Chereads / The School of Darkness (Reborn) / Chapter 7 - Chapter 6

Chapter 7 - Chapter 6

Pernahkah kalian mendengar SMA Akatsuki di Tachikawa?

Sekolah terkenal yang menyimpan banyak kenangan yang mengerikan selama bertahun-tahun dan dimulai dengan kematian seorang siswa 24 tahun yang lalu di SMA Akatsuki, Hoshikawa Riki. Mayatnya dibuang ke perpustakaan lama dan hidup sebagai vampire buatan selama 24 tahun. Penyebabnya dibunuh dengan racun kimia yang menyerupai racun vampire.

Lalu, keberadaan siswi pindahan yang bernama Sakumora Lenka akan mengundang bahaya?

Jawabannya belum pasti. Keberadaan gadis yang bernama Sakumora Lenka tersebut belum bisa dikatakan mengundang bahaya, kecuali berinteraksi dengan Hoshikawa Riki. Gadis itu telah melanggar aturan sekolah tentang orang yang dianggap terkutuk tersebut. Dan lebih parah lagi, 4 orang siswa yang selama ini terikat dengan peraturan khusus SMA Akatsuki mulai mengikuti jejak Lenka. Bencana kegelapan SMA Akatsuki sudah dimulai dan satu per satu meninggal dengan kondisi mengenaskan. Miris bukan?

Apakah ada hal lain yang akan menimpa SMA Akatsuki mengingat 5 orang siswa telah melanggar aturan selain pembunuhan acak?

Kurang tahu pasti, namun yang jelas nyawa Lenka dalam bahaya dan jika hal itu terjadi, maka kegelapan SMA Akatsuki ini akan semakin parah. Seseorang harus menghentikannya..... kumohon....

"Tidurlah, Lenka. Ini sudah malam dan kau perlu istirahat."

"Tidak perlu, Hoshikawa-san. Aku baik-baik saja."

Seorang gadis bersurai coklat panjang tersebut tengah mencari data tentang kejadian buruk yang berkaitan dengan kejadian 24 tahun yang lalu. Pemuda bersurai hitam tersebut hanya menghela nafas sejenak sambil menulis buku bersampul usang tersebut.

"Lenka, kau harus ugh.... "

Pemuda tersebut lagi-lagi kehilangan kendali atas dirinya. Manik merahnya mulai menyala dan melirik  ke arah Lenka yang tengah mencari informasi tersebut "Le-Lenka.... "

"Ada apa, Hoshikawa-san?"

Syut!!!

Grap!!!

Bruk!!!

Keduanya terjatuh dengan Lenka berada di bawah. Pemuda yang bernama Riki tersebut mengarahkan wajah pucatnya ke leher gadis tersebut dan menancapkan taringnya ke leher Lenka.

Gluk gluk gluk....

"Ukh.... Hoshikawa-san.... "

Riki tidak bergeming dan melanjutkan aktifitasnya dengan cukup sensual. Setelah selesai, dia menjilati leher Lenka dan mulai menyingkir. Gadis bersurai coklat tersebut hanya diam saja.

"Aku tidak mau kau terbunuh karena diriku."

"Begitu ya.... "

Manik biru safir milik Lenka menatap tingkah laku Riki sejenaksejenak, lalu kembali mencari data tentang misteri SMA Akatsuki 24 tahun yang lalu, sedangkan Riki hanya diam saja sambil menulis bukunya.

Duak!!!

"Aww.... "

"Kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja."  Manik biru safir milik gadis tersebut menatap buku yang nyaris membuatnya mengalami amnesia "Hoshikawa-san, bukankah buku ini milikmu?"

"Yang mana?"

"Yang sampulnya biru beludru." Lenka menunjukkan buku yang bersampul biru tersebut pada pemuda bersurai hitam tersebut.

Manik merah milik Riki langsung membulat sempurna melihat buku yang dibawa Lenka "Dapat dari mana buku itu?"

"Dari atas rak itu. Nyaris membuat kepalaku benjol."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"Buku ini bukan milikku, Lenka. Buku ini sepertinya sudah lama di sini sebelum aku meninggal."

"Berarti buku ini.... "

"Milik Runa yang hilang 24 tahun yang lalu." Riki mencoba mengingat kembali apa yang hilang lama sekali.

Lenka menatap buku yang dipegangnya sejenak. Pikirannya mulai berjalan dengan tidak sempurna. Riki menyebut nama Runa? Siapa gadis itu? Pikirannya terus berputar untuk mencari jawabannya.

"Kita bisa menemukan petunjuk dari buku itu."

"Ya."

Groar!!!

Groar!!!

Sepasang telinga milik pemuda berparas pucat tersebut menangkap suara-suara yang tidak asing baginya dan menyembunyikan Lenka agar gadis tersebut tidak tertangkap.

"Ho-Hoshikawa-san.... "

"Sst.... diamlah, Lenka. Mereka mengincarmu."

Lenka hanya diam saja dan mereka berdua bersembunyi hingga keadaan kembali normal. Saat Riki melirik ke arah Lenka untuk memastikan gadis tersebut selamat, Lenka malah tertidur pulas karena kelelahan.

"Tidurlah, Lenka. Kau pasti akan mendapatkan kebahagiaan suatu saat nanti."

Dan semuanya menjadi gelap....

****

Ciap ciap ciap....

"Umm.... "

Manik biru safir milik Lenka menampakkan diri dan mendapati dirinya berada di dalam kamarnya. Bukankah kemarin dia ada di perpustakaan lama bersama Riki? Mungkin hanya mimpi belaka.

"Pokoknya aku harus mencari tahu tentang SMA Akatsuki."

