Chereads / Ardiansyah: Raja dari Neraka / Chapter 75 - Side Story : Angel’s Crater

Chapter 75 - Side Story : Angel’s Crater

Viper, cukup mendengar namanya saja tubuhku serasa tenggelam ke dalam berjuta kenyerian. Orang bilang bahkan nama aslinya tak pernah hadir, bahkan di gosip para angin yang berlarian. Sosoknya begitu kuat dan mematikan, hingga seisi alam tak berani mengenalnya.

Para Vhisawi dipimpin oleh seorang calon penghuni surga yang luar biasa kuat, ditakuti dan abadi, bahkan para Dramu tak memiliki niat untuk berurusan langsung dengan sosok yang merajai segala racun. Jangankan berkontak, bernafas di udara yang sama dengannya saja, cukup untuk membunuh seseorang, bahkan para Vhisawi sendiri bisa menghadapi masa kritis bila berada di sekitarnya.

Setidaknya sampai hari itu.

30an tahun sudah berlalu semenjak turunnya generasi pertama ke dunia baru ini. Dan hari ini, Viper pergi berburu untuk memuaskan rasa laparnya. Racun dan bisa hewan-hewan di Garabandari tidak berpengaruh pada kesehatan para Vhisawi, kecuali mungkin beberapa hewan, itupun hanya berefek pusing dan sakit perut. Terlebih bagi Viper, tak ada racun dan bisa yang cukup kuat untuk menggelitiknya.

Di perjalanannya ia bertemu seekor komodo yang berusaha menghalangi jalannya. Ia tidak mengindahkannya dan terus berjalan mencari makanan yang layak, lamun sang naga memiliki pemikiran yang berbeda dengannya.

Sang naga terus-menerus mengganggunya, menyerangnya dan menghalanginya. Untuk waktu yang lama Viper tetap tidak memerdulikannya dan berjalan dengan tenang mencari buruannya, tapi sayangnya, seorang pria hanya mampu terdorong sedemikan jauhnya.

Viper berakhir memukul sang naga hingga robek sisiknya. Kadal itu pun seketika itu juga bergegas kabur, termakan rasa sakit yang kian mendalam. Dan tak baiknya untuk sang naga, Viper sudah terlalu jengkel, hingga ia mulai berlari mengejarnya, melewati kawah-kawah beracun yang sama sekali tidak menggelitik tubuhnya.

Segala rasa takut membuat kadal itu bergerak jauh lebih cepat dari yang bisa dibayangkan, akibatnya Viper pun kehilangan jejaknya dan berada di tempat yang tak ia kenali. Ia mulai berputar-putar ke sana-kemari mencari jalannya untuk kembali, hingga sepilar cahaya putih berimingkan hijau menarik perhatiannya.

Lihatlah! Sebuah kawah raksasa, begitu hijau namun bening airnya. Di atasnya melayang seorang wanita dengan sayap terbentang, membendungi awan-awan dengan kemegahannya. Tubuhnya yang hanya tertutup sehelai kain, begitu putih lagi halus, bahkan cahaya tergelincir di atasnya. Matanya hijau mengkristal, rambutnya kuning pucat bagai mentari, dan bibirnya pekat kemerahan. Wanita itu mendekati Viper dengan seberkas cahaya di tangannya, membisikkannya tawaran yang takkan pernah bisa ia tolak.

"Katakan wahai Raja yang Agung, inginkah dirimu bisa melindungi kaummu dari kawah yang meliar di tanahmu? Bersama pula dengan racun yang memendam di tubuhmu?"

Akan tetapi Viper tak mampu berkata-kata, ia kian terpesona oleh keindahannya, satu-satunya yang keluar darinya hanyalah sebuah anggukkan kecil tanda setuju. Matanya tiada hentinya berbinar, terhipnotis cahaya wanita itu.

Sang wanita pun melepas seberkas cahayanya di Angkasa, benda itu seketika meledak, menghasilkan dorongan kuat yang menggoyang seisi Garabandari. Puncak pohon tertarik jauh, hewan dan manusia tersingkirkan dari pijakan mereka, beberapa bahkan tercebur ke kawah racun. Akan tetapi, sungguh betapa terkejutnya mereka, menemukan diri mereka terendam di sana tanpa rasa sakit menusuk tubuh mereka.

"Sekarang kembalilah ke kaummu, wahai Raja. Bimbing dan dekatilah mereka layaknya seorang pemimpin sejati." Wanita itu mengelus wajah viper dengan tangannya yang suci. Ia, bisa merasakan betapa lembut dan nyamannya sentuhan itu, dan serentak pikirannya menjadi kian bersih dari apa yang mengganggunya.

Viper pun melakukan apa yang diminta wanita itu. Ia berjalan dengan penuh rasa cemas memasuki gerbang Polona layaknya rakyat biasa yang tak memberi ancaman bagi siapapun di dekatnya. Sungguh, betapa heran dan takutnya para Vhisawi melihat Viper berdiri di tengah-tengah mereka, tapi ia terus berjalan perlahan mendekati para Vhisawi yang membeku ketakutan di sekitarnya, menyentuh mereka perlahan, dan janji wanita itu tak mengenal kata dusta.

Viper seketika terjatuh di atas kedua lututnya, berteriak, mengeluarkan tangisan rindu seorang pemimpin sejati. Para Vhisawi berlari ke arahnya, memberikannya pelukan untuk menyambutnya kembali ke tengah masyarakat suku Toksik, mengingatkan Dunia bahwa ialah Raja diantara mereka.

Semenjak saat itu, kawah raksasa tempatnya bertemu si wanita menjadi tempat sakral bagi para Vhisawi, dijaga ketat oleh prajurit kuat yang mematikan layaknya ular gurun. Terkadang mereka mengunjungi kawah itu untuk minum dan mandi darinya, berharap kerberkahan akan tercurah pada diri mereka.

Wanita itu tak lain ialah seorang Ratu Bidadari, permaisuri Viper yang telah lama menunggunya di Surga. Ia turun langsung untuk memberikan anugrah Tuhan kepada dirinya dan kaum yang ia pimpin. Namanya bermakna lembut dan ketenangan, rambutnya bagaikan sinar mentari, matanya hijau safir, kulitnya seputih susu, dan sayap kian suci lagi benderang.

Kini sang kekasih tinggal bersama Viper di Istana Polona. Kekuatan surgawinya begitu besar, hingga mampu menggantikan Pohon Kehidupan menjadi pusat energi hidup para Vhisawi. Kadang ia membersihkan dirinya di kawah tempatnya bertemu dengan Viper, hingga para Vhisawi menyebutnya Kawah Bidadari.

Tak lama hingga 71 bidadari lainnya datang untuk memenuhi janji mereka pada sang Raja. Mereka bisa terlihat berkeliaran di seluruh penjuru Garabandari, memberkahi provinsi ini dengan kehadiran mereka, selagi menjaga tempat ini dengan kekuatan surgawi yang mampu bahkan menyetarai getah Pohon Kehidupan.

Viper memiliki seorang putri sebagai buah cintanya dengan sang Permaisuri. Gadis itu mungkin perempuan tercantik yang pernah terlahir di dunia Sang Pencipta. Matanya hijau, berkilauan bagai ratna yang mulia. Begitu pula dengan rambut hijau limaunya, kian mulus dan pekat, seakan-akan terbuat dari sutra. Orang memanggil dirinya, Putri Emerald.