"Sayang bangun yuk! Udah pagi nih" ujar Iris -sang mama.
Lauren yang mendengar suara Iris pun mengeliat pelan dan membuka matanya menatap sang mama dengan senyum tipis.
"Iya ma! Lau mau mandi dulu" ujar Lauren melangkah ke arah kamar mandi.
Tak memerlukan waktu yang banyak, kini Lauren sudah siap dengan seragamnya. Dengan gerakan cepat ia memakai sepatunya dan menyambar tas punggungnya.
Ia berlari kecil menuruni anak tangga. Ia berjalan ke arah meja makan dan mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan.
"Pagi ma pa" sapa Lauren yang dibalas senyuman pada kedua orang tuanya.
"Pagi kak Allan" sapa Lauren pada Allan.
"Wih udah wangi!" Puji Allan yang membuat Lauren tersenyum tipis.
"Dimakan sayang! Bentar lagi mau berangkat" ujar David -sang papa.
Lauren mengangguk dan mulai memakan sarapannya dengan tenang.
Lagi lagi Lauren menatap David yang berdiri sembari membersihkan mulutnya dengan tisu.
"Papa duluan ya! Ada meeting" ujar David.
"Hati hati pa" peringat Iris yang diangguki oleh David.
Seperginya David membuat ketiganya terdiam. Mereka sibuk dengan kegiatan masing masing.
Dddrrrttt dddrrrttt
Lauren mengalihkan pandangannya ke arah ponsel Allan yang berdering. Ia menatap punggung Allan yang menjauh untuk mengangkat telfon.
Tak berapa lama, Allan kembali dan mengambil tas punggungnya. Ia menatap panik Lauren yang juga sedang menatapnya.
"Kenapa kak?" Tanya Lauren.
"Maaf dek! Kakak harus pergi sekarang, ada masalah di osis" ujar Allan.
"Terus Lauren pergi bareng siapa?" Tanya Lauren dengan kesal.
Allan tersenyum tipis, "kakak udah hubungin temen kakak yang satu sekolah sama kamu! Bentar lagi dia nyampe kok. Kakak duluan ya"
Lauren yang mendengarnya hanya mengangguk pelan.
"Ma, Allan pergi dulu ya" pamit Allan menyalim punggung tangan Iris.
"Hati hati Lan" ujar Iris yang diangguki oleh Allan.
Dengan langkah pelan Lauren berdiri dan menyambar tas punggungnya. Ia ikut menyalim pada Iris.
"Lauren berangkat ya ma" pamit Lauren dan langsung berlari kecil keluar rumah.
Ia menatap cowok yang berada di depan rumahnya. Cowok itu menunduk sembari memainkan ponselnya.
"Lo temennya kak Allan?" Tanya Lauren mendekati cowok itu.
Tapi sedetik kemudian Lauren menghentikan langkahnya dan membelalakkan matanya. Ia terkejut kala cowok itu mendongak dan menatap dirinya.
"Kak Daren?!" Kaget Lauren yang di balas tatapan dingin dari cowok itu.
"Kak Daren ngapain disini?" Tanya Lauren berdiri di depan Daren.
"Lo udah tau dari Allan kan?!" Ujar Daren dengan nada datarnya.
Mendengar hal itu Lauren mendelik kesal pada Daren.
"Lo gak mau naik? Yaudah gue tinggal" celetuk Daren hendak melajukan motornya sebelum Lauren berbicara dengan cepat.
"Iya iya! Aku ikut" kesal Lauren menaiki motor Daren.
"Galak banget" gumam Lauren yang masih dapat di dengan oleh Daren.
Tanpa mempedulikan perkataan Lauren, dengan cepat Daren melajukan motornya hingga sampai di sekolah.
Daren memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Lauren turun dari motor yang diikuti oleh Daren.
"Woi Daren!" Panggil Alex dari kejauhan.
"Widih bawa cewek nih," goda Leo yang di balas putaran mata malas dari Daren.
"Lo temennya Freya kan?" Tanya Saga yang diangguki oleh Lauren.
"Ren! Kok bisa bareng sama temennya Freya?" Tanya Sean dengan penasaran.
"Allan nelfon gue suruh jemput adeknya!" Ujar Daren seadanya.