****

Senin telah tiba. Lenka memasuki gedung SMA Akatsuki dengan tenang. Saat berada di koridor, tiba-tiba sesosok bayangan hitam datang dari arah yang berlawanan dan bayangan tersebut mengarah pada gadis bersurai coklat tersebut. Menyadari adanya bahaya yang menyerangnya, gadis tersebut berlari sekencang mungkin ke arah yang berlawanan dan memutar.

Drap drap drap....

Dia melewati lorong yang tidak terpakai karena lorong tersebut sumber para hantu tinggal. Dengan cepat, Lenka langsung tancap gadis menuju kelasnya, yaitu kelas 2-4.

"Jangan ganggu aku!! Enyahlah dariku!!!"

["Kau tidak bisa lari dariku, Sakumora Lenka."]

"Masa bodoh dengan ucapanmu!!!"

Dan langkah kaki gadis bersurai coklat tersebut menjauh dari bayangan hitam tersebut....

****

Grak!!!

Bruk!!!

Lenka membanting pintu kelas 2-4 dan nafasnya terengah-engah. Gadis bersurai hitam sebahu yang tengah mengerjakan tugas piketnya tersebut menatap temannya seperti dikejar hantu.

"Lenka-san, ada apa?"

"Aozora-san, tolong aku.... "

"Eh? Katakan padaku, ada apa denganmu?"

Lenka menelan ludahnya dan mulai membuka mulutnya "Aku dikejar bayangan hitam."

"I-itu gawat, Lenka-san. Riki-san harus mengetahuinya."

Sebelum Lenka menjawabnya, ruang kelas 2-4 berguncang hebat seperti adanya gempa bumi. Mereka mulai melarikan diri, namun meja dan kursi yang roboh menghalangi langkah mereka. Seperti dihipnotis, mereka berdua pingsan dan suasana kembali normal.

"Hei, Lenka dan Saori pingsan!!! Bantu bawa mereka ke ruang kesehatan!!!"

"Ayo, ayo."

Mereka berdua dibopong berbondong-bondong ke ruang kesehatan dan semua menjadi gelap....

****

"Umm.... "

Lenka membuka matanya dan mendapati  pemuda bersurai biru tengah menunggu mereka sadar. Di saat yang sama-sama, gadis yang ikut pingsan bersamanya tersebut juga tersadar.

"Lenka, Saori, apa yang terjadi pada kalian?"

"Entahlah, Mamoru-san. Tiba-tiba kelas terguncang seperti gempa bumi dan kami tidak sadarkan diri." Saori menjelaskan apa yang terjadi pada mereka dan diikuti anggukan oleh gadis bersurai coklat tersebut.

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"Ini tidak masuk akal." Mamoru mulai berpikir dengan apa yang telah terjadi pada kedua temannya "Tidak ada peringatan tentang gempa bumi di Tachikawa selama ini."

Saori teringat ucapan Lenka sebelum guncangan terjadi "Lenka-san bilang kalau dia dikejar oleh bayangan hitam, Mamoru-san."

"Bayangan hitam?"

"Iya, Aonuma-san." Lenka menjawabnya dengan tatapan ngeri "Apa jangan-jangan.... "

Mamoru dan Saori saling berpandangan dan mulai paham dengan perkataan Lenka. Manik biru safir milik Lenka mulai membulat sempurna karena ternyata ucapan Riki ada benarnya.

Brak!!!

"Aaaaa!!!"

Sepasang telinga mereka bertiga menangkap sebuah suara jeritan yang cukup memekakkan telinga. Dengan cepat, mereka melesat menuju ke sumber suara tersebut.

"Ada apa?? Apa yang terjadi??"

Gadis berkacamata tersebut memojokkan diri di ujung ruang guru sambil menunjuk ke arah seorang wanita yang duduk di kursi ruang guru. Guru yang mengetahui ketakutan tersebut memberanikan diri untuk melihat wanita tersebut. Setelah dilihat, wanita tersebut sangat hampa. Kedua bola matanya menghilang hingga keluar banyak darah, lehernya ditemukan banyak luka sayatan yang hampir membuat kepala putus, mulutnya menganga dan lidahnya menghilang dan banyak luka tusukan di bagian dada wanita tersebut hingga terlihat tulang rusuknya.

"Astaga, ini benar\-benar biadab."

"Kalian semua bubar!!! Biar kami yang menangani ini."

Para siswa yang melihat kejadian nahas tersebut langsung membubarkan diri meskipun sebagian besar merasa mual dengan kejadian barusan tak terkecuali Lenka, Mamoru dan Saori.

"Sebaiknya kita temui Riki dan menceritakan kejadian ini."

"Ya."

Dan mereka bertiga pergi ke perpustakaan lama untuk menceritakan apa yang terjadi pagi ini....

****

Tok tok tok....

("Siapa?")

"Ini kami, Lenka, Saori dan Mamoru."

Grak!!!

Pintu tersebut terbuka dengan lebar dan mereka bertiga masuk. Ruangan perpustakaan lama kosong dan tidak ada jejak Riki sama sekali. Manik biru safir milik Lenka menatap khawatir vampire satu ini.

"Hoshikawa-san, di mana kau??"

"Riki!!!"

"Riki-san!!!"

"Awas!!!"

Beberapa kaca jendela yang terhubung dengan luar pecah. Mamoru dan Saori langsung mundur keluar ruangan sedangkan Lenka tidak bergerak. Kaki\-kaki mungilnya seperti terikat sesuatu.

"Lenka!!!"

"Lenka-san!!!"

"Aaaa!!!"

Tubuh Lenka dipeluk oleh tangan kekar dan pecahan-pecahan kaca tersebut tidak mengenainya, melainkan mengenai punggung pemuda bersurai hitam dengan jaket khasnya.

"Hoshikawa-san?"