Angga hanya menghembuskan nafas pasrah. Kenapa sahabatnya ini selalu irit bicara? "Ya, jadi dia adalah Ketua OSIS SMA Widya Dharma. Nama lengkapnya Areka Firgy Zanuarta." Semua siswa terlihat heran. "Kalian bingung kan? Kenapa waltu MOS kalian gak lihat dia?" Tanya Angga seakan tau isi pikiran semua siswa. "Itu karna dia lagi ikut olimpiade di luar negri jadi dia gak bisa hadir di acara MOS kalian." Semua siswa hanya ber-oh ria.
Cowok bernama Areka itu berdeham pertanda dia sudah bosan mendengarkan segala perkataan Angga yang menurutnya sangat membuang buang waktu. Angga hanya terkekeh seakan mengerti situasi.
"Oke, jadi kita langsung rekap aja ya. Kita bakal keliling tanyain apa ekstra yang bakal kalian ikutin." Kata Angga. Semuanya mengangguk.
Gea terlihat gelisah ketika Areka berjalan mendekati bangkunya. "Ngapain dia kesini sih?" Tanyanya pelan. Saat sampai di samping meja Gea, Areka menyerahkan dua lembar kertas yang berisi daftar ekstrakurikuler yang ada di SMA Widya Dharma kepada Gea dan Anita.
"Isi!" Perintahnya dengan nada dingin.
Gea langsung mencentang apa saja ekstrakurikuler yang ingin dia ikuti begitu juga dengan Anita. Untung saja dia peka, jadi tidak perlu bertanya dan banyak bicara kepada Areka. Setelah selesai mengisi kertas itu Gea langsung memberikan kertas itu pada Areka tanpa berani menatapnya.
Areka dan Angga sudah merekap semuanya dan kembali lagi ke depan kelas. "Untuk ekstrakurikuler, waktunya nanti masih disesuaikan. Apa ada yang mau ditanyakan?" Tanya Angga.
"Ada kak." Anita menyahut.
"Iya apa?" Tanya Angga pada Anita.
"Nomor Hp kak. Ini temen aku nanya nomor Hp kakak." Kata Anita sambil menunjuk Gea.
Mata Gea membulat. Dasar sahabat laknat, rasanya Gea ingin membuang Anita ke rawa rawa saat ini juga. Dia sendiri sudah malu karena kejadian buku terbalik. Sekarang Anita malah membuatnya malu lagi di depan Angga. "Lo apa apaan sih?" Kata Gea sambil mencubit lengan Anita.
"Bantuin gue kek." Kata Anita tanpa dosa.
"Jadi minta nomor gue?" Tanya Angga.
Anita mengangguk semangat. "Jadi dong kak. Nih isi nomernya disini." Kata Anita sambil memberikan ponselnya yang sama persis dengan ponsel Gea. Dia sudah malu malah dipermalukan lagi. Sudah jatuh tertimpa tangga ini namanya.
Angga mengembalikan ponsel tadi ke Anita. Anita tersenyum puas sedangkan Gea mendengus kasar. Gea menatap ke depan. Tatapannya bertemu dengan tatapan Areka. Areka menatap Gea dengan tatapan yang sulit dia artikan. Gea langsung mengalihkan pandangannya.
"Ngapain lihat gue kek gitu. Tuh kan pasti lagi mikir yang gak gak tentang gue." Batin Gea.
•••
Entah sudah berapa kali Gea mendengus kasar. Sedangkan disampingnya Anita malah sedang senyum senyum sendiri. Sudah bisa dipastikan dia sedang chating dengan Angga. "Minggir!" Kata Gea membuka suara setelah sekian lama bungkam.
"Yeeee santai aja kali." Kata Anita sambil tetap menatap ponselnya tapi akhirnya dia menyingkir juga. Gea hendak pergi keluar kelas. "Mau kemana lo?" Tanya Anita.
"Kemana aja yang penting gue suka." Jawab Gea sinis lalu pergi.
"Lah tuh anak napa?" Tanya Anita heran.
Gea sudah duduk di meja kantin dengan sepiring nasi goreng dan segelas es jeruk di depannya. "Gini nih kalo gue gak bawa bekal dari rumah, harus makan di kantin kan." Kata Gea pada dirinya sendiri lalu menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. Gea memakan nasi itu dengan segera. Karena dia tidak mau berada di kantin lebih lama lagi.
