Chereads / The School of Darkness (Reborn) / Chapter 8 - Chapter 7

Chapter 8 - Chapter 7

"Aku sudah bilang untuk mundur dari sini, Lenka."

Pemuda tersebut melepaskan pelukannya dan menatap manik biru safir Lenka dengan manik merahnya "Di sini terlalu berbahaya untukmu."

"Riki, jangan lupa kita di sini."

"Aku tahu, Mamoru."

Riki melepaskan pelukannya dan menatap mereka bertiga "Apa ada.kejadian buruk di sana? Katakan padaku."

"Tapi, lukamu.... "

"Tidak apa-apa. Aku masih bisa bertahan."

"Baiklah."

****

"Begitu ya. Ternyata Iblis telah menampakkan dirinya dan sekarang semakin parah."

"Lalu, apa yang kita lakukan?"

Riki bangkit dari kursinya dan menatap jendela yang terhubung dengan dunia luar "Sudah saatnya aku menampakkan diri."

"Tapi, Hoshikawa-san. Kau bisa terbakar matahari." Lenka khawatir dengan kondisi Riki yang sekarang.

"Itu sudah resiko yang harus kuhadapi, Lenka. Meskipun sebenarnya aku tidak mau mati dengan cara ini."

"Kenapa tidak kau coba memulai hidup baru, Riki-san? Setiap makhluk di Bumi ini mendapatkan kesempatan kedua."

"Hmmm.... "

Crash!!!

Groar!!!

Drap drap drap....

"Semuanya, ada pembunuhan massal!!!" Rinto dan Misaki memasuki ruangan perpustakaan lama dengan raut wajah panik dan horor.

"Pembunuhan massal?"

"Aish, lihat di koridor dekat lorong yang tak terpakai itu."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"Tunggu sebentar, Rinto." Mamoru menyanggah ucapan Rinto "Apa kalian tidak menyadari ada yang janggal di sini?"

"Ada yang janggal?"

"Kejadian-kejadian yang kita alami tidak pernah berada di depan ruangan ini."

Riki menghela nafas sejenak dan mengiyakan ucapan Mamoru "Mamoru benar. Memang belum pernah ada kejadian di depan tempat aku dibuang ini. Kurasa dalangnya mengetahui aku masih hidup meskipun berakhir seperti ini. Sang Iblis tengah mencari Lenka untuk menambah ritual keabadian yang dilakukan 24 tahun yang lalu."

Jeda sejenak....

"Dengan kata lain, jika itu terjadi.... maka kematian di Tachikawa semakin parah."

Mereka berlima langsung diam seribu bahasa. Kejanggalan atas kegelapan yang terjadi akhir-akhir ini akhirnya terjawab. Dalangnya masih berkeliaran di Tachikawa dan merekalah harus mengakhirinya.

Crash!!!

Crash!!!

"Aaaa!!!"

Langkah kaki mereka berenam tertarik ke luar perpustakaan lama untuk menyelamatkan para penghuni SMA Akatsuki yang tersisa.

"Rinto dan Misaki, cari di sebelah kanan. Siapapun yang selamat, bawa keluar dari sekolah ini. Mamoru dan Saori, cari di sebelah kiri. Aku dan Lenka ke utara." Riki memberikan instruksi untuk berfokus pada penyelamatan para  warga sekolah yang masih hidup.

"Baik."

Dan mereka berpencar untuk fokus penyelamatan....

****

Rinto x Misaki....

Drap drap drap....

Syut!!!

Rinto menahan gerakannya dan menarik Misaki ke depan tombol alarm manual. Dengan tendangan kuat dari Rinto, tombol alarm darurat dinyalakan.

Tring!!!

Tring!!!

Para penghuni SMA Akatsuki yang berada di dalam kelas langsung melarikan diri. Misaki mengangguk paham dengan apa yang dilakukan Rinto

"Wah, ternyata kau tahu cara membuat mereka keluar dari sekolah, Rinto-kun. Aku tidak tahu kau senekat itu."

"Lupakan saja, Yuzunashi. Kita harus bergegas."

"Benar juga."

Mereka berdua langsung berlari mencari siswa maupun guru yang masih terjebak di dalam sekolah....

****

Mamoru x Saori....

Kriing!!!

Kriing!!!

Bel alarm darurat sudah berbunyi dan banyak yang berhamburan keluar kelas. Mamoru menatap banyak orang yang mengevakuasikan diri ke tempat yang aman.

"Ayo, Saori."

"I-iya, Mamoru-san."

Crash!!!

Crash!!!

"Aaa!!!"

Saori menjerit ketakutan melihat pemandangan yang mengerikan. Banyak siswa yang saling membunuh untuk mendapatkan jawaban yang pasti. Mamoru memeluk kepala Saori sambil menatap horor pemandangan tersebut.

