Chereads / The School of Darkness (Reborn) / Chapter 6 - Chapter 5

Chapter 6 - Chapter 5

SMA Akatsuki, Koridor Sekolah....

"Nah, Lenka, ini adalah dua orang yang akan membantu kita dalam masalah ini, Kageyama Rinto dan Yuzunashi Misaki." Mamoru memperkenalkan pemuda bersurai hijau dan gadis bersurai perak tersebut pada Lenka.

"Sa-salam kenal, Kageyama-san, Yuzunashi-san. Namaku Sakumora Lenka, murid pindahan dari Tokyo." Lenka terlihat gugup berhadapan dengan 2 orang yang bernama Rinto dan Misaki tersebut.

"Salam kenal, Sakumora. Semoga kita bisa akrab."

"Ya."

Rinto mengalihkan pandangannya ke arah Mamoru dan Saori "Kita mulai dari mana, Aonuma, Aozora?"

"Dari perpustakaan baru, Rinto-san. Di sana banyak informasi yang berkaitan dengan kejadian 24 tahun yang lalu."

"Yosh, tunggu apa lagi." Misaki terlihat tidak sabaran "Kita pergi sekarang juga."

"Yuzunashi benar. Ayo."

Dan kelima remaja tersebut pergi meninggalkan koridor menuju perpustakaan baru....

****

SMA Akatsuki, Perpustakaan Baru....

Sesampainya di perpustakaan, mereka berlima langsung mencari di seluruh rak buku. Mereka mencari buku-buku yang bisa dijadikan petunjuk untuk memecahkan misteri yang berkaitan dengan SMA Akatsuki.

Bruk!!!

"Aduh.... " Tiba-tiba kepala Lenka terantuk sebuah buku tebal berwarna coklat usang. Lalu, manik biru safir miliknya menatap buku tersebut "Kelas 2-4 SMA Akatsuki, Tahun 1986-1987."

Hening sejenak....

Diambilnya buku tersebut dan diapun melangkahkan kakinya ke arah teman-temannya "Teman-teman, aku menemukan sebuah buku!!!"

"Bagus, Lenka." Mamoru memuji kecepatan Lenka dalam mencari barang.

"Nah, kita periksa buku yang ditemukan Lenka-chan." Misaki mengusulkan agar buku tersebut diperiksa.

"Misaki-san benar, teman-teman."

Buku tersebut di bawa ke arah meja baca. Mereka berlima berkumpul untuk mengetahui isi buku tebal bersampul usang tersebut. Mereka membuka buku tersebut selembar demi selembar. Manik milik mereka berlima menatap foto seorang pemuda bersurai hitam dan bermanik biru safir.

"Hoshikawa Riki, 2-4, 17 tahun. Siswa berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik. Memiliki indra keenam, namun sejak kematian kekasihnya Kanzaki Runa, dia tidak pernah menggunakannya. Dia diduga meninggal karena racun kimia, namun jasadnya tidak ditemukan hingga sekarang."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

Rinto dan Mamoru menggaruk kepala mereka sejenak. Misaki dan Saori saling berpandangan sedangkan Lenka menatap foto tersebut dengan tatapan serius.

'Apa ini ulah orang yang bernama Kurohaku Amano? Hoshikawa-san pernah bilang kalau di kelas ada lingkaran Iblis, apa itu juga ulahnya?' Begitulah batin Lenka yang berbicara.

"Lenka, apa itu Riki semasa hidup?"

"Ya, Aonuma-san. Ayahku ingat persis Hoshikawa-san."

Wush....

Tiba-tiba Lenka merasakan aura yang membuat bulu kuduknya merinding "Teman-teman, sepertinya ada yang meninggal di sini sudah lama sekali."

"Lenka, jangan menakut-nakuti kami."

"Tidak, aku tidak sedang menakuti kalian. Apa kalian tidak merasakan aura yang tidak enak?"

Tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan Lenka karena mereka tidak paham apa yang dikatakan Lenka. Lenka hanya menghela nafas melihat reaksi mereka berempat.

"Akan kutunjukkan sesuatu pada kalian."

"Apa itu?"

"Korban dari kegelapan SMA Akatsuki."

****

"Apa kau yakin mau mempertemukan Rinto dan Misaki pada Riki, Lenka? Soalnya ini beresiko sekali."

"Iya, Lenka-san. Aku takut terjadi apa-apa pada Riki-san."

"Aku tahu, Aonuma-san, Aozora-san, tapi aku tidak punya pilihan."