"Kalo nih cewek sih kenapa enggak gue aja yang di telfon Allan!" Celetuk Alvin yang membuat Elan menjitak dahinya.
"Cewek mulu! Nayra kapan lo jedor?!" Ledek Elan yang membuat Alvin mendelik padanya.
"Kuy kelas lah" ajak Alex yang diangguki oleh keenamnya.
"Eh siapa nama lo?" Tanya Leo pada Lauren.
Dengan takut takut, Lauren mulai membuka mulutnya.
"Lauren kak" jawab Lauren dengan lirih.
"Lo ikut kita aja, sekalian lewat kelas lo kan" ujar Leo yang di hadiahkan gelengan oleh Lauren.
"Gak usah kak. Aku sendiri aja" tolak Lauren yang membuat Daren memiringkan senyumnya.
"Lo harusnya bersyukur di tawarin jalan bareng sama Leo walaupun cuman ke kelas" ujar Daren menyombong yang membuat Lauren menatapnya kesal.
"Kakak punya masalah apasih sama aku?!" Kesal Lauren.
"Gue gak punya masalah! Tapi lo yang mulai masalah Lauren. Banyak cewek cewek yang mau jalan bareng kita dan harusnya lo merasa terhormat karena di ajak langsung sama Leo" sombong Daren yang membuat Lauren bersedekap dada dan menatap Daren dengan sombong.
"Sayang ya cewek cewek disini harus periksa ke dokter mata biar tau mana yang pantes dibanggain sama yang gak pantes dibanggain. Dan satu lagi, aku bukan kayak cewek cewek lain yang bakal teriak teriak di ajak jalan sama cowok famous di depan" ujar Lauren meninggalkan ketujuhnya dengan sedikit menyenggol pundak Daren menggunakan pundaknya.
Sedangkan Daren yang mendengarnya hanya diam dan mengepalkan tangannya.
Ia membalikkan badannya dan menatap Lauren dengan senyum miringnya. Ia berjalan cepat ke arah Lauren dan dengan gerakan tiba tiba ia merangkul Luaren erat.
Sedangkan keenam temannya yang melihat hal itu membelalakkan matanya dan mengikuti Daren dari belakang.
Mendapat gerakan mendadak dari Daren, Lauren terkejut dan menatap Daren kesal. Ia mencoba melepas rangkulan Daren yang malah membuat Daren mempererat rangkulannya.
"Lepas kak" gumam Lauren menatap Daren kesal.
Lauren mengalihkan pandangannya pada siswi siswi yang menatap mereka dengan berbagai desas desus.
Ia kembali menatap Daren yang sedang menatap Lauren dengan senyuman miringnya.
"Lepas gak?!" Kesal Lauren yang membuat Daren menggedikkan bahunya dan meluruskan pandangannya.
"Enak gak jalan sama anak famous?" Ledek Daren yang membuat Lauren kembali menatapnya geram.
"Selama anak pamousnya kak Daren gak ada yang enak" jawab Lauren.
"Tapi sekarang lo lagi jalan sama gue" balas Daren dengan santai.
"Kak Daren yang dateng bukan aku" balas Lauren tak mau kalah.
Daren menghentikan langkahnya yang membuat Lauren mau tak mau menghentikan langkahnya. Daren menatap manik Lauren dan mendekatkan wajahnya ke arah samping wajah Lauren.
Melihat hal itu Lauren membeku dan menutup matanya rapat rapat. Ia menahan nafasnya saat Daren mendekatkan wajahnya.
Dengan senyum miring, Daren membisikkan sesuatu pada Lauren.
"Jangankan jalan, nanti lo bakal peluk gue erat erat Lauren!" Bisik Daren yang membuat Lauren membuka matanya dan menatap wajah Daren yang masih sangat dekat dengan wajahnya.
Ia mendorong tubuh Daren agar menjauh darinya. Ia menatap Daren dengan tatapan tajam.
"Gak akan pernah!" Balas Lauren yang di hadiahkan gedikan bahu oleh Daren.
Lauren menatap punggung Daren yang semakin menajauh dengan tatapan tajam. Ia mengepalkan tangannya kesal.
"Gue gak akan pernah suka sama lo kak! Liat aja," gumam Lauren.
Dengan perasaan kesal, Lauren berjalan ke arah kelas dengan menghentakkan kakinya.