebelumnya, kamu tahu apa yang membedakan kalian dengan para pendahulu kalian di generasi pertama?"
"Mereka berasal dari Buana Yang Telah Sirna?"
"Benar, tapi bukan itu yang kumaksud, bedanya adalah mereka ciptaan Tuhan sementara kalian adalah ciptaanku."
"Dimengerti, lalu?"
"Ruh yang berniang pada tubuh kalian tidak lah sempurna layaknya yang dimiliki diriku ataupun kedua musisi di pundakku ini, hasilnya kalian tidak memiliki tempat di Akhirat, dan akan tetap berkeliaran di Dunia ini setelah berpisah dari tubuh kalian."
"Jadi maksud anda, kami hanya akan menjadi ruh gentayangan setelah kami mati? Tanpa tujuan yang jelas?"
"Tidak, ruh kalian akan mencari tubuh baru saat waktunya tiba."
"Tunggu, dengan kata lain…"
"Reinkarnasi."
"Jadi kami akan hidup kembali, dan terjebak selamanya di Dunia ini?"
"Kalian semua jujur gemar sekali berbicara seakan semua perilakuku sangatlah buruk, tapi iya bisa dibilang, contoh terdekat yang bisa dihilat ialah kedua bayi yang baru saja lahir."
"Putra-putriku?"
"Aku yakin suatu saat dirimu akan sadar pernah mengenali mereka begitu dekat sebelumya Amartya."
"Orang terdekatku yang sudah mati… tunggu! Maksud anda—"
"Ssshh… kita simpan itu untuk nanti, tidakkah ada sesuatu yang kamu ingin tanyakan mengenai dirimu Amartya?"
"Ah benar, mengenai api neraka, butuh berapa lama sampai mereka… reda?"
"1000 tahun."
"1000 TAHUN!? Apa berarti mereka akan tetap membara setelah aku mati!? Bagaimana dengan segelnya!? Bukankah segelnya tertempel di ruhku!?"
"Tenang, kamu tak akan mati Amartya."
"Apa?"
"Kamu, Naema, kedua bayi kalian serta Ester yang kini telah menyambungkan tali hidupnya dengan mereka bertiga, tak akan mati walau sudah dibunuh."
"Tak akan mati walau sudah dibunuh?"
"Iya, sama seperti Putri Emerald, kalian tak akan merasakan penuaan dan ruh kalian akan segera kembali ke tubuhnya setelah tubuh itu kembali pulih dalam beberapa waktu, dan kalian akan hidup kembali."
"Apa-apaan itu, terdengar sangat curang."
"Aku tak pernah bilang akan menciptakan Dunia ini dengan adil."
"Lalu bagaimana dengan para musisi, apa maksudnya mereka hanya pergi untuk sementara?"
"Ahaha iya maaf, maklumilah pria tua ini, padahal kamu terus menanyakannya. Para musisi memiliki ruh yang terikat dengan Akhirat, jadi mereka harus pulang setelah mati, tapi aku ingin mereka tetap di sini, jadi setidaknya mereka akan menghabiskan waktu satu hari di Surga sebelum kembali kemari."
"Satu hari? Tapi ini sudah lewat setahun lebih."
"Oh maksudku satu hari surga, dengan kata lain, 1000 tahun."
"Apa 1000 tahun!? Aku harus menunggu sedemikian lamanya untuk melihat mereka kembali!?" Verslinder mendadak murka dan menusuk-nusuk leher dan wajah Sang Pencipta dengan bow-nya.
"Ah aku sampai lupa kalau mentalitasmu tetap seperti anak kecil..." Sang Pencipta tersenyum kecil, wajahnya menampakkan ekspresi seorang kakek yang menertawakan tingkah laku cucu-cucunya.
"Oleh karena itu, untuk menghadapi kesepian kalian berdua, aku akan memberikan sedikit hadiah untuk kalian, Verslinder, Austra."
"Ha!? Hadiah? Kau pikir itu cukup untuk membayar tiap dosa-dosamu!?"
"Untuk kami?" Austra ikut menyahut.
"Aku akan ijinkan tubuh dan mental kalian untuk tumbuh setidaknya selama 7-8 tahun, serta nafsu dan kemampuan untuk menghasilkan keturunan. Oh bukan berarti kalian akan bertambah tinggi pesat ya, Ahahahahaha."
"Keturunan? Kau akan mengkompensasi kami hanya dengan beberapa orang anak!?"
"Lebih baik dari pada tidak sama sekali bukan?"
"Apa mereka akan sama dengan anak-anak para pendosa atau seperti Viper?"
"Anak kalian sama seperti dua bayi di sana, abadi, dengan dua elemen yang berbeda."
"…"
"Oh tapi harus kalian ketahui pertumbuhan anak kalian tidak sama dengan Putri Emerald yang lahir di era generasi ketiga, putra-putri kalian akan butuh ribuan tahun untuk memiliki tubuh yang sempurna dewasa, dalam seribu tahun kira-kira mereka hanya akan sebesar Austra saat ini, tidak, mungkin lebih muda lagi."
"Apa!? Kau gila!"
"Aku sarankan kau mulai membuat keturunanmu Verslinder, peraturan kehamilan masa reinkarnasi Pohon Kehidupan berlaku pada kalian juga. Ah, tapi praktiknya sendiri bisa kalian lakukan kapan saja, kekangan nafsu tak berlaku pada kalian yang memiliki kekuatan setara dengan Zoastria. Selamat menikmati keabadian kalian!"
"Kau! Sial! Woy boneka sial! Ayo balik!"
"Hahaha Sweet Crow! Mungkin ini akan jadi lebih menyenangkan dari apa yang aku harapkan."
"DIAM!" mereka berduapun kembali ke Ratmuju untuk… e… beranak? Ahahahah sebenarnya jika kalian lihat betapa merahnya wajah Verslinder saat Austra menggodanya kalian pasti akan tertawa.