Setelah lama berdebat, akhirnya Mamoru dan Saori mengalah dan Lenka mengetuk pintu perpustakaan lama yang ditempati oleh Riki. Rinto dan Misaki hanya menatap heran mereka bertiga.

"Anoo, Mamoru-kun.... Bukankah ini tempat terkutuk?"

"Lihat saja sendiri."

Tok tok tok....

("Siapa?")  Terdengar sebuah suara dari dalam ruangan tersebut.

"Sakumora Lenka, Aonuma Mamoru dan Aozora Saori."

("Ada yang lain?")

"Kageyama Rinto dan Yuzunashi Misaki."

Grak!!!

Pintu tersebut terbuka dengan sendirinya. Rinto dan Misaki terkejut dengan apa yang dilihat mereka. Kelima remaja tersebut memasuki ruangan yang dianggap terkutuk tersebut dan pintu tersebut tertutup dengan sendirinya. Dari arah kegelapan, muncul seorang pemuda bersurai hitam dengan manik merah menyala dan memakai seragam SMA Akatsuki yang dibalut dengan jaket hitam. Manik milik Rinto dan Misaki membulat sempurna melihat pemuda berparas pucat tersebut berada di depan mata mereka.

"I-inikah Hoshikawa Riki yang dirumorkan itu?" Rinto terlihat tak percaya dengan kehadiran Riki "Bukankah dia meninggal 24 tahun yang lalu?"

"Aku memang sudah meninggal." Nada bicara Riki terlihat tenang tanpa emosi "Kalian bisa lihat penampilanku kan?"

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"Tidak usah terlalu serius, Riki." Mamoru menepuk bahu Riki pelan "Mereka berdua baru pertama kali melihatmu."

"Kau dan Saori juga begitu dulu." Riki terlihat sweatdrop melihat tingkah Mamoru tersebut.

Lenka dan Saori hanya tertawa kecil melihat pemandangan yang dianggap lucu tersebut sedangkan Misaki memiringkan kepalanya bingung. Riki, Mamoru dan Rinto terlihat sedang berdebat keras.

Groar!!!

Kedua telinga milik mereka berenam mendengar suara yang sangat tak asing bagi mereka. Riki mulai menutup matanya sejenak "Sudah saatnya ya.... "

"Apa itu?"

"Iblis itu telah bangkit dari tidur panjangnya dan kini mengincar Lenka."

Manik biru safir milik Lenka langsung membulat sempurna mendengar jawaban Riki. Tubuhnya mulai gemetar dan diapun mulai memundurkan tubuhnya sendiri "A-aku diincar??  Ta-tapi kenapa??"

"Alasannya sederhana, karena kau murid pindahan."

Wush....

Di saat yang cukup tegang tersebut, tiba-tiba muncul roh seorang gadis dengan kepala retak sebagian hingga otaknya terlihat. Suasana tegang tersebut berubah menjadi hening.

"Senpai, ada zombie di.... " Gadis tersebut menatap heran mereka berenam.

"Haah.... " Riki hanya memijit keningnya melihat reaksi kelima teman manusianya yang kaku tersebut.

"Lho, ada apa ini?"

"Aaaaa!!!!"

Misaki dan Saori langsung berpelukan karena ketakutan, Mamoru langsung pingsan di tempat dan Rinto bersembunyi di bawah meja, sedangkan Lenka mondar-mandir mencari tempat persembunyian. Riki menatap Lenka yang kebingungan dan menarik gadis bersurai coklat tersebut dalam pelukannya.

"Tetap di sini, Lenka. Dia tidak akan menyakitimu."

"Umm... Baiklah, Hoshikawa-san."

Wajah Lenka berubah menjadi merah saat berada di pelukan Riki. Gadis tersebut menatap hening pemandangan yang melibatkan dirinya dan hanya menatap kagum apa yang dilakukan oleh Riki dan Lenka.

"A-anoo.... Ada zombie di luar." Dan gadis tersebut menunduk malu setelah membuat para manusia ketakutan.

"Aku sudah mengatakannya padamu agar tidak menakuti teman-temanku." Tatapan Riki berubah menjadi menusuk "Ingat itu, Mayaka."

"Maaf, senpai."

"Ya, sudahlah. Kita harus meyakinkan mereka berlima agar mereka mengerti."

"Baik, senpai."

****

"Dia tewas sehari setelah diriku, Ayanoshima Mayaka." Riki memperkenalkan gadis roh yang bernama Mayaka tersebut "Mayaka, mereka Aonuma Mamoru, Aozora Saori, Kageyama Rinto Yuzunashi Misaki dan murid pindahan SMA Akatsuki, Sakumora Lenka."