Uhuk uhukk...
Gea terbatuk karena tersedak. Dia melihat gelas es jeruknya yang ternyata sudah habis. Dia masih terbatuk sampai ada yang menyodorkan sebotol air mineral dingin dihadapannya. Melihat itu, Gea cepat cepat mengambil air itu dan meminumnya dengan rakus.
Gea menoleh ke arah sampingnya untuk melihat siapa yang berbaik hati memberikan minuman itu ke Gea. Gea hampir tidak percaya ketika melihat Areka lah yang berdiri disampingnya dan menatapnya datar. Gea mengerjapkan matanya lagi. Dan iya itu benar benar Areka.
Gea cepat cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dan berusaha cepat cepat menghabiskan makanannya agar dia bisa pergi dari hadapan Areka.
Gea melirik sekilas ke sampingnya dan Areka masih setia berdiri disampingnya. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh Areka ini? Gea selesai makan dan hendak pergi. Namun Areka mencekal tangannya. Gea terpaksa harus menoleh dan menatap Areka dengan ragu. "Apa ya?" Tanya Gea canggung.
Tanpa membuka suara Areka langsung menarik tangan Gea. "Eh eh mau kemana? Lepasin!" Kata Gea mencoba melepaskan tangannya dari tangan Areka. Gea sangat risih ketika banyak siswa siswi yang menatap mereka berdua dengan tatapan aneh. Sungguh Gea benci menjadi pusat perhatian seperti ini. "Lepasin woy! Lo gak budek kan?!"
Areka melepaskan tangan Gea dengan kasar setelah sampai di perpustakaan. "Santai aja bisa kali. Ngapain juga bawa gue kesini?" Protes Gea.
"Berisik!" Ucap Areka lalu memasuki perpustakaan lebih dalam lagi dan meninggalkan Gea yang sedang bingung di tempatnya.
"Mau tuh orang apaan sih? Udah culik gue kesini. Sekarang malah ditinggal. Kalo gitu kan mending gue pergi!" Gea hendak keluar dari perpustakaan. Namun tiba tiba saja ada yang menjambak rambut indahnya sebentar dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Areka. Sepertinya Areka mendengar perkataan Gea barusan.
Tanpa pikir panjang Gea berjinjit dan menjambak rambut Areka juga. "Gila lo!" Kata Areka sambil mengelus rambutnya yang baru saja dijambak Gea.
"Lo yang gila! Ngapain lo bawa gue kesini tanpa tujuan trus lo ninggalin gue trus saat gue mau pergi lo malah nahan gue? Maksud lo apaan ha? Pake acara jambak rambut gue segala." Protes Gea tak terima.
"Diem! Baca!" Areka menunjuk papan di samping Gea yang bertuliskan 'Harap Tenang! Jangan Berisik!'. Gea membaca tulisan itu sebentar lalu diam. Tentunya dengan muka yang cemberut. Areka langsung menggenggam tangannya dan menariknya untuk masuk ke perpustakaan lebih dalam lagi.
Areka melihat lihat setiap rak buku yang ada di perpustakaan. Lalu dia mengambil salah satu buku dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya tetap menggenggam tangan Gea. "Kenapa gue jadi deg degan gini ya? Pengen lompat deh jadinya." Batin Gea saat melihat tangannya yang di genggam oleh Areka.
Areka menarik tangan Gea untuk mengikutinya duduk di lantai. Dia memberikan buku Fisika kepada Gea setelah keduanya duduk berhadapan. "Apaan?" Tanya Gea.
"Buat lo." Jawab Areka singkat.
"Gue gak minta." Gea malah mengeluarkan ponselnya dari sakunya dan memainkan benda pipih itu.
Areka langsung mengambil ponsel Gea dan memasukkannya ke dalam saku celananya. "Apa apaan sih? Balikin gak!" Kata Gea.
"Baca!" Titah Areka dengan dagunya yang menunjuk pada buku fisika yang tergeletak di lantai.
"Dih ogah! Buat apa juga. Gue tuh lagi gak mood baca buku. Nyuruh nyuruh! Apa hak lo buat nyuruh gue?"
"Ini perintah!"
"Kalo ogah ya ogah! Dih maksa amat sih! Bahkan amat aja gak pernah maksa gue kaya gini!" Kata Gea ngawur. Entah siapa Amat yang sedang dibicarakan.
"Beasiswa!"