"Mereka terhipnotis, Saori."

"Apa yang harus kita lakukan, Mamoru-san?"

"Sebaiknya kita pergi dari sini."

Syut!!!

Sebilah pisau melesat ke arah mereka dengan cepat. Mamoru langsung menundukkan kepala Saori dan dirinya hingga meleset ke arah dinding koridor.

"Ma-Mamoru-san.... "

"Kita harus cepat, Saori." Mamoru menarik tangan Saori untuk melarikan diri. Saori mengangguk dan mereka berduapun melarikan diri untuk mencari jarak aman.

****

Riki x Lenka....

Drap drap drap....

"Seharusnya mereka sudah dievakuasi, Hoshikawa-san."

"Memang."

Crash!!!

Crash!!!

Langkah mereka berdua terhenti dan dua pasang manik yang berbeda warna tersebut menatap horor pemandangan penuh darah. Manik merah milik Riki menyala dan menutup mulutnya sendiri, sedangkan Lenka mulai histeris.

Tap tap tap....

Dua pasang telinga menangkap langkah kaki seseorang di tengah mayat yang bersimbah darah. Lenka dan Riki menatap sosok tersebut dengan tatapan waspada.

"Ck!!! Kau lagi!!!"

"Siapa dia, Hoshikawa-san?" Lenka melirik ke arah Riki yang sepertinya siaga.

"Kuroya Tanaka, orang yang menyebabkan aku menjadi vampire."

"Ta-tapi, dia bukan vampire, Hoshikawa-san!!!"

"Racun kimia yang menyerupai racun vampire."

Manik biru safir milik Lenka langsung membulat sempurna mendengar jawaban Riki, lalu menatap ke arah sosok tersebut. Seorang pria berjas putih dan dadanya berlubang akibat tembakan  peluru tersebut.

"Wah, wah, kelinci percobaanku masih bertahan. Padahal racun itu level tinggi lho."

"Sial, kau bekerja sama dengan Amano untuk menghabisiku."

"Dan buktinya, aku malah ditangkap dan ditembak mati."

Lenka tidak habis pikir dengan masa lalu ayahnya. Hoshikawa Riki, pemuda yang telah meninggal 24 tahun yang lalu dan Kuroya Tanaka, seseorang yang diduga telah mengubah hidup Hoshikawa Riki. Masa lalu ayahnya benar-benar lucu.

"Baguslah kalau begitu."

"Hoshikawa-san, ini bukan saatnya untuk berdebat." Lenka memperingatkan Riki.

"Aha, gadis ini yang menjadi korban ritual itu ya? Aku bisa menolong kalian."

Riki terus menahan Lenka untuk berbicara lebih lanjut. Pria tersebut hanya terkekeh melihat reaksi Riki yang sepertinya sudah menaruh curiga padanya.

"Wah, wah, rupanya kau masih tidak rela Amano merampas hidupmu setelah mati."

"Bukan urusanmu, Kuroya Tanaka."

"Hahaha.... " Dan pria tersebut mulai menghilang "Cari saja jawaban untuk menghentikan rencana Amano."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

Groar!!!

Groar!!!

"Sebaiknya kita kembali sebelum semua terlambat, Hoshikawa-san. Kita harus persiapkan semuanya untuk mencegah hal itu." Lenka berusaha menenangkan Riki yang hampir tidak bisa mengendalikan emosinya sendiri.

"Hmmm.... ya, Lenka. Ayo kita kembali."

Dan mereka berduapun pergi meninggalkan tempat tersebut....

****

Tap tap tap....

"Syukurlah kalian selamat, Riki-san, Lenka-san."

"Rinto dan Misaki sudah menelepon kita dan mereka berdua selamat bersama sisa-sisa penghuni SMA Akatsuki."

"Syukurlah kalau begitu."

Riki duduk di kursi dan menatap ketiga teman manusianya tersebut dengan manik merahnya "Lenka, Mamoru, Saori, sudah terbukti kan bahwa bukan aku pelakunya?"

"Ya, semua ini tidak ada kaitannya denganmu, Riki. Kami sudah mengetahuinya." Mamoru akhirnya mengakui kejanggalan di balik kejadian-kejadian yang semakin lama, semakin menjadi-jadi "Sudah saatnya kita bersihkan namamu."

"Aonuma-san.... "

"Mamoru-san benar, Riki-san. Aku ingin membuka kedok kejadian yang menewaskan banyak orang ini."

"Aozora-san.... "

Riki hanya mengangguk paham dengan apa yang tengah terjadi saat ini dan bersyukur karena masih ada yang percaya padanya "Baiklah, teman-teman. Ayo kita akhiri semua ini."