"Salam kenal, semuanya. Maaf sudah menakuti kalian berlima." Mayaka terlihat menyesal telah membuat mereka berlima ketakutan "Terutama kau, Mamoru-san."

"Ti-tidak masalah, Mayaka." Mamoru tersipu malu membayangkan dirinya pingsan karena ketakutan "A-aku memakluminya."

"Aku baru tahu kalau Aonuma-san bisa pingsan karena ketakutan." Lenka menatap heran Mamoru yang butuh 20 menit untuk dibangunkan.

"Mamoru-san memang seperti itu kalau bertemu hantu." Saori hanya terkikik melihat reaksi Mamoru barusan.

Groar!!!

Groar!!!

Mereka mendengar suara yang sangat mengerikan. Sebuah suara yang menjadi awal dari kegelapan SMA Akatsuki. Mendadak Riki menjadi kaku dan mulai menatap serius mereka.

"Dengar, semuanya. Misteri SMA Akatsuki selama bertahun-tahun masih belum dipecahkan sampai sekarang. Akupun juga selalu mencari tahu tentang hal itu dan berakhir seperti yang kalian lihat sekarang."

"Lalu?"

"Sampai Sang Iblis itu bangun dari tidurnya, aku minta tolong kalian tetap waspada karena dalangnya kemungkinan masih berkeliaran di sekolah ini."

Mereka berenam mengangguk paham dengan penjelasan Riki. Manik kuning milik Rinto menatap banyaknya pasukan zombie dari balik jendela yang terhubung dengan koridor sekolah.

"Teman-teman, para zombie sudah berkumpul."

"Termasuk Seira-san, Yukio-san, Yuzuki-senpai dan anak kelas 1 itukah?  Saori terlihat cemas dengan kehadiran para zombie.

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

" Ada korban lagi, Saori?" Riki terlihat terkejut dengan ucapan Saori "Apa penyebabnya?"

"Yukio-san jatuh dari lantai 3 sekolah ini dam Yuzuki-senpai ditabrak oleh truk yang tidak ada pengemudinya."

Manik merah milik Riki langsung membulat sempurna karena mendengar jawaban Saori "A-aku ti-tidak ta-tahu a-apapun.... "

"Tenang saja, Riki." Mamoru menepuk bahu Riki sejenak "Kami tahi bukan kau pelakunya." Dia berusaha meyakinkan Riki dengan baik.

Namun tidak dengan Lenka....

Gadis bersurai coklat tersebut masih ragu dengan suara-suara yang membuat bulu kuduknya merinding "Apa Kurohaku Amano penyebabnya?" Tanpa berpikir panjang, dia mengucapkan sebuah nama yang terdengar asing bagi mereka, terkecuali Riki dan Mayaka.

"Dari mana kau tahu nama itu, Lenka?"

"Suara-suara itu yang mengatakannya." Lenka memegang erat lengan Riki "Izinkan aku tinggal di sini untuk sementara, Hoshikawa-san."

Permintaan Lenka membuat seisi ruangan tersebut menjadi tegang. Mamoru, Saori, Rinto dan Misaki terkejut dengan permintaan Lenka yang terlampau aneh tersebut. Riki hanya diam saja mendengar permintaan Lenka tersebut.

"A-apa kau sudah gila, Lenka??!! Iblis itu mengincarmu."

"Mamoru-san benar, Lenka-san. Kau bisa mati nanti."

"Aku tidak punya pilihan lagi, Aonuma-san, Aozora-san. Jika tidak segera diakhiri, maka kita semua akan mati."

"Lenka-chan, to.... "

"Biarkan saja Lenka, teman-teman." Riki melerai perdebatan mereka "Aku yang bertanggung jawab atas keselamatan Lenka."

Hening sejenak....

"Apa kau yakin, Hoshikawa?" Rinto mulai meragukan ucapan Riki yang akan bertanggung jawab atas keselamatan Lenka "Soalnya nyawa taruhannya."

"Ya, aku yakin, Rinto."

Mereka berempat mengangguk penuh percaya pada Riki. Lenka merasa lega karena pada akhirnya teman-temannya mengabulkan permintaannya. Riki merasa ada yang sama dari diri Lenka yang mirip dengan mendiang kekasihnya.

'Runa, apa Lenka ada reinkarnasi? Dia mirip sekali denganmu.'