Chereads / TULISAN HARRIET? / Chapter 10 - BAGIAN 10. "KALIAN AKAN MATI."

Chapter 10 - BAGIAN 10. "KALIAN AKAN MATI."

Apa yang Harriet lihat adalah sesuatu yang sangat begitu horor. Seseorang dengan kepala yang dibungkus dengan sebuah kain terikat dengan posisi telungkup di atas sebuah rel kereta api. Sementara dari arah kejauhan tampak kereta api yang sebentar lagi akan melintas.

Astaga, sebenarnya aku ada dimana sekarang?

Harriet masih mencoba untuk mengenali dimana ia sekarang, tapi tidak bisa karena tempat itu benar-benar sangat asing menurutnya. Harriet melipat cermin diatas kepalanya karena ia tidak ingin melihat kejadian mengerikan yang terjadi sebentar lagi itu. Ingin menolong pun tidak bisa karena ia sendiri tidak bisa keluar dari mobilnya.

Dalam keputus-asaannya itu, terdengarlah suara teriakan kesakitan serta mesin dari kereta api yang melintas tidak jauh dari belakang mobilnya. Suaranya terdengar mengerikan hingga membuat bulu kuduk berdiri. Harriet merinding sepenuhnya. Ia membayangkan betapa menyakitkannya meninggal dengan cara yang menyiksa seperti itu. Kemudian dalam pengharapannya demi bisa keluar dari situ, tiba-tiba sesuatu yang keras menimpa atap mobilnya. Harriet terkejut dan nyaris mengumpat. Namun sesaat kemudian ia hanya bisa membekap mulutnya menahan jeritan yang keluar dari mulutnya.

Darah mengalir dari kaca depan sampai membuat kabur penglihatan. Tubuh Harriet menggigil di buatnya. Untuk pertama kalinya ia dilanda kecemasan dan ketakutan dengan apa yang dihadapinya saat ini. Ia lalu menutup mata dengan erat karena tidak ingin melihat apa yang ada di depannya.

Kemudian dalam keadaan yang semakin membuat dirinya dilanda ketakutan yang amat sangat, Harriet mendengar adanya dentang jam seperti yang ada di rumahnya. Lambut laun perasaan takut Harriet berangsur berkurang dan ia mulai membuka mata kembali.

Saat Harriet membuka matanya, ia tidak lagi sedang berada di dalam mobil yang tidak bisa keluar. Harriet justru terbaring di lantai dekat jam besar yang ada di rumahnya. Ketika ia membuka mata pun jamnya masih berdentang dengan tiga dentang terakhir yang menunjukan bahwa sekarang sudah pukul 12 tepat tengah malam. Harriet mulai kebingungan karena beberapa saat yang lalu ia benar-benar nyata berada di dalam mobilnya, bahkan ia berjalan menuju ke mobilnya pun ingat betul dan nyata kesadarannya bahwa ia benar disitu tadi. Tapi kenapa sekarang ia malah kembali berada di ruang tamunya? Bahkan tiduran telungkup di depan jam dinding besarnya. Harriet juga sadar bahwa yang terjadi tadi adalah hal yang untuk pertama kalinya dirinya dibuat menggigil dalam ketakutan. Tapi ada yang aneh, terlepas dari semua itu, kini perasaan Harriet seakan merasa puas dan lega. Meskipun ia tidak tahu pasti penyebabnya apa, tapi yang pasti rasa haus yang bukan menginginkan minum air itu seakan terobati begitu saja. Maksudnya seperti Harriet yang baru saja minum air setelah perjalanan panjang dan jauh, tapi bukan air dalam artian sebenarnya. Ah, pokoknya seperti itu.

Kepala Harriet benar-benar semakin dibuat kusut dengan peristiwa aneh yang dialaminya. Rasa lapar muncul mendominasi sakit di kepalanya. Harriet lalu pergi ke dapur dan membuat makanan dengan porsi untuk 4 orang. Rasanya ia seperti sudah lama tidak makan.

Satu jam setelah selesai makan, Harriet menuju kamarnya dan menemukan laptop usang itu berada di atas kasurnya. Harriet masih tidak beranjak dari ambang pintu dan masih memperhatikan laptop yang terbuka dengan posisi yang membelakanginya itu. Kamar Harriet tidak begitu terang, hanya penerangan dari lampu thumblr yang dibuat tidak berkedip sebagai satu satunya sumber cahaya di kamarnya. Otomatis sudut sudut kamarnya itu agak begitu gelap. Harriet memperhatikan itu karena ia pikir mungkin saja ada orang berdiri bersembunyi dalam gelap. Lumayan lama Harriet melakukan itu tapi tidak ada yang bergerak sama sekali di sana. Ia juga memperhatikan pada laptop itu yang masih betah di atas ranjangnya seakan memang sengaja menunggu Harriet mendekat demi membaca ketikan yang dibuat Harriet dalam ketidak sadarannya itu.

Harriet akhirnya menyerah dan masuk ke kamarnya lalu menutup pintu. Sesaat ia menyalakan lampu utama kamarnya, Harriet bukan lagi sedang menjadi dirinya. Ia lalu mengangkat laptop itu kemudian memangkunya. Detik berikutnya Harriet sibuk mengetikan sesuatu di dalamnya hingga ia merasakan kantuk yang amat sangat lalu tertidur.

Esok pagi, ketika Harriet membuka matanya, ia sudah berada dalam posisi yang sangat nyaman didalam selimutnya. Seperti dugaannya, laptop itu menghilang ketika ia mencarinya. Harriet menatap langit-langit kamarnya sembari berpikir.

"Gue mau makan sup bayi." sesaat Harriet berucap begitu ia terlonjak dari tidurannya. Ia tidak habis pikir kenapa ia bisa berbicara seperti itu.

"Tidak! Ini pasti hanya halusinasiku saja. Sinting, mana mungkin aku ingin memakan hal yang tidak wajar seperti itu. Lebih enak juga indomie." kata Harriet menggeleng dengan keras dan melawan apa yang pikirannya sudah lanturkan kesana kemari dengan penuh kenegatifan.

Harriet kemudian pergi mandi. Ia pikir sudah cukup lama ia tidak lagi pergi berlatih menari. Harriet pun memutuskan untuk keluar hari ini. Ia sengaja mengabaikan laptop yang kini sudah lagi ada di atas lemari samping ranjangnya. Setelah mengoleskan make up yang tipis dan menata rambutnya, Harriet pergi dengan menaiki sepedanya. Kejadian aneh yang dialaminya semalam membuat Harriet merasa enggan menggunakan mobilnya.

Sesampainya di gedung tari, beberapa orang ternyata sudah ada disana. Harriet sudah datang di jam biasa ia datang yang mana biasanya hanya ada dirinya dan mendiang Ava yang tiba lebih dulu di sana. Tapi hari ini sudah ada sekitar 8 atau 7 orang yang ada di sana. Harriet mencoba menyapa mereka dengan tersenyum, tapi ia justru dibalas dengan tidak bagus. Pandangan mereka seperti mencemooh. Kalau dipikir pikir, mereka semua bukanlah orang yang biasa Harriet lihat di gedung tari. Apa mereka orang baru? Pikirnya. Harriet tidak mau repot memikirnya. Sesaat meletakan ranselnya, Harriet mulai menari dengan gerakan yang tempo hari sempat ia pelajari bersama pelatihnya.

Harriet menari tidak fokus. Beberapa kejadian yang dialaminya menimpa ingatan koreo dalam kepalanya. Beberapa anak yang memperhatikannya mendecih karena Harriet terlihat seperti anak yang baru bisa menari. Semua itu terlihat jelas dari pantulan cermin di depannya.

"Kalau tidak bisa menari, tuh, nggak usah sok-sokan menari sendirian. Mending jadi badut saja sana, lumayan jogetannya bisa menghasilkan uang." sindir salah satu dari mereka ke Harriet. Harriet hanya mendengar dan kembali coba mengingat tapi lagi-lagi ingatan dikepalanya seperti saling bertabrakan. Karena sudah kelelahan juga, Harriet pun mengentikan tariannya. Ia lalu pergi mengambil minuman yang disediakan gratis berada dalam kulkas. Kebetulan letak kulkasnya itu berada bersampingan dengan kumpulan anak-anak yang tadi mencibirnya.

"Percuma badan bagus kalau gerakannya kaku kayak robot, hahaha." kata salah satu dari mereka yang membuat temannya yang lain ikut tertawa.

Harriet mendengar sembari berpikir dimana letak kelucuan dari ucapan si anak itu.

"Kalian akan mati." ucap Harriet dengan pelan.

Entah anak-anak itu mendengarnya atau tidak, mereka hanya menertawakan Harriet begitu saja seolah mengejek persis di depan mata.

Sedang Harriet masih membingung di tempatnya karena ia merasa bukan dirinya yang bicara begitu. Harriet jadi teringat dengan isi laptop yang ia abaikan pagi ini. Kira-kira isinya apa